| Mera Naam Joker: Dajjal Dan Anak Manusia Menurut Injil part 2

Jumat, 15 Juni 2012

Dajjal Dan Anak Manusia Menurut Injil part 2


Oleh: Kyai Arkanuddin Masruri
("Bapaknya orang Yahudi adalah Setan, seorang pembohong besar " - John 8:44) 
Bagian Kedua
 
www.bloodforoil.org
Problema Kitab Bibel
Tantangan zaman semakin bertubi-tubi, baik dalam segi mental, politis dan ekonomis, maupun dalam bidang teologis. Mudah-mudahan saja tulisan ini dianggap sebagai rintisan untuk menuju kaidah yang tegas jelas guna memilih mana yang hak dan mana yang batil.
Jalan yang kami tunjukkan di sini mungkin dapat dianggap terlalu radikal atau terlalu berani karena umat Islam biasanya phobi terhadap Bibel. Akan tetapi, di sini justru ditunjukkan jalan lurus menerobos di celah-celah hutan belukar yang berbentuk seperti kitab Bibel yang menurut gereja dibagi dalam kitab Perjanjian Lama, yang juga dibaca oleh kaum Yahudi dan kitab Perjanjian Baru yang tidak diakui oleh orang Yahudi. Rumitnya pandangan terhadap kitab Bibel ini mudah dirasakan apabila kita membaca tulisan Dr. Mr, D. N. Mulder dalam bukunya: Pembimbing ke dalam Perjanjian Lama tahun 1963, h. 12 dan 13:
"Buku in! dikarang pada waktu-waktu tertentu dan pengarang-pengarangnya memang terpengaruh oleh keadaan waktu dan oleh suasana di sekitarnya dan oleh pembawaan pengarang itu sendiri .... Naskah-naskah yang asli dari kitab suci itu sudah tidak ada lagi. Yang ada pada kita hanya salinan. Salinan itu pun bukannya salinan langsung dari naskah asli, melainkan salinan dari salinan dan seterusnya. Sering di dalam menyalin kitab suci itu terseliplah salah salin."
Drs. M.E.Duyverman menulis dalam: Pembimbing Kedalam Perjanjian Baru, tahun 1966, h. 24 dan 25:
“Ada kalanya penyalin tersentuh pada kesalahan dalam naskah "asli" yang dipergunakannya. Kesalahan itu diperbaikinya, padaha! perbaikan itu bisa mengakibatkan perbedaan yang lebih besar dengan aslinya ... Kira-kira pada abad keempat di Antiochia diadakan penyelidikan dan penyesuaian salinan-salinan agaknya terdorong oleh perbedaan yang sudah terlalu besar di antara salinan-salian yang dipergunakan dengan resmi didalam gereja.”
Penulis sendiri diantar oleh seorang dosen IAIN Walisanga Semarang, Drs. K.H. Danuwiyoto (alm.) membawakan kepada J.Kardinal Darmojuwono persoalan terjemahan baru dari Perjanjian Lama oleh seorang pendeta Katholik yang dipandang kurang sesuai dengan makna aslinya, pula pemberian komentarnya dianggap kurang enak bagi perasaan umat Islam, terutama bangsa Arab.
Walaupun demikian parahnya percampuran antara yang asli dan tidak asli didalam Bibel, InsyaAllah teori yang disajikan di sini dapat menyusur di dalamnya dan baiklah para pembaca dikenalkan dengan berbagai hasil yang telah dipraktikkan oleh penulis terhadap para ahli Taurat dan Injil, baik Yahudi maupun Kristen, di antaranya demikian:
1. Ajaran yang asli dari para nabi di dalam Bibel rata-rata sesuai dengan aspirasi Islam dan yang cocok dengan lslam, kebanyakan berupa sinkretisme dari pengaruh mitologi dan kultur Yunani kuno (hellenisme) dan kultur Romawi;
2. Di dalam Bibel terdapat perkembangan ajaran nabi-nabi (evolusi), permulaan berupa: iman, lalu: iman dan Islam (syari'at), seterusnya: iman, Islam dan ihsan;
3. Bukti-bukti kebenaran kenabian yang mantap bagi Nabi Besar Muhammad Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam, terutama delapan buah ramalan dari Bibel;
4. Bukti-bukti dan penjelasan-penjelesan yang mantap perihal Ya' juj [Rusia), Ma'juj (komunis)`, Dajjal (judul buku ini) dan nabi palsu (Klenik Kebatinan) sebagai perusak perusak agama Tuhan yang selalu menimbulkan keruwetan, perpecahan, peperangan dan pergolakan;
5. Sumber-sumber kekuatan landasan tentang shalat, puasa, zakat dan haji sebagai fakta-fakta dalam Bibel;
6. Perkembangan (evolusi) sosial politik dari nabi ke nabi lewat revelasi hingga kaum Marxis insyaAllah dapat ikut menikmatinya;
7. Sistem dialog yang lebih efektif dan stimulan, baik terhadap Yahudi, Kristen, maupun agama-agama lain dan golongan Marxis;
8. Mengenal persamaan dan perbedaan prinsip antara ajaran Petrus, murid asli dari Al-Masih dan ajaran Paulus yang mengaku sebagai murid Kristus dalam bayangan yang diperkuat dengan ungkapan-ungkapan manuskript.
Kita umat Islam mampu menyelami Bibel secara demikian, tentu tidak akan merasakan ganjil. Kitab suci al-Qur'an selalu menunjukkan hubungan pada kitab –kitab suci sebelumnya (Taurat dan Injil), bahkan menegaskan demikian:
“Inilah Qur'an membuat ketegasan sejarah terhadap Bani Israil kebanyakan perkara yang mereka selisihkan” (Q. S. an-Naml: 76)
(Gereja dapat juga digolongkan Bani Israil karena segenap prinsip ajarannya mengikuti konsep seorang Yahudi, bernama Paulus alias Saul.)
Jika kamu bimbang tentang wahyu yang telah Aku [Allah] turunkan kepadamu, tanyalah kepada orang-orang yang bisa membaca Alkitab sebelummu" (Q. S. Yunus: 94)
(Yang dapat membaca tidak hanya para ahli kitab [Yahudi/ Kristen] yang dilarang oleh nabi untuk bertanya-tanya kepada mereka, tetapi para ilmuwan teologi yang progresif atau boleh kepada penulis buku ini).
Pada umumnya umat Islam masih terpancang pada ketakutan terhadap penggunaan kitab Bibel. Hal ini memang wajar, mengingat Allah Subhanahu wa Ta'ala sudah berfirman bahwa kitab itu sudah diubah oleh penulis-penulisnya, demikian ayatnya:
"Maka adakah kamu harap bahwa mereka akan percaya kepadamu sedang dari mereka ada segolongan yang mendengar firman Allah lalu mengubahnya setelah mereka memahaminya, padahal mereka mengetahui?" (Q.S. al- Baqarah:75)
Mereka mengubah firman Allah (Taurat) daripada tempatnya”. (Q.S. al- Maidah: 41).
Selayaknya umat Islam menolak Bibel, apalagi ditambah hadis sabda Nabi yang melarang untuk bertanya kepada ahli kitab (Yahudi dan Kristen). Maka di sini perlu diperlihatkan dalil-dalil nash, yang menunjukkan adanya ide untuk menggunakan ayat-ayat Bibel, demikian hadisnya:
“Janganlah kamu bertanya sesuatu kepada ahli kitab. Sesungguhnya mereka tidak akan memberi petunjuk kepadamu dan mereka sudah jelas kesesatannya. Maka bila kamu masih bertanya, tidaklah layak. Maka lihatlah sendiri mana yang sesuai dengan kitab Allah [Qur'an], ambillah, dan mana yang bertentangan, jauhkanlah." (dari Ibnu Mas'ud)
Dalam hadis ini terdapat anjuran penggunaan Bibel selama sesuai dengan ajaran Islam. Penulis berniat merealisirkan anjuran penggunaannya, perintah Allah kepada kita agar percaya kepada kitab-kitab yang terdahulu dengan pembuktian yang nyata. Apalagi ada pesan Nabi yang berbunyi:
“Janganlah membenarkan ahli kitab dan janganlah mendustakan mereka." (H. R. Bukhari)
Jadi arti "tidak semata-mata menyalahkan" adalah merupakan kesopanan yang baik kita perhatikan. Malahan Qur'an lebih memperlihatkan partisipasinya demikian:
"Kamu ini mencintai mereka sedang mereka tidak mencintaimu, padahal kamu percaya pada kitab sucinya seluruhnya. Bila mereka berjumpa kamu, mereka berkata: ‘aku percaya' tapi bila berpisah, mereka menggigit jari karena geram kebencian." (Q. S. Ali Imran: 119)
Demikianlah kebijaksanaan ajaran Islam maka apabila umat Islam sanggup meningkatkan pendidikannya, tentulah timbul kemampuan untuk memenuhi anjuran Qur'an untuk memelopori dialog dengan ahli kitab, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
Katakanlah! Wahai Ahli Kitab! Marilah ke arah satu kalimah (paham) antara kami dan kamu, agar kita tidak menyembah kecuali pada Allah dan tidaklah menyekutukan-Nya dengan sesuatu!" (Q. S. Ali Imran: 64)
Banyak orang Islam dalam shalat selalu berdoa agar dihindarkan dari godaan Dajjal. Umat Kristen pun dalam Injil diberitahukan tentang bahaya Dajjal. Akan tetapi, sampai sekarang pendapat antara mereka tidak kompak. Pernah pula di Eropa tuduhan Dajjal itu dikenakan pada Napoleon, lalu Hitler, bahkan Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun menjadi sasaran.
Dalam buku ini disajikan landasan ayat-ayat agar dapat dinilai oleh segala pihak. Apalagi mengingat si penulis dari seorang Islam sanggup memperlihatkan argumentasinya dengan kitab sucinya golongan besar di dunia, ialah umat Kristen karena nyata-nyata Nabi Isa a.s. menganggapnya sangat serius. Mudah-mudahan nanti timbul saling memperbaiki dan saling mendekat menuju perdamaian yang sesungguhnya.
Mengenai perintis Dajjal ayat-ayatnya ditemukan dalam surat kiriman pertama dari murid Al-Masih yang tertua bernama: Yohanes atau Yahya. Adapun proses Dajjal banyak didapat dalam Injil Matius pasal 24.
Dajjal berasal dari bahasa Arab: Masih ad-Dajjal, yang disingkat. Masih yang dalam bahasa Yunani dan Latin: Christus, bermakna: diusap hingga Nabi Isa diberi predikat Al-Masih oleh sebab telah dimandikan oleh Nabi Yahya Pembaptis sebelum mulai berdakwah. Adapun Dajjal bermakna: pembohong atau dusta. Al-Qur'an surah an-Nisa': 171 dan al-­Maidah: 75 memperkuat predikat Al-Masih bagi Nabi Isa itu.
Didalam lnjil terdapat terjemahan-terjemahan: Kristus Palsu, Antikrist dan Dajjal. Yohanes dalam kitabnya: 'Wahyu, melukiskannya dengan istilah: Naga dan Binatang I dan Binatang II (W. 12: 7; 13; 1 - 18 dan 20: 10 )
Sebab apakah sampai terjadi istilah lambang kesesatan Kristus Palsu atau Masih ad-Dajjal yang tak lain dan tak bukan adalah kepopuleran cerita mitologi sang Anak Dewa Bapa pada abad-abad sebelum Masehi secara merata di sekitar Laut Tengah, terutama di negeri Yunani. Diceritakan Sang Anak sekitar Desember-Januari lahir, memberi berkah kehidupan di musim panas, lalu menderita, mati dan kembali kepangkuan Sang Bapa. Sedang riwayat kesengsaraan al-Masih sangat pararel dengan cerita-cerita itu. Oleh sebab sejarah yang mengungkap cerita mitologi ini kurang dipelajari, apalagi bila terdorong oleh semangat kemenangan pengaruh dalam suasana penjajahan kekuasaan Romawi, yang menuntut loyalitas terhadap rakyatnya dan kelangsungan wibawa kulturnya yang diperkaya dengan patung-patung kepahlawanan dan dewa-dewanya. Selayaknyalah apabila Nabi Isa a.s. sendiri mulai membuat sinyalemen-sinyalemen pada saat-saat sebelum terjadi kenyataannya.
Karena Injil itu juga dimiliki oleh orang Eropoa yang beragama maka argumentasinya harus objektif ilmiah. Sekiranya dapat sukses maka hasilnya pun tidak akan tanggung-tanggung. Sekiranya orang Islam dapat mengungkapkannya dengan menggunakan kitab Injil yang kenyataannya dapat dibeli di toko-toko untuk umum, maka seharusnya orang Islam itu dihargai karena mengajak tertibnya bacaan perihal ajaran Tuhan dan menyelamatkan rakyat dari bahaya Dajjal. Hal ini sesuai pula dengan petunjuk Injil sendiri dalam membuat pernyataan Dajjal dengan kesaksian Injil di segenap lingkungan bangsa-bangsa, demikian ayatnya, Matius 24:14:
"“Maka Injil Kerajaan ini [agama Tuhan] akan dimasyhurkan dalam seluruh dunia dan menjadi kesaksian bagi segala bangsa”.
Jadi segala bangsa boleh menyatakan Dajjal kalau dapat menggunakan Injil itu. Ternyata bahwa dalam Injil Matius sendiri terdapat penjelasan-penjelasan tentang perkembangan gejala-gejala Dajjal yang berproses dalam tiga tahap.
Tahap pertama : Zaman murid-murid Al-Masih masih hidup sampai abad IV;
Tahap kedua : Sejak raja Konstantin Agung sampai abad VI;
Tahap ketiga: Sejak Paus Gregorius Agung sampai sekarang.
Comments
0 Comments