| Mera Naam Joker: Dajjal Dan Anak Manusia Menurut Injil part 4

Jumat, 15 Juni 2012

Dajjal Dan Anak Manusia Menurut Injil part 4


 Oleh: Kyai Arkanuddin Masruri
("Bapaknya orang Yahudi adalah Setan, seorang pembohong besar " - John 8:44) 
Bagian Keempat
 
Proses Dajjal Tingkat Dua

Tingkat II ini berisi proses pendapat para pendeta berebut kebenaran tentang status Kristus terhadap Tuhan dan bentuk-bentuk ketuhanannya. Dalam hal ini raja Konstantin Agung sangat banyak berperan, mengingat hasratnya untuk membuat persatuan antara rakyat beserta tentara yang berkepercayaan mitologi atau politeisme menghadapi kaum pendeta.
16. Ketika itu orang yang di tanah Yudea hendaklah lari ke gunung.
Komentar: mungkin Al-Masih berhasil hijrah ke pegunungan Qumran, sesuai pernyataan Q. S. al-­Mukminun 50:
“Dan aku (Allah menjadikan (lsa) putra Maryam dan ibunya menjadi pertanda (kekuasaan bagi Kami) dan Aku amankan keduanya di lembah yang bergunung dan bertumbuh-tumbuhan. "
Dalam Injil juga tampak usaha keamanan pribadinya karena sebelumnya beliau sudah memberitahukan akan perginya itu (Matius 23: 39 ; Yahya 16: 7) dan pandai menyamar sebagai penunggu taman atau juru kebun (Yahya 20: 15 )
17. Dan orang yang di atas sotoh rumah, janganlah turun ke bawah dan membawa keluar apa-apa yang di dalam rumahnya;
18. Dan lagi orang yang di ladangnya, janganlah pulang mengambil pakaiannya;
19. Wali bagi segala perempuan yang mengandung dan menyusui anaknya pada masa itu!
20. Hendaklah kamu berdoa, minta pelarianmu itu janganlah berlaku pada musim dingin atau hari Shabat.
21. Karena pada waktu itu akan timbul sengsara yang besar seperti yang demikian belum pernah berlaku daripada awal kejadian alam sehingga sampai sekarang ini dan kemudian daripada itu juga tiada akan jadi pula.
22. Dan jikalau sekiranya tiada disingkatkan masanya, niscaya tiadalah seorang pun yang selamat; tetapi sebab sekalian orang yang terpilih, disingkatkan masa itu.
Komentar: demikian keributan pada masa kosong kenabian sesudah Nabi Isa terpaksa meninggalkan umatnya dan menurut ungkapan dari naskah-naskah Qumran oleh seorang teolog Jerman yang bernama Johannes Leman lembah tersebut bernama Pardesh (Firdaus?). Kini teolog itu sudah masuk Islam (majalah Panorama no. 3, h. 13, 1971 dan Panji Masyarakat no: 186, h. 10, 1975)
Ayat-ayat tersebut perlu dijelaskan komentarnya dengan fakta-fakta itu karena masih banyak kesimpangsiuran pendapat antara sekte-sekte gereja sendiri. Saksi Yahweh menyatakan bahwa Perang Dunia I (pergolakan) sebagai manifestasi ayat Injil itu, lalu Al-Masih dianggap turun dari langit pada waktu itu dengan tidak tampak. Sedang Advent masih menunggu gegeran lagi hingga tiap-tiap timbul pergolakan atau banjir besar pula bencana alam, cepat-cepat berpropaganda agamanya dengan harapan bila Kristus betul turun, mereka sudah membuat persiapan-persiapan. Katholik dan Protestan tidak menentu antara pendapat masing-masing teolognya.
Zonder Paulus, zegt Dr. Lehmann, zou er vermoedelijk geen christendom bestaan. Hij maakte van een joodse beweging een wereldreligie.
"Tanpa Paulus," kata Dr. Lehmann, "menurut dugaan, gereja tak akan berdiri. Ia membuat agama universal dari sesuatu gerakan Yahudi." (repro dari Panorama Haarlem no: 5/1971)
Mereka saling berselisih paham tentang pribadi Kristus. Maklumlah, hellenisme tetap hidup pengaruhnya pada alam pikiran kaum cendekiawan zaman pemerintahan Romawi membawakan aliran-aliran seperti istilah-istilah gnosticisme neo-platonisme dan lain-lainnya yang banyak mempersoalkan istilah-istilah ruh (pneu), kalam (lagos), hikmat (sophias), makrifat (gnosis), jin-jin (aeon-aeon), juru penengah (demiurg), jiwa (nous), diiringi cita-cita kosmo­politisme (pelbagai bangsa-bangsa dalam satu keluarga) dan berbagai filsafat panteisme dan pankosmisme yang rumit hingga tak terlepas dari proses sinkretisme antara mitologi, filsafat dan unsur-unsur agama Yahudi dan gereja. Apalagi pada zaman sebelum Konstantin telah terjadi banyak penganiayaan dan kekejaman terhadap kaum agama Yahudi dan Kristen oleh raja-raja Romawi. Maka tidak mudahlah bagi raja Konstantin untuk membulatkan persatuan paham antara para pendeta. Meskipun ia berhasil mendapatkan kemenangan dalam sidang Konsili di Nikea tahun 325, yang memperkuat ketuhanan Kristus, tetapi ternyata ia sendiri pada akhir hidupnya telah dibaptis oleh Eusebius yang menolak ketuhanan itu karena tergolong pada aliran Arius. Seterusnya Athanasius sebaliknya merebut pengaruh ketuhanan Kristus hingga pada konsili.
Konstantinopel tahun 381 paham Trinitas dimenangkannya. Sampai sekarang aliran Saksi Yahweh meneruskan Arianisme dan di Indonesia tampaknya mulai sekarang dilarang atau dibatasi gerakannya.
Ternyata dalam urutan sejarah kelompok-kelompok perbedaan Kristologi itu pada abad IV jelas disinggung dalam ayat Matius 24: 23 demikian:
"Jikalau pada ketika itu ada orang berkata kepadamu; “Tengok inilah Kristus” atau `ltulah Kristus' janganlah kamu percaya"
Jadi pada abad itu di sana-sini timbul sekte-sekte yang masing­masing mengaku kebenarannya sendiri tentang bentuk Ketuhanan atau statusnya terhadap Tuhan Bapa. Untuk jelasnya baiklah kita baca karangan Dr. H. Berkhof dan Dr. J. H. Enklaar dalam bukunya: Sejarah Gereja, tahun 1961, pada halaman-halaman 30, 79 49, 62, 66 dan 70 yang di antaranya secara singkat demikian:
Alexander, uskup di Alexandria menganggap Logos (Kristus) adalah Tuhan Allah juga, sedang Arius berpendirian Logos adalah makhluk Allah yang sulung dan tinggi.
Origenes berbeda lagi, ialah: Logos sebagai setengah Tuhan. Meskipun diputus oleh Konsili Nikea bahwa Logos sezat atau sehakikat dengan Allah, tetapi Konstantin hanya menyatakan bahwa Logos berhubungan erat dengan Allah sebagai jalan tengah.
Golongan baru Muncul, ialah aliran Nikea Baru yang berpendirian bahwa zat Logos hanya menyerupai zat Allah.
Dengan munculnya kaisar Teodosus Agung yang anti-Arian, ajaran Athanasius mendapatkan kemenangan, di mana roh suci disertakan hingga menjadi trinitas pada konsili Konstantinopel.
Adalagi filsafat yang masih berkembang pada waktu itu, ialaha Neo-platonisme yang menyatakan bahwa Logos adalah antara Allah dan dunia, sedang gereja Timur berbeda lagi: roh adalah dari Allah dan bukan dari Logos.
Di Laodecia ada pendeta Apollinaris yang mengajar bahwa Kristus telah menjelma dengan beroleh tubuh dan jiwa manusia, tapi roh "aku" manusia diganti oleh Logos Allah.
Pendeta Nestorius, dari Konstantinopel mengajar bahwa Logos dalam Kristus adalah kekal, sedang oknum Yesus terbatas (misalya: sengsara, mati) jadi: keduaan, bukan keesaan. Hal ini dilawan oleh pendeta Cyrillus dari Alexandria yang memperkuat keesaan dari kedua tabiat Kristus.
Seterusnya lagi golongan Monophysit (mono = satu; - physit = tabiat), murid pendeta Eytiches, dibela oleh pendeta Dioscurus dari Alexandria yang mengajar bahwa Kristus bertabiat satu, kemanusiaannya hanya dipengaruhi atau diisi dengan ketuhanan saja.
Hal ini ditolak oleh uskup di Roma, Leo I. Karena di Sinode di Episus tahun 449, pendeta Dioscurus dapat memaksakan pahamnya dengan rahibnya yang bersenjata maka kaisar di Byzantium (Konstantinopel) mendesak adanya konsili yang terbesar di Chalchedon pada tahun 451 dengan keputusan kompromi: Kristus bukan bertabiat satu (Alexandria) melainkan: bertabiat dua dalam satu oknum. Kedua tabiat ini tidak bercampur dan tidak berubah (melawan Eytiches) dan tidak terbagi dan tidak terpisah (melawan Nestorius). Gereja-gereja di Mesir dan Suria menolaknya, selain soal teologia, juga soal kebangsaan. Jadi:
Tanda Keenam: banyaknya sekte-sekte yang masing-masing berbeda prinsip.
Comments
0 Comments