Ketika mendengar nama-nama seperti: Averell Harrtman, George Herbert Walker, Prescott Bush,Allen Dulles dan Rockefeller, apakah
yg terlintas di benak kita ? … KEKAYAAN & KEKUASAAN … Yup …
orang-orang tersebut adalah orang-orang kaya di Amerika yg sangat
berpengaruh dalam politik dan ekonomi, tidak hanya di Amerika sendiri,
tapi juga di planet ini..
Keluarga Harttman merupakan raja transportasi Amerika, Keluarga Rockefeller merupakan raja minyak dan property -rockefeller plaza skrg dihibahkan untuk jadi mabes PBB-, sedangkan G.H. Walker adalah mertua Prescott Bush, dan kita tahu siapa Bush itu …
apakah mereka terkait dengan keberhasilan Jerman di PD II ? …
Banyak orang yg tak habis pikir, bagaimana Jerman yg pada tahun 1930-an masih terikat pada perjanjian Versailles dan terililit deperesi ekonomi berat, dapat gencar membangu angkatan perang yang begitu besar. Darimana mereka mendapat uang dan bahan mentah untuk menggerakkan industri persenjataannya ?
Banyak orang yg tak habis pikir, bagaimana Jerman yg pada tahun 1930-an masih terikat pada perjanjian Versailles dan terililit deperesi ekonomi berat, dapat gencar membangu angkatan perang yang begitu besar. Darimana mereka mendapat uang dan bahan mentah untuk menggerakkan industri persenjataannya ?
Jawabannya:
semua itu bisa terlaksana karena Hitler memiliki sejumlah industrialis
setia di sebelah kanan kursi kepemimpinannya. Mereka adalah pendukung
Nazi yg selalu siap memenuhi apa yg diinginkan. Dan, yang tak kurang
penting, mereka berkawan dengan sejumlah pemodal dari luar negeri yg
diam-diam berani memutar uang di negeri ini.
Untungnya
kala itu, di tengah keterpurukannya selepas PD 1, pamor Jerman sebagai
Negara industri terkuat di Eropa belum pudar benar. Hal ini menyebabkan
tak sedikit investor yg masih mau menanam modal di negeri ini dengan
harapan bias meraup untung dalam beberapa tahun. Arah dan gaya
kepemimpinan Hitler merupakan masalah tersendiri, namun hal itu tak
terlampau menjadi masalah karena uang akan diputar secara terselubung,
para usahawan Jerman itu tahu benar bagaiman melakukannya.
Dalam memoir yg berjudul “The Secret War Against The Jews”-(2003), mantan jaksa penuntut penjahat perang Jerman, John Loftus, menulis secara tajam bahwa kaum kaya di USA termasuk diantara para penanam modal itu. Diantara mereka adalah Averell Harrtman, George Herbert Walker, Prescott Bush,Allen Dulles dan Rockefeller,
sebuah kumpulan orang-orang mapan yg keturunannya hingga kini masih
memiliki pengaruh kuat di USA. Lewat jalur khusus, uang mereka diputar
oleh pengusaha Jerman, Fritz Thyssen, yg dikenal sebagai penyokong utama keuangan Nazi.
Buku tersebut ditulis berdasar file-file dari US NATIONAL ARCHIVES yg
telah dirahasiakan selama puluhan tahun. Loftus sendiri mengaku harus
lebih dulu mengumpulkan keberanian dan bijak dalam menulis. Ia tidak
ingin senasib dengan sejumlah orang yg dimasa lalu yg pernah berusaha
mengonfirmasikan data dan skandal ini akhirnya malah kedapatan meninggal
oleh sebab-sebab tak jelas.
John Loftus mengatakan,
kaum pemodal dan orang kaya AS tersebut tak peduli dengan ideologiatau
kejahatan Hitler. Karena motivasi mereka hanya satu, yakni ingin
melipatgandakan uang di negeri yg memang tengah membutuhkan modal keras
untuk memulihkan perekonomiannya. Ada yg
mengatakan kalo Perjanjian Versailles sendiri adalah hasil konspirasi
tingkat tinggi untuk membendung modal keras dari sejumlah Negara. Untuk
itu Perjanjian Versailles harus membuat Jerman bangkrut.
Mereka sendiri sadar bahwa investasi dengan cara seperti ini bias dijerat UU TRADING WITH THE ENEMY ACT. Untuk itu perjalanan uang haruslah diatur sedemikian rupa. Dijaga orang-orang khusus di Bursa Saham WALLSTREET, diamankan sejumlah pengacara dan agen intelijen, dan dialirkan melalui bank-bank netral di Eropa. Dengan demikian, tak salah memang jika lalu ada yang mencurigai bahwa sebagian diantara praktik terselubung tersebut diselewengkan pula untuk “cuci uang”.
Mereka sendiri sadar bahwa investasi dengan cara seperti ini bias dijerat UU TRADING WITH THE ENEMY ACT. Untuk itu perjalanan uang haruslah diatur sedemikian rupa. Dijaga orang-orang khusus di Bursa Saham WALLSTREET, diamankan sejumlah pengacara dan agen intelijen, dan dialirkan melalui bank-bank netral di Eropa. Dengan demikian, tak salah memang jika lalu ada yang mencurigai bahwa sebagian diantara praktik terselubung tersebut diselewengkan pula untuk “cuci uang”.
Awal
dari skandal besar ini kira-kira dimulai pada 1924 dan sempat lepas
kendali pada 1942. Praktik investasi tak umum ini bermula dari usaha
ekspor mangan, biji besi, dan mineral lainnya dari Rusia, usaha ini
dikelola oleh perusahaan W.A. HARRTMAN & CO. yg bekerjasama dengan perusahaan milikThyssen, yg sebagian sahamnya dimiliki oleh raja minyak AS, Rockefeller.
Usaha ini sudah atas sepengetahuan Stalin dan secara diam-diam telah
menggunakan fasilitas-fasilitas milik keluarga Czar Rusia.
Stalin
tak pernah mempersulit bisnis ini, sebagai imbal balik Rusia akan
menerima suplai minyak untuk bahan bakar pesawat dan bahan bakar
industrinya, yg memang sangat diperlukan oleh Rusia. Seluruh bahan
mentah yg diekspor dari rusia itu akan digunakan untuk membuat jaringan
rel kereta api di Amerika. Namun Harrtman dan Rockefeller tak langsung
mengekspor bahan mentah tersebut ke Amerika. Bahan mentah itu parkir di
sebuah tempat pengolahan bahan mentah di Polandia, yakni di sebuah
pabrik di daerah yg di kemudain hari menjadi sangat terkenal, yaitu : AUSCHWITZ.
Di pabrik yg kemudian berdiri sebuah “Concentration Camp” itulah mereka membangun sebuah fasilitas dengan teknologi tinggi untuk pengolahan mangan, biji besi dan batu bara. Pabrik itu dikelola oleh perusahaan BROWN BROTHERS CO. dengan William Averell Harrtman menjabat sebagai CEO.
Di pabrik yg kemudian berdiri sebuah “Concentration Camp” itulah mereka membangun sebuah fasilitas dengan teknologi tinggi untuk pengolahan mangan, biji besi dan batu bara. Pabrik itu dikelola oleh perusahaan BROWN BROTHERS CO. dengan William Averell Harrtman menjabat sebagai CEO.
Pengangkutan
mineral-mineral nan langka tersebut dari tambang di rusia menuju ke
pabrik di Polandia dan pelabuhan di Belanda serta Perancis menggunakan
jalur kereta api barang milik Thyssen. Dan Thyssen memperoleh imbalan,
yaitu setengah dari mineral yg diangkut untuk diolah di Jerman oleh
perusahaan FLICK & KRUPP.
Bahan-bahan itu digunakan sebagai bahan dasar pembuatan peluru dan bom
yg ironisnya juga dipakai untuk menyerang Rusia dan melawan sekutu.
Harrtman
dan Rockefeller sendiri tak sepenuhnya memutar uang mereka berdua.
Dalam bisnis terselubung ini juga ada uang milik investor AS yg tersalur
melalui UNION BANK – bank besar milik keluarga George Herbert Walker yang dikendalikan oleh menantu laki-lakinya, Prescott Bush.
Banyak yg tak mengira bahwa dana dari Union Bank pula yg kemudian
digunakan untuk mendirikan markas utama Nazi, Braun Haus, di Munich.
Uang tersebut dikucurkan melalui Deutch Bank.
Selain itu investasi juga mengalir melalui perusahaan milik Allen Dulles, yakniSullivan & Cromwell.
Dulles bukanlah pemain baru, karena berkat jasa perusahaannya,
Rockefeller bias memborong hampir seluruh saham perusahaan Jerman pada
masa dan pasca PD II.
Namun skandal besar ini tercium juga oleh Teddy Roosevelt,
tokoh kongres yg anti-monopoli dan anti-trust. Penyelidikan dimulai
pada 1934 ketika seorang agen ganda yg juga bekerja untuknya mulai
menyodorkan bukti keterlibatanHAMBURG AMERICAN LINE dalam
gerakan Nazi. Namun menyelidiki kasus besar seperti ini bukanlah
pekerjaan gampang. Orang-orang ini begitu lihai menyembunyikan “jejak”.
Baru
pada 1942 setelah melalui proses investigasi yg berlarut-larut, seluruh
asset UNION BANK dibekukan pemerintah AS. Tindakan pemerintah AS ini
benar-benar merupakan pukulun keras bagi para penanam modal itu.
Terlebih lagi karena di Jerman sendir Nazi diam-diam “memindahkan”
seluruh asset DEUTCH BANK.
Jumlah
uang yg tertanam di erman cukup besar. Menurut catatan yg dikeluarkan
pada 1951, total uang asal AS mencapai 3 triliun USD atau sekitar 30
triliun USD dalam kurs sekarang. Namun pemerintah AS akhirnya
menyerahkan kembali seluruh asset yg telah diberangus tsb. Pengembalian
asset tsb kabarnya berkaitan dengan naiknya salah satu anggota keluarga
Bush ke lingkaran pusat di Washington. Dia adalah George H Bush.
Entah
bagaimana kisahnya, seluruh aset yg digondol Nazi pada tahun 1940-an
pun akhirnya bias kembali secara betahap ke tangan para pengusaha AS
pada tahun 1970-an. Rockefeller misalnya, melalui CHASE MANHATTAN BANK, salah satu perusahaanya, pada tahun 1972 memperoleh 38 persen aset perusahaan Thyssen.
Di
Amerika, pamor para pemutar uang masih berjaya dan disegani hingga
akhir hayat. Beberapa diantara mereka bahkan sempat mencicipi jabatan
strategis di Washington.
Allen Dulles sempat menjabat Direktur CIA. Kepada Dulles inilah Fritz Kolbe, diplomat Jerman semasa Nazi berkuasa pernah memberikan rencana pembuatan jet tempur Messerchmitt 262.
William Averell Harrtman, selanjutnya menjadi diplomat dan politisi dalam Partai Demokrat dan masih terus menjalankan kiprahnya sebagai pengusaha. Putra raja perkeretaapian AS Edward Henry Harrtman ini sempet menjadi Asisten Menteri Perdagangan semasa pemerintahan Presiden Harry Truman.
Prescott Sheldon Bush, pernah menjadi senator untuk Partai Republik. Satu dari 5 anaknya, yaitu George Herbert Bush menjadi Presiden AS dan diteruskan oleh cucunya George W Bush. George H Bush sebelumnya pernah menjabat sebagai Direktur CIA dan menjadi kepala tim sukses Ronald Reagen bekerjasama dengan William Casey, ketika Reagen mencalonkan diri jadi Presiden. Pada saat itulah Bush terkena skandal The October Surprise, sebuah skandal memalukan antara CIA dan IRAN yg dilakukan oleh Bush.
Pada
akhirnya seluruh permasalahan itu memang happy ending. Bahkan bagi para
orang Jerman yg terlibat sekalipun. Hapir semua kalangan industriawan
mencicipi untung dan kemenangan. Keluarga Thyseen dan Keluarga Krupp
hingga kini masih tercatat sebagai konglomerat terpandang di Eropa.
Tak salah memang jika yg menderita kerugian itu pastilah tentara dan rakyat sipil yg menjadi korban perang.