(Sumber dan Perspektif Muslim dan Barat, serta Pengamatan lapangan Suku Indian Amerika)
Oleh : Dr.H. Saifullah SA, MA
Bersafarlah, niscaya kan kau dapatkan ganti orang yang kau tinggalkan
Berbekalllah, karena kenikmatan hidup kan didapat dalam kelelahan
Aku lihat air yang beku berubah menjadi busuk
Jika ia bergerak tentu akan baik rasa dan rupanya
Harimau, jika tidak meninggalkan sarangnya tentu tak kan memangsa
Dan anak panah jika tidak meninggalkan busur, tak kan mengenai sasaranya
Serbuk emas, ketika masih di tempatnya, sama dengan tanah
Dan kayu gaharu di negeri asalnya sama dengan kayu bakar
(Imam Syafi’i)
ISLAM DAN DORONGAN UNTUK MELAKSANAKAN RIHLAH
Istilah
“Rihlah” berasal dari kata Arab Irtihal, yang berarti “Berpindah dari
satu tempat ke tempat lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Sedang
seluruh proses pergerakan selama rihlah dinamakan safar. Kata-kata
rihlah dalam Al-Qur’an terdapat dalam surat Quraisy ayat 1-2, sedang
kata-kata safar terdapat antara lain dalam Surat Saba’ ayat 19.
Dapat dikatakan bahwa manusia, semenjak
ia masih janin hingga menghembuskan nafas terakhir, selalu dalam kondisi
rihlah terus menerus. Setiap tahap kehidupan merupakan pangkal bertolak
menuju tahap berikutnya. Secara biologis, manusia berpindah atau
mengalami rihlah dari anak-anak, remaja, dewasa dan tua dan berakhir
dengan kematian. Selanjutnya, bagi manusia, bumi adalah tempat lahir,
tempat penghunian dan tempat kematian, yang diperintahkan Allah untuk
dimakmurkan. Karenanya manusia senantiasa mengalami rihlah atau migrasi
dari satu tempat ke tempat lainnya dimuka bumi itu, dalam rangka
menunaikan perintah memakmurkan bumi tersebut.
Al-Qur’an berisi banyak sekali dorongan
atau motivasi untuk melakukan rihlah dimuka bumi, dengan tujuan untuk
dapat melihat keagungan ciptan-Nya berupa alam semesta dengan seluruh
isinya; gunung dan lembah, langit bumi dan apa yang terdapat pada
keduanya atau antara keduanya, tetumbuhan dan hewan-hewan. Juga dengan
memperhatikan bukti-bukti arkeologis dan historis sejarah umat-umat
terdahulu sehingga dapat menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya.
Ayat-ayat Al-Qur’an yang berisi dorongan untuk melakukan rihlah, antara
lain Surat al-Muluk ayat 15 : “Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah
bagimu, maka berjalankah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian
dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu (kembali setelah)
dibangkitkan”. Juga : Ali Imran : 137, Al-An’am : 11, an-Nhl : 36,
an-Naml : 69, al-‘Ankabut : 20, Rum : 42,
Islam memberikan arahan dan tuntunan dalam melakukan rihlah, termasuk tujuan dan maksud rihlah, yakni:
Rihlah untuk mencari keselamatan Hijrah.
Secara spesifik adalah hijrah pada masa Nabi (Hijrah ke Habasyah I, ke
Habasyah II dan ke Madinah). Kisah Hijrahnya Nabi Ibrahim ke Syam
(al-Ankabut : 26-27, al-Anbiya’ : 71-73, al-Isra’: 1), Rihlah Ibrahim ke
Mesir, kisah keluarnya Musa dari Mesir ke Madyan (al-Qashash : 18-19,
Qashash : 21-22), Rihlah Musa bersama Khaidir as
Keluar dari daerah yang didominasi oleh Bid’ah dan yang haram, karena mencari sesuatu yang halal adalah kewajiban setiap muslim.
Melarikan diri dari ancaman yang
menyangkut keselamatan jiwa dan harta (al-’Ankabut : 26, Ash-Shafat :
99, al-Qashash : 21). Contoh rihlah yang populer dalam Al-Quran misalnya
kisah Rihlah Nabi Nuh. As (Hud : 36-41, al-Qamar : 13-14, Hud ; 44,
Rihlah untuk tujuan keagamaan
Untuk dapat menyaksikan keagungan Allah
melalui ciptan-Nya (ar-Rad : 4, al-Mukmin : 57, Ali Imran : 190-191,
Yunus : 101, al-A’raf : 185, dan Yusuf : 109). Dan agar umat lebih
bersyukur kepada Allah atas segala limpahan rahmat-Nya yang dapat kita
saksikan dengan menjelajahi bumi dengan semua isinya (al-A’raf : 10,
Yunus : 14).
- Untuk menyampaikan dakwah keseluruh pelosok dunia (Saba’ : 28, al-Anbiya’ : 107).
- Untuk menuntut ilmu pengetahuan. Sebagaimana maksud Hadits: ”Tuntutlah ilmu sekalipun sampai ke Negeri China”.
- Untuk menunaikan ibadah haji dan umrah
- Berjihad dijalan Allah atau waspada menghadapi musuh.
- Ziarah ketempat-tempat yang mulia (ziarah ke Masjid Haram, Masjid Madinah dan Masjid al-Aqsha serta tempat-tempat mulia lainnya).
- Bersilaturrahim, ta’awwun mengunjungi ikhwan sesama Muslim
- Safar untuk mendapatkan ’ibrah dari kejadian sejarah masa lampau (Ali Imran : 137, Al-An’am : 11, an-Nahl : 36, an-Naml : 69, Rum : 42).
- Rihlah untuk mendapatkan kemaslahatan duniawi
- Safar untuk mencari kebutuhan hidup, berusaha berdagang dan usaha lainnya (al-Baqarah : 198)
- Melakukan tugas diplomatik (an-Naml ; 20-31)
- Turisme atau darmawisata/melancong, Kisah rihlah Zulqarnain ke wilayah barat (al-Kahfi : 83-85), Rihlah Zulqarnaini ke wilayah timur (Kahfi : 86-88), ke penjurtu dunia (Kahfi : 92-98).
Melakukan rihlah akan sangat bermanfaat
bagi pribadi yang melakukannya, bagi peradaban manusia sezaman dan bagi
generasi berikutnya. Surat al-Furqan ayat 63-76 dengan sangat bagus
menggambarkan betapa rihlah akan dapat meningkatkan derajat, martabat
dan kedudukan kaum Muslim yang melakukan rihlah sesuai dengan tuntunan
dan etika Islam.
Dalam menunaikan perintah rihlah itulah
muncul para tokoh penjelajah, penemu bumi, penemu daerah baru, dan
penemu berbagai peralatan, perangkat dan media yang memudahkan rihlah.
Dengan rihlah juga ditemukan berbagai ilmu pengeatahuan dan kemahiran
serta ketrampilan baru.
PARA PENJELAJAH, PENULIS RIWAYAT PERJALANAN, PENCIPTA PETA DAN GLOBE MUSLIM:
Perkembangan
pesat Ilmu Geografi di dunia Islam dimulai ketika Khalifah al-Ma’mun
(813-833) memerintahkan sarjana Muslim melakukan pengukuran jarak-jarak
antara beberapa kota dan wilayah Islam. Sejak itulah munculnya istilah
“mil” untuk ukuran jarak tertentu, dimana sebelumnya orang Yunani
menggunakan istilah “stadion”. Khalifah Al-Ma’mun memerintahkan untuk
membuat peta bumi dan globe. Diperkirakan Musa al-Khawarizmi dan
kawan-kawan merupakan tokoh paling awal yang mempu menciptakan globe
tahap awal.
Al-Khawarizmi menulis buku Geografi yang
berjudul Surah al-Ard (Morfologi bumi), sebuah koreksi terhadap
Ptolemaeus. Pada abad yang sama al-Kindi juga menulis buku bertajuk
Keterangan tentang Bumi yang Berpenghuni. Sejak itu geografi berkembang
kian pesat.
Setidak-tidaknya tercatat nama-nama
penulis, peneliti, penjelajah dan pembuat peta Muslim sebagai berikut :
Muhammad bin Musa al-Razi (w. 273H/882M), Qasim bin Asbagh al-Bayani
(244-340H/859-951M), Ahmad bin Muhd. Al-Razi (284-344H), Ahmad bin Umar
bin Anas al-‘Azri al-Dalaie (393-476H/1002-1083M), Abu ‘Ubaid al-Bakri
(432-487H/1040-1094M), Abdullah bin Ibrahim al-Hijari (kurun ke 6H/12M),
al-Idrisi (110-1166M), Ibn Bashkawal (494-578H/1101-1183M), al-Yasa’
bin Isa bin Hazm al-Ghafiqi (w. 575H/1179M), Abu Hamid al-Gharnati
(lahir 473H/1080-1081M), Mohammad bin Abi Bakr al-Zuhri (kurun ke
6H/12M), Abu Bakar bin al-‘Arabi (468-542H/1076-1148M), Ibn Jubayr
(1145-1217M), Muhammad bin Ayub bin Ghalib al-Gharnaiti, Abu al-Hasan
Ali bin Sa’id (610-685H/1213-1286M), Abu Abdullah Muhd. Al-Abdari, Muhd.
Bin Abd. Al-Mun’im al-Hamiri (w. 900H/1494M) dan lainnya.
Pada awal abad ke 10M, Abu Zayd
al-Balkhi yang berasal dari Balk mendirikan sekolah di Bagdad yang
khusus mengkaji geografi. Selanjutnya, abad ke 11M, geografer Muslim
Spanyol Abu Ubaid al-Bakri menulis Mu’jam al-Ista’jam (Ensiklopedia
Geografia) dan al-Masalik wa al-Mamalik (Jalan dan Kerajaan). Buku
pertama berisi nama-nama tempat di Jazirah Arab, sedangkan buku kedua
berisi pemetaan geografis dunia Arab zaman itu.
Pada abad ke-12, Geografer Muslim,
Al-Idrisi berhasil membuat peta dunia. Al-Idrisi yang lahir tahun 1100M
di Ceutia Spanyol juga menulis kitab Geografi berjudul Nazhah al-Muslak
fi Ikhtira al-Falak (Tempat Orang yang rindu Menembus Cakrawala). Kitab
ini sangat fenomenal sehingga diterjemahkan kedalam bahasa Latin dengan
judul Geographia Nubiensis.
Seabad kemudian, dua geografer Muslim,
Qutbuddin Asy-Syirazi (1236-1311M) dan Yaqut ar-Rumi (1179-1229M),
kembali membuat keajaiban. Qutbuddin mampu membuat peta Laut Tengah
(Laut Mediternia) yang dihadiahkan kepada Raja Persia. Sedangkan Yaqut
menulis enam jilid ensiklopedia bertajuk Mu’jam al-Buldan (Ensiklopedi
Negeri-negeri).
Penjelajah Muslim asal Maroko, Ibn
Battuta pada abad ke-14 M, memberi sumbangan dalam menemukan rute
perjalanan baru. Hampir selama 30 tahun, Ibn Battuta menjelajahi daratan
dan mengharungi lautan mngelilingi dunia. Penjelajah Muslim lainnya
adalah laksamana Cheng Ho dari Tiongkok. Dia melakukan ekspedisi
sebanyak tujuh kali dari tahun 1405-1433M.
Al-Biruni digelari sebagai “Bapak
Geodesi”, karena berjasa dalam mengembangkan ilmu geografi dan geologi.
John J.O’Connor dan Edmund F. Rebertson memberikan pengakuan terhadap
kontribusi besar al-Biruni dalam bukunya Mac-Tutor History of
Mathematics. Menurut mereka, al-Biruni telah menyumbangkan kontribusi
penting bagi pengembangan geografi dan geodesi. Al-Buruni-lah kata
mereka, yang memperkenalkan teknik pengukuran bumi dan jarak-jaraknya
dengan menggunakan teknik triangulation. Al-Biruni juga yang menemukan
radius bumi mencapai 6.339,6 km. Hingga abad ke-16M, Barat belum mampu
mengukur radius bumi seperti yang dilakukan al-Biruni.
Di Palermo, Sicilia, 1138M, sebuah
pertemuan istimewa antara seorang raja Kristen dengan ilmuan Muslim
berlangsung di Istana kerajaan Sicilia. Dalam suasana keakraban, Raja
Roger II – penguasa Sicilia – secara khusus menyambut kedatangan tamu
Muslim yakni al-Idrisi, seorang geografer dan kartografer (pembuat peta)
termasyhur abad ke-12M. Raja Roger II sangat tertarik dengan studi
geografi dan minta dibuatkan peta oleh sang ilmuan Muslim bersangkutan.
Pada era itu belum ada ahli geografi dan kartografi Kristen Eropah yang
dapat membuat peta bumi secara akurat. ”Pada saat itu, ahli geografi dan
kartografi Barat masih menggunakan pendekatan simbolis, fantasi bahkan
mistis”, demikian ungkap Frances Carney Gie dalam tulisannya berjudul
al-Idrisi and Roger’s Book. Dalam pertemuan tersebut diatas, Roger II
dan al-Idrisi sepakat untuk membuat peta dunia pertama yang akurat, yang
memakan waktu 15 tahun. Mega proyek pembuatan peta dunia itu melibatkan
12 sarjana, 10 orang ilmuan Muslim dan dua dari Kristen, dipusatkan di
Palermo. Di kota Palermo berkumpul para navigator dan pelaut dari
berbagai wilayah, seperti Mediterania, Atlantik dan perairan utara. Dari
merekalah al-Idrisi dan kelompoknya menggali dan mengembangkan ilmu
geografi dalam rangka pembuatan peta dunia. Pada 1154, maka peta pesanan
Roger II dapat diselesaikan, bagaimana al-Idrisi mempersembahkan peta
tersebut kepada Roger II, dapat disimak dalam bukunya Nuzhat al-Mustaq
fi Ikhtirak al-Afaq.
Sebagai geografer yang meyakini bahwa
bumi berbentuk bulat, al-Idrisi secara gemilang membuat globe (bola
bumi) dari perak. Bola bumi tersebut memiliki berat 400 kg. Dalam globe
itu, al-Idrisi menggambarkan enam benua, lautan, jalur perdagangan,
danau, sungai, kota-kota utama, daratan dan gunung-gunung. Lebih dari
itu, globe itu juga memuat informasi tentang jarak, panjang dan tinggi
satu ke tempat lainnya. Untuk menjelaskan globe tersebut al-Idrisi
menulis komplomenter berjudul al-Kitab al-Rujari (Buku Roger).
Seperti sudah disebut, al-Idrsi juga
menulis buku Nuzhat al-Mushtaq fi Ikhtiraq al-Afaq, yang dapat disebut
sebagai Ensiklopedia Geografi yang berisi Peta dan informasi mengenai
negara-negara di Erpah, Afrika dan asia yang pertama. Selanjutnya
al-Idrisi juga menulis buku yang bertajuk Rawd un-Nas wa Nuzhat al-Nafs,
buku geografi yang lebih detail dan lebih komprehensif. Selama
mendedikasikan dirinya di Sicilia, al-Idrisi sempat membuat 70 peta
daerah-daerah yang sebelumnya tak tercatat dalam peta.
Siapakah al-Idrisi?. nama lengkapnya Abu
Abdullah Muhammad Ibn al-Idrisi Ash-Sharief, atau al-Syarif al-Idrisi
al-Qurtubi, sedang orang Barat mempopulerkannya dengan Edrisi atau
Dreses. Dilahirkan di Ceuta, Maroko, Afrika Utara pada tahun 1100,
mendapat pendidikan di Cordova, Spanyol. Sejak muda ia telah tertarik
dengan geografi, untuk itu dia telah menjelajahi Laut Mediterania,
Eropah (Spanyol, Perancis, Potugal, Inggeris dan beberapa negeri Eropah
lainnya), disamping Afrika Utara tempat wilayah asalnya. Al-Idrisi
meninggal di Sicilia pada tahun 1160.
Seorang tokoh lain dalam bidang geografi
dan kartografi yang cukup misterius adalah al-Hassan Ibn Muhammad
al-Wazzan al-Fassi sedang masyarakat Eropah menyebutnya dengan ”Leo
Africanus”, karena. dia seorang spesialis geografi Afrika. Al-Wazzan
adalah seorang ilmuan yang unik. Sejarawan Tom Verde menyebut al-Wazzan
sebagai ”Manusia dua wajah”. Saat berada di Afrika Utara, dia
mengabdikan dirinya untuk Sultan di Maroko. Ketika di Barat, ia bekerja
untuk kepentingan pemimpin tertinggi umat Katholik, Paus. Menurut
Bouchentouf, al-Wazzan adalah seorang Muslim yang hidup sebagai seorang
Kristen dan menulis dunia Islam untuk masyarakat Kristen.
Layaknya intelektual Muslim sekaliber
Ibnu Battuta, Ibnu Khaldun dan Ibnu Jubair, maka al-Wazzan adalah juga
seorang yang serba bisa. Ia adalah seorang penjelajah, navigator, karena
itu dia geografer dan kartografer, lanjutannya dia Sejarawan dan
diplomat. Secara khusus ternyata Al-Wazzaan juga seorang ahli hukum,
bahkan pengelola rumah sakit. Al-Wazzan mampu menjembatani peradaban
yang berseberangan melalui keilmuan dan kamus tiga bahasa yang
ditulisnya : Arab-Latin dan Yahudi.
Al-Wazzan terlahir di Granada, Andalusia
(Spanyol) pada 1493 (ada yang menyebut 1494). Menurut Prof. Mohammad
Hajji, penyusun Ensiklopedia Maroko, nama asal al-Wazzan adalah Hassan,
ayahnya Muhammad, seorang terpandang di istana Sultan Granada. Al-Wazzan
dan keluarganya hijrah ke kota Fez, Maroko, ketika umat Islam terusir
dan dibantai oleh penguasa Kristen pada abad ke-15. Prof. Hajji
menuturkan, sang ayah dan paman al-Wazzan bekerja untuk Sultan Fez.
Al-Wazzan sempat menimpa ilmu di Perguruan al-Qarawiyyin. Disinilah
sebenarnya al-Wazzan mengenal seluk-beluk Afrika secara mendalam, mulai
dari geografi, adat-istiadat, sosiologi, masyarakat Afrika yang sangat
majemuk itu, sehingga kemudian terkenal sebagai “Ahli tentang Afrika
atau Leo Africanus”.
Perjalanan intelektual a-Wazzan,
kelihatan ketika berumur 14 tahun dia sudah menjadi qadli. Dua tahun
kemudian dia mulai menjalankan tugas sebagai diplomat. Pada usia 16
tahun, al-Wazzan telah menemani pamannya menjalankan tugas diplomatik
mewakili Sultan Wattasid, untuk kawasan Afrika Utara. Ia juga sempat
mendatangi Timbuktu dan Gaodua, yang berada di wilayah Mali dan dibawah
kekuasaan Kerajaan Songhai. Karena kemampuannya mencatat dan
memperkenalkan Timbukti secara luas, dan menjelaskan jalur perdagangan
timur-barat-dan utara-tengah Afrika melalui Sub-Sahara, akhirnya dia
diangkat menjadi duta kepercayaan Sultan untuk Mali dan Nigeria.
Kariernya yang cemerlang sebagai
diplomat membawanya hingga ke Istambul (Turki Utsmani), dan berkenalan
dengan beberapa penguasa Eropah Timur. Pada 1518, dalam perjalanan
pulang dari Istambul, rombongannya ditangkap bajak laut yang bekerja
untuk Ksatria Saint Jhon. Anggota rombongan dijual ke pasar budak di
Pisa dan Genoa, tapi karena keilmuannya, al-Wazzan diserahkan pada Paus
Leo X.
Karena
pada waktu itu sedang berlangsung Perang salib, maka kehadiran
Al-Wazzan di Roma menjadi begitu istimewa, dia diminta menjelasklan
kekuatan Turki Utsmani, dan kekuatan Islam lainnya di belahan Asia Kecil
dan Asia Barat, guna mempermudah perjalanan angkatan Salib.
Sesuatu yang misteri dan tidak terungkap
secara jelas, adalah tentang (terpaksanya) Al-Wazzan masuk Kristen.
Menurut sumber Barat, pada tanggal 6 Januari 1520, saat al-Wazzan
berusia 24 tahun, dia sempat dibaptis oleh Paus Leo X dan diberi nama
baptis “Johannes Leo de Medicis” atau “Giovanni Leone” atau dalam
sebutan Arabnya “Yuhanna al-Asad”. Dari beberapa nama itulah kemudian
dia dipopulerkan di Barat oleh penulis buku dari Venesia, Giovanni
Battista Ramusio dengan “Leo Africanus”. Tapi sumber-sumber Islam
menyatakan bahwa hakekatnya al-Wazzan tetap seorang Muslim, karena
bagaimanapun dia pernah juga pulang ke Afrika Utara. Apa yang
dilakukannya di Roma dihadapan Sri Paus, adalah sebuah upaya
penyelamatan diri dan posisi keilmuannya (Taqiyyah). Pada waktu Roma
diserang Raja Charles V, pada Mei 1527, menurut kalangan barat,
al-Wazzan meninggal dunia di Roma pada waktu itu, sedang menurut
kalangan Muslim, Al-Wazzan sempat melarikan diri ke Tunis, Tunisia, dan
meninggal dunia di Tunis pada 1550.
Benarkah al-Wazzan menjadi Kristen?,
menurut Prof. Hajji, pembaptisan oleh Paus itu hanyalah strategi agar
lepas dari penjara Paus, juga lepas dari pembayaran pajak
tahanan/tawanan yang cukup tinggi. ”Pada saat itu, hal seperti itu biasa
terjadi”, kata Sejarawan Ahmed Bouchard, mantan Dekan Sekolah Seni dan
Sains Universitas Muhammad Khamis di Maroko.
”Saat itu, demi keselamatannya, orang
Islam dan Yahudi pindah menjadi Kristen, orang Kristen menjadi Muslim”,
ujar Bouchard. Sebagaimana misalnya dalam sejarah terbaca Kekhalifahan
Turki diperkuat prajurit yang sebenarnya (pada mulanya) beragama
Kristen, atau kesultanan Maroko memiliki prajurit yang (pada awalnya)
sebenarnya beragama Kristen.
Pada masa dia berada dilingkungan Paus
itulah dia menyelesaikan buku besarnya Cosmographia Del Africa, Maret
1526. Buku ini juga diterbitkan dalam bahasa Italia berjudul Della
Descrittionedell’Africa et Delle Cose Notabli che Ivi Sono. Buku ini
kemudian diedit ulang pada 1554, 1563, 1588, 1606 dan 1613M. Pada edisi
1588, editor dan penerbit mengklaim Leo al-Wazzan meninggal di Roma.
Adalah juga ketika di Roma dia menulis beberapa buku Tentang Bahasa
Arab, buku Tentang Sejarah Islam daln lain nya.
Selain itu, buku berjudul Fenomenal
al-Wazzan juga diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis pada 1556 oleh
Jean Temporal dengan judul Historiale Description de l’Afrique Tierce
Partie du Monde. Diterjemahkan kedalam bahasa Latin dengan judul De
Totius Africae descriptione Libri IX, tahun 1559 dan 1632. Kedalam
bahasa Jerman, diterjemahkan dan diterbitkan oleh Lorbach dengan judul
Beschreibung von Africa pada 1805. Bahkan tiga abad kemudian diterbitkan
di Perancis dengan judul Description de l’Afrique pada 1896.
MUSLIM SEBAGAI PENEMU AMERIKA : SUMBER-SUMBER DAN PRESPEKTIF MUSLIM
Selama
ribuan tahun, selalu dipersepsikan bahwa penemu Benua Amerika adalah
Christopher Colombus pada 12 Oktober 1492. Menurut versi tersebut,
ketika pertama kali menginjakkkan kakinya di daratan, dia menyangka
mendarat di semenanjung Hindia, sehingga penduduk aslinya disebut
”Indian”.
Tapi menurut versi lain, penelitian
ulang yang dilakukan oleh beberapa peneliti Barat, atau penelitian dari
sumber-sumber tertulis dari kalangan Muslim, ilmuan Muslim, ditemukan
data-data baru bahwa Benua Amerika telah ditemukan oleh penjelajah
Muslim 603 tahun sebelum Colombus menginjakkan kakinya di benua Amerika.
Literatur yang menerangkan bahwa
penjelajah Muslim sudah datang ke Amerika sebelum Colombus, antara lain
pakar sejarah dan geografer Abul Hassan Ali Ibnu al-Hussain al-Masudi
(871-957M). Dalam bukunya Muruj Adh-Dhahabwa Maad al-Jawhar (The Meadows
of Gold and Quarries of Jewels / Hamparan Emas dan tambang Permata),
al-Masudi telah menuliskan bahwa Khaskhas Ibnu Sa’ied Ibn Aswad, seorang
penjelajah Muslim dari Cordova, Spanyol, berhasil mencapai benua
Amerika pada 889M.
Al-Masudi menjelaskan, semasa
pemerintahan Khalifah Abdullah Ibn Muhammad (888-912M) di Andalusia,
Khaskhas berlayar dari Pelabuhan Delbra (Palos) pada 889, menyeberangi
lautan Atlantik hingga mencapai sebuah negeri yang asing (al-ardh
majhul). Sekembalinya dari benua asing tersebut, dia membawa pulang
barang-barang yang menakjubkan, yang diduga berasal dari benua baru yang
kemudian berama Amerika.
Sejak itulah, pelayaran menembus
Samudera Atlantik yang saat itu dikenal sebagai ”lautan yang gelap dan
berkabut”, semakin sering dilakukan oleh pedagang dan penjelajah Muslim.
Literatur yang paling populer adalah essay Dr. Yossef Mroueh dalam
Prepatory Committe for International Festivals to Celebrate the
Millenium of the Muslims Arrival to the America tahun 1996. Dalam essay
berjudul Precolumbian Muslims in America (Muslim di Amerika Pra
Colombus), Dr. Mroueh menunjukkan sejumlah fakta bahwa Muslimin dari
Anadalusia dan Afrika Barat tiba di Amerika sekurang-kurangnya lima abad
sebelum Colombus.
Pada pertengahan abad ke-10, pada masa
pemerintahan Bani Umayyah Andalusia: Khalifah Abdurrahman III
(929-961M), kaum Muslimin dari Afrika berlayar ke arah barat dari
pelabuhan Delbra (Palos) di Spanyol menembus “samudera yang gelap dan
berkabut”. Setelah menghilang beberapa lama, mereka kembali dengan
sejumlah harta dari negeri yang “tak dikenal dan aneh”. Dalam pelayaran
itu, ada sejumlah kaum Muslimin yang tinggal bermukim di negeri baru
itu. Mereka inilah imigran Muslim gelombang pertama yang tiba di
Amerika.
Masih menurut Dr. Mroueh, berdasarkan
catatan sejarawan Abu Bakr Ibnu Umar al-Gutiyya, yang hidup pada masa
pemerintahan Khalifah Hisyam II (976-1009) di Andalusia, penjelajah dari
Granada bernama Muhammad Ibnu Farrukh meninggalkan pelabuhan Kadesh,
Februari 999. M.Farrukh melintasi Lautan Atlantik, mendarat di Gando
(Kepulauan Canary) dan berkunjung pada Raja Guanariga. Ia melanjutkan
pelayaran ke arah barat, melihat dua pulau dan menamakannya dengan
Cpraria serta Pluitana. Ia kembali ke Andalusia Mei 999 M.
Al-Syarif al-Idrisi (1099-1166), pakar
Geografi dan ahli pembuat peta, dalam bukunya Nuzhat al-Musytaq fi
Ikhtiraq al-Afaq (Ekskursi dari yang rindu mengharungi Ufuk) menulis,
sekelompok pelaut Muslim dari Afrika Utara berlayar mengharungi samudera
yang gelap dan berkabut. Ekspedisi yang berangkat dari Lisbon
(Portugal) ini, dimaksudkan untuk mendapatkan jawaban apa yang ada di
balik samudera itu ?, berapa luasnya dan dimana batasnya?, Merekapun
menemukan daratan yang penghuninya bercocok tanam.
Pelayaran melintasi samudera Atlantik
dari Maroko juga dicatat oleh penjelajah Shaikh Sayn-eddin Ali bin
Fadhel al-Mazandarani. Kapalnya melepas jangkar dari pelabuhan Tarfay di
Maroko pada masa Sultan Abu Yacoob Sidi Yossef (1286-1307M), penguasa
keenam Kekhalifahan Marinid. Rombongan ekspedisi ini mendarat di Pulau
Green di Laut Karibia pada 1291. menurut Dr. Mroueh, catatan perjalanan
pelaut Maroko ini banyak dijadikan referensi oleh ilmuan Islam pada era
sesudahnya.
Sultan-sultan dari Kerajaan Mali di
Afrika Barat yang beribukota Timbuktu, juga melakukan penjelajahan
hingga mendarat di benua Amerika. Sejarawan Chihab Addin Abul Abbas
Ahmad bin Fadhl al-Murai (1300-1384), menulis catatan tentang geografi
Timbuktu, yang waktu itu ternyata telah menjadi kota pusat peradaban dan
cukup maju di Afrika Barat.
Ekspedisi laut yang berawal dari
Timbuktu, antara lain dilakukan oleh Sultan Abu Bakari I (1285-1312M)
yang merupakan saudara dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312-1337M).
Sultan Abu Bakar I melakukan dua kali ekspedisi menembus Lautan Atlantik
dan mendarat di Amerika. Bahkan, penguasa Afrika Barat ini sempat
menyusuri sungai Missisippi, dan mencapai pedalaman Amerika Tengah
antara tahun 1309-1312. Selama berada di benua baru ini, para eksplorer
ini tetap berkomunikasi dengan bahasa Arab dengan penduduk setempat. Dua
abad kemudian tepatnya tahun 1513, penemuan benua Amerika ini
diabadikan dalam peta berwarna yang disebut Piri Re’isi. Peta ini
dipersembahkan kepada Khalifah Ottoman, Sultan Selim I, tahun 1517 di
Turki. Peta ini memberikan informasi akurat tentang belahan bumi
bahagian barat, Amerika Selatan, dan pesisir pantai Brasil. Piri sendiri
sebenarnya merupakan nama seorang pejabat laut sekaligus pembuat peta
kerajaan Turki Utsmani, yang berbakti pada kerajaan Turki Utsmani masa
pemerintahan Sultan Salim (1512-1520) sampai pemerintahan Sultan
Sulaiman al-Qanuny (1520-1566). Gelaran ”Reis” (berasal dari bahasa Arab
Raais, yang berarti panglima atau Pimpinan), diberikan pada Piri
setelah yang bersangkutan memenangkan peperangan laut melawan Bendeqia.
Peta Piri Reis yang bertarikh 1513 M itu
disimpan di Tobco Serai/Top Kopi, dan kemudian pada tahun 1929, dikaji
ulang oleh seorang orientalis Jerman Prof. Paul Kalhe yang
membentangkannya dalam Kongres Kajian Oriental di Leiden pada 1931.
Untuk mengenang jasa-jasanya, pemerintah Turki mengabadikannya menjadi
perangko Peta Piri Reis itu.
D. MUSLIM SEBAGAI PENEMU AMERIKA: Sumber-sumber dan Perspektif Barat:
Pertama, dalam bukunya Saga America (New
York, 1980), Dr. Barry Fell, arkeolog dan ahli bahasa berkebangsaan
Selandia Baru jebolan Harvard University menunjukan bukti-bukti detail
bahwa berabad-abad sebelum Colombus, telah bermukim kaum Muslimin dari
Afrika Utara dan Barat di beua Amerika. Tak heran jika bahasa masyarakat
Indian Pima dan Algonquain memiliki beberapa kosakata yang berasal dari
bahasa Arab.
Di
negara bahagian Inyo dan California, Dr. Barry menemukan beberapa
kaligrafi Islam yang ditulis dalam bahasa Arab salah satunya bertuliskan
”Yesus bin Maria” yang artinya ”Isa anak Maria”. Kaligrafi ini dapat
dipastikan datang dari ajaran Islam yang hanya mengakui nabi Isa sebagai
anak manusia dan bukan anak Tuhan. Dr. Barry menyatakan bahwa usia
kaligrafi ini beberapa abad lebih tua dari usia Negara Amerika Serikat.
Bahkan lebih lanjut, Dr. Barry menemukan reruntuhan, sisa-sisa
peralatan, tulisan, digram, dan beberapa ilustrasi pada bebatuan untuk
keperluan pendidikan di Sekolah Islam. Tulisan, diagram dan ilustrasi
ini merupakan mata pelajaran matematika, sejarah, geografi, astronomi
dan navigasi laut. Semuanya ditulis dalam tulisan Arab Kufi dari Afrika
Utara.
Penemuan sisa-sisa sekolah Islam ini
ditemukan dibeberapa lokasi seperti di Valley of Fire, Allan Springs,
Logomarsino, Keyhole, Canyon Washoe, Hickison Summit Pas (Nevada), Mesa
Verde (Colorado), Mimbres Valley (New Mexico) dan Tipper Canoe
(Indiana). Sekolah-sekolah Islam ini diperkirakan berfungsi pada tahun
700-800 M. Keterangan yang sama juga ditulis olh Donald Cyr dalam
bukunya yang berjudul Exploring Rock Art (Satna barbara, 1989).
Kedua, dalam bukunya Africa and the
Discovery of America (1920), pakar sejarah dari Harvard University, Loe
Weiner, menulis bahwa Colombus sendiri sebenarnya juga mengetahui
kehadiran orang-orang Islam yang tersebar di Karibia, Amerika Utara,
Tengah dan Selatan, termasuk Canada. Tapi tak seperti Colombus yang
ingin menguasai dan memperbudak penduduk asli Amerika, umat Islam datang
untuk berdagang, berasimilasi dan melakukan perkawinan dengan
orang-orang India suku Iroquis dan Algonquin. Colombus juga mengakui,
dalam pelayaran antara Gibara dan Pantai Kuba, 21 Oktober 1492, ia
melihat masjid berdiri diatas bukit dengan indahnya. Saat ini,
reruntuhan masjid-masjid itu telah ditemukan di Kuba, Mexico, Texas dan
Nevada.
Ketiga, John Boyd Thacher dalam, bukunya
Christopher Colombus yang terbit di New York, 1950, menunjukkan bahwa
Colombus telah menulis bahwa pada hari Senin, 21 Oktober 1492, ketika
sedang berlayar di dekat Cibara, bahagian tenggara pantai Cuba, ia
menyaksikan mesjid di atas puncak bukit yang indah. Sementara itu, dalam
rangkaian penelitian antropologis, para antropolog dan arkeolog memang
menemukan reruntuhan beberapa masjid dan menaranya serta ayat-ayat
al-Qur’an di Cuba, Mexico, Texas dan Nevada.
Keempat, Clyde Ahmad Winters dalam
bukunya Islam in Early North and South America, yang diterbitkan
penerbit Al-Ittihad, Juli 1977, halaman 60 menyebutkan, para antropolog
yang melakukan penelitian telah menemukan prasasti dalam bahasa Arab di
lembah Mississipi dan Arizona. Prasasti itu menerangkan bahwa imigran
Muslim pertama tersebut juga membawa gajah dari Afrika.
Sedangkan Ivan Van Sertima, yang dikenal
karena karyanya They Came Before Colombus, menemukan kemiripan
arsitrektur bangunan penduduk asli Amerika dengan kaum Muslim Afrika.
Sedang dalam bukunya yang lain African Presence in Early America, juga
menegaskan tentang telah adanya pemukiman Muslim Africa sebelum
kehadiran Colombus di Amerika.
Kelima, ahli sejarah Jerman, Alexander
Von Wuthenan juga memberikan bukti bahwa orang-orang Islam sudah berada
di Amerika tahun 300-900 M. Artinya, umat Islam sudah ada di Amertika,
paling tidak setengah abad sebelum Colombus lahir. Bukti berupa ukiran
kayu berbentuk kepala manusia yang mirip dengan orang Arab diperkirakan
dipahat tahun 300 dan 900 M. Beberapa ukiran kayu lainnya diambil
gambarnya dan diteliti, ternyata memiliki kemiripan dengan orang Mesir.
Keenam, salah satu buku karya Gavin
Menzies, seorang bekas pelaut yang menerbitkan hasil penelusurannya,
menemukan peta empat pulau di Karibia yang dibuat pada tahun 1424 dan
ditandatangani oleh Zuanne Pissigano, kartografer dari Venezia, yang
sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Peta ini berarti dibuat 68
tahun sebelum Colombus mendarat di Amerika. Dua pulau pada peta ini
kemudian diidentifikasi sebagai Puerto Rico dan Guadalupe.
Henry Ford dalam bukunya The Complete
International Jew, terdapat cuplikan yang menjelaskan bagaimana kondisi
riil Umat Islam pada akhir kekuasaan Islam di Spanyol, yang mengalami
penyiksaan yang sangat luar biasa, dan bagaimana dari penyiksaan
tersebut akhirnya ada yang melarikan diri bersama rombongan Colombus ke
Amerika. Dalam buku tersebut dapat disarikan sebagai berikut :
Perjalanan Colombus dimulai 3 Agustus
1492, sehari setelah jatuhnya Granada, benteng terakhir umat Islam di
Spanyol. Dalam pertarungan hidup-mati itu, 300 ribu orang Yahudi diusir
dari Spanyol oleh raja Ferdinand yang Kristen. Selanjutnya, dalam buku
tersebut dikisahkan bagaimana perjuangan penggalanagan dana oleh kaum
Yaahudi untuk mendukung perjalanan Colombus dan pada hakekatnya juga
pelayaran bagi pelarian Yahudi Spanyol ke Amerika. Tapi ada bahagian
informasi yang sengaja tidak dipublikasikan, yakni bahwa Colombus
membawa dua kapal, yakni kapal Pinta dan Nina. Kedua kapal ini dibantu
oleh nakhoda Muslim bersaudara. Martin Alonso Pinzon menakhodai kapal
Pinta, dan Vicente Yanex Pinzon menakhodai kapal Nina. Keduanya
menggunakan Spanyol namun keduanya sebenarnya masih keluarga Sultan
Maroko Abu Zayan Muhammad III (1362-1366) yang menguasai kekhalifahan
Marinid (1196-1465). Informasi tersebut juga ditemukan dalam buku karya
John Boyd Thacher, Christopher Colombus, New York, 1950.
MUSLIM SEBAGAI PENEMU AMERIKA: HASIL PENGAMATAN LAPANGAN DAN PERSPEKTIF SUKU-SUKU INDIAN AMERIKA (CHEROKEE)
Hari
ini, kalau kita membuka peta Amerika paling mutakhir buatan Rand
McNally dan mencermati nama-nama tempat. Hampir di semua bagian benua
ini akan ditemukan jejak-jejak umat Islam jauh sebelum Colombus. Di
tengah kota Los Angeles misalnya, terdapat kawasan Alhambra, teluk
El-Morro dan al-Amitos serta nama-nama kawasan seperti Andalusia,
Attilla, Alla, Aladdin, Albany, Al-Cazar, Alameda, Alomar, al-Mansor,
Almar, Alva, Amber, Azuredan La Habra.
Di bahagian tengah Amerika, dari selatan
hingga Illionis terdapat nama-nama kota Albany, Andalusia, Attalla,
Lebanon dan Tullahoma. Di negara bagian Washington ada kota Salem. Di
Karibia (berasal dari bahasa Arab Qariiban) dan Amerika Tengah terdapat
kawasan bernama Jamaika, Pulau Cuba (dari kata Quba) dengan ibukotanya
Havana (dari La-Habana). Juga nama-nama pulau Grenada, Barbados, Bahama
dan Nassau.
Di Amerika Selatan terdapat nama kota
seperti Cordova (di Argentinma), Al-Cantara (di Brazil), Bahia (di
Brazil dan Argentina). Selanjutnya , ada nama-nama pegunungan seperti
Appalachian (Afala-che) di pantai timur dan pegunungan Absarooka
(Abshaaruka) di pantai barat. Kota besar di negara bagian Ohio yang
terletak di muara sungai Wabash yang panjang dan meliuk-liuk bernama
Toledo, nama Universitas Islam ternama pada masa kejayaan Islam di
Andalusia.
Menurut Dr. Youssef Mroueh, hari ini di
Amerika Utara terdapat 565 nama tempat, baik nergara bagian, kota,
sungai, gunung, danau dan desa yang diambil dari nama Islamatau nama
dengan akar kata dari bahasa Arab. Selebihnya, sebanyak 484 nama
terdapat di Amerika Serikat dan 81 di Kanada. Nama-nama ini diberikan
oleh penduduk asli yang telah ada sebelum Colombus menginjakkan kaninya
di Amerika.
Dr. A. Zahoor juga menulis bahwa nama
negara bagaian seperti Alabama berasal dari kata Allah Bamya. Nama
negara bagian Arkansas berasal dari kata Arkan-Sah dan Tenesse dari
Tanasuh. Demikian njuga nama kota besar seperti Tallahassee di Florida,
berasal dari bahasa Arab yang artinya ”Allah akan menganugerahkan
sesuatu dikemudian hari”.
Dr. Mroueh juga menulis, beberapa nama
yang dicatatnya merupakan nama kota suci seperti Mecca di Indiana.
Medina merupakan nama paling populer di Amerika. Medina terdapat di
Idaho, Medina di New York, Medina dan Hazen di North Dakota. Medina di
Ohio, Medina di Tenesse. Medina di Texas dengan penduduk 26 ribu jiwa.
Medina di Ontario Canada, kota Mahomet di Illionis, Moda di Utah dan
Arva di Ontario Canada.
Ketika Colombus mendarat di kepulauan
Bahama, 12 Oktober 1492, pulau itu sudah diberi nama Guanahani oleh
penduduknya. Guanahani berasal dari kata Arab ikhwana (saudara),
kemudian dibawa ke bahasa Mandika (kerajaan Islam di barat Afrika) yang
berarti ”tempat keluarga Hani bersaudara”. Tapi kemudian Colombus secara
”seenaknya” memberinya nama San Salvador, dan merampas pulau ini dari
pemilik awalnya.
Hari ini, seandainya kita mengunjungi
Washington, dan sempat mengunjungi Perpustakaan Kongres (Library of
Congress), dan meminta arsip perjanjian pemerintah Amerika Serikat
dengan Suku Indian Cherokee, salah satu suku terkemuka Indian, tahun
1787. Di arsip tersebut secara fakta akan ditemukan tandatangan Kepala
Suku Cherokee saat itu, bernama Abdel Khak and Muhammad Ibn Abdullah.
Nama suku Cherokee sendiri diperkirakan berasal dari bahasa Arab Sharkee
Isi
perjanjian itu antara lain adalah hak suku Cherokee untuk melangsungkan
keberadaannya dalam bidang perdagangan dan pemerintahan suku yang
ternyata didasarkan pada hukum Islam. Lebih lanjut, akan ditemukan
kebiasaan berpakaian wanita suku Cherokee yang menutrup aurat, sedangkan
kaum lelakinya memakai turban (sorban) dan gamis hingga sebatas lutut.
Cara berpakaian ini dapat ditemukan
dalam foto atau lukisan suku Cherokee yang diambil gambarnya sebelum
tahun 1832. Kepala suku terakhir Cherokee sebelum akhirnya secara
perlahan punah atau dipunahkan dari daratan Amerika adalah seorang
Muslim bernama Ramadhan Ibn Wati.
Mengenai aksara Cherokee yang kemudian
diteliti, digali dan dihidupkan kembali oleh seorang tokoh Cherokee
modern bernama Sequoyah, adalah terdapatnya kemiripan antara aksara
Cherokee yang disebut Syllabari dengan aksara Arab . Bahkan beberapa
pahatan peninggalan lama Cherokee di Nevada, ternyata mempunyai
kemiripan dengan aksara Arab.
Yang lebih mengherankan adalah, ternyata
keterkaitan Islam/Arab tidak hanya dengan Suku Cherokke, tapi juga
dengan suku-suku Indian lainnya, seperti Anasazi, Apache, Arawak,
Arikana, Chavin Cree, Makkah, Hohokam, Hupa, Hopi, Mahigan, Mohawk,
Nazca, Zulu dan Zuni. Beberapa kepala suku Indian juga mengenakkan tutup
kepala khas corang Islam. Misalnya kepala suku Chippewa, Creek, Iowa,
Kansas, Miami, Potawatomi, Sauk, Fox, Seminole, Shawnee, Sioux,
Winnebago dan Yuchi. Hal ini dibuktikan pada foto-foto antara tahun 1835
hingga 1870.
KESIMPULAN DAN PENUTUP
1. Al-Qur’an berisi banyak sekali
dorongan atau motivasi untuk melakukan rihlah dimuka bumi, dengan tujuan
untuk dapat melihat keagungan ciptan-Nya berupa alam semesta dengan
seluruh isinya; gunung dan lembah, langit bumi dan apa yang terdapat
pada keduanya atau antara keduanya, tetumbuhan dan hewan-hewan. Juga
dengan memperhatikan bukti-bukti arkeologis dan historis sejarah
umat-umat terdahulu sehingga dapat menjadi pelajaran bagi generasi
berikutnya. Surat al-Muluk ayat 15 : “Dialah Yang menjadikan bumi itu
mudah bagimu, maka berjalankah di segala penjurunya dan makanlah
sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu (kembali
setelah) dibangkitkan”.
2. Nama-nama penulis, peneliti,
penjelajah dan pembuat peta Muslim sebagai berikut: Muhammad bin Musa
al-Razi (w. 273H/882M), Qasim bin Asbagh al-Bayani (244-340H/859-951M),
Ahmad bin Muhd. Al-Razi (284-344H), Ahmad bin Umar bin Anas al-‘Azri
al-Dalaie (393-476H/1002-1083M), Abu ‘Ubaid al-Bakri
(432-487H/1040-1094M), Abdullah bin Ibrahim al-Hijari (kurun ke 6H/12M),
al-Idrisi (110-1166M), Ibn Bashkawal (494-578H/1101-1183M), al-Yasa’
bin Isa bin Hazm al-Ghafiqi (w. 575H/1179M), Abu Hamid al-Gharnati
(lahir 473H/1080-1081M), Mohammad bin Abi Bakr al-Zuhri (kurun ke
6H/12M), Abu Bakar bin al-‘Arabi (468-542H/1076-1148M), Ibn Jubayr
(1145-1217M), Muhammad bin Ayub bin Ghalib al-Gharnaiti, Abu al-Hasan
Ali bin Sa’id (610-685H/1213-1286M), Abu Abdullah Muhd. Al-Abdari, Muhd.
Bin Abd. Al-Mun’im al-Hamiri (w. 900H/1494M) dan lainnya. pakar sejarah
dan geografer Abul Hassan Ali Ibnu al-Hussain al-Masudi (871-957M).
Dalam bukunya Muruj Adh-Dhahabwa Maad al-Jawhar (The Meadows of Gold and
Quarries of Jewels / Hamparan Emas dan tambang Permata), al-Masudi
telah menuliskan bahwa Khaskhas Ibnu Sa’ied Ibn Aswad, seorang
penjelajah Muslim dari Cordova, Spanyol, berhasil mencapai benua Amerika
pada 889M.
3. Dr. Barry Fell, arkeolog dan ahli
bahasa berkebangsaan Selandia Baru jebolan Harvard University menunjukan
bukti-bukti detail bahwa berabad-abad sebelum Colombus, telah bermukim
kaum Muslimin dari Afrika Utara dan Barat di beua Amerika. Tak heran
jika bahasa masyarakat Indian Pima dan Algonquain memiliki beberapa
kosakata yang berasal dari bahasa Arab. Clyde Ahmad Winters dalam
bukunya Islam in Early North and South America, yang diterbitkan
penerbit Al-Ittihad, Juli 1977, halaman 60 menyebutkan, para antropolog
yang melakukan penelitian telah menemukan prasasti dalam bahasa Arab di
lembah Mississipi dan Arizona. Prasasti itu menerangkan bahwa imigran
Muslim pertama tersebut juga membawa gajah dari Afrika. ahli sejarah
Jerman, Alexander Von Wuthenan juga memberikan bukti bahwa orang-orang
Islam sudah berada di Amerika tahun 300-900 M. Artinya, umat Islam sudah
ada di Amertika, paling tidak setengah abad sebelum Colombus lahir.
4. Dalam peta Amerika paling mutakhir
buatan Rand McNally dan mencermati nama-nama tempat. Hampir di semua
bagian benua ini akan ditemukan jejak-jejak umat Islam jauh sebelum
Colombus. Di tengah kota Los Angeles misalnya, terdapat kawasan
Alhambra, teluk El-Morro dan al-Amitos serta nama-nama kawasan seperti
Andalusia, Attilla, Alla, Aladdin, Albany, Al-Cazar, Alameda, Alomar,
al-Mansor, Almar, Alva, Amber, Azuredan La Habra.
Di bahagian tengah Amerika, dari selatan
hingga Illionis terdapat nama-nama kota Albany, Andalusia, Attalla,
Lebanon dan Tullahoma. Di negara bagian Washington ada kota Salem. Di
Karibia (berasal dari bahasa Arab Qariiban) dan Amerika Tengah terdapat
kawasan bernama Jamaika, Pulau Cuba (dari kata Quba) dengan ibukotanya
Havana (dari La-Habana). Juga nama-nama pulau Grenada, Barbados, Bahama
dan Nassau. Di Amerika Selatan terdapat nama kota seperti Cordova (di
Argentinma), Al-Cantara (di Brazil), Bahia (di Brazil dan Argentina).
Selanjutnya, ada nama-nama pegunungan seperti Appalachian (Afala-che) di
pantai timur dan pegunungan Absarooka (Abshaaruka) di pantai barat.
Seluruhnya membuktikan hubungan antara Arab-Andalus-Mali-Afrika Barat
dan Amerika.
DAFTAR BACAAN
- Abdul Hakam Ash-Sha’idi, Dr, Bepergian (Rihlah) Secara Islam, terjemahan dari Ar-Rihlatu fil Islam, oleh Abdul Hayyie al-Kattanie, Gema Insani Press, jakarta, 1988.
- Abul Hassan Ali Ibnu al-Hussain al-Masudi, Muruj Adh-Dhahabwa Maad al-Jawhar (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels),
- Ahmad, Ahmad Ramashan, Dr., al-Rihlat wa al-Rahalat al-Muslimun, Jeddah, Dar al-Bayan al-‘Arabi, (t.t.).
- Al-Syarif al-Idrisi, Nuzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaq (Ekskursi dari yang rindu mengharungi Ufuk)
- Anuar ‘Abdul ‘Alim, Dr., Ibn Majid al-Mallah, Dar al-Katib al-Arabi, 1967.
- Anwar G. Chejne, Muslim Spain: Its History and Culture, Minneapolis, The University of Minneapolis Press, 1974.
- Asma’ Wardah Bt Surtahman, Prof.Madya Dr. Ahmad Zaki Hj Berahim @ Ibrahim, Penemuan Benua Amerika Berdasarkan Keilmuan Tamadun Islam Di Andalusia: Sorotan Terhadap Pelayaran Eropah, makalah dibentangkan dalam Seminar Antarabangsa bertema “Andalusia 1300 tahun”, oleh USM Pulau Pinang bekerjasama dengan Jabatan Mufti Negeri Pulau Pinang, pada tanggal 5-6 Maret 2008.
- Barry Fell, Dr. Saga America, New York, 1980
- Chairul Akhmad, “Ibnu Battuta : Pemuda Pencari Tepi Dunia”, sebagaimana termuat dalam Majalah Islam Sabili , Edisi Khusus (Special Edition), The Great Muslim Travelers, nomot 13 tahun XVI 15 Januari 2009/18 Muharram 1430H.
- Clyde Ahmad Winters, Islam in Early North and South America, Al-Ittihad, Juli 1977
- Diyah Kusumawardhani, “Petualangan Sindbad Menjelajahi Tujuh Lautan Menuju Cina”, sebagaimana termuat dalam Majalah Islam Sabili , Edisi Khusus (Special Edition), The Great Muslim Travelers, nomot 13 tahun XVI 15 Januari 2009/18 Muharram 1430H.
- Donald Cyr, Exploring Rock Art, Satna Barbara, 1989
- Dwi Hardianto, “Penjelajah : Kisah Para Pembuat Peta”, sebagaimana termuat dalam Majalah Islam Sabili , Edisi Khusus (Special Edition), The Great Muslim Travelers, nomot 13 tahun XVI 15 Januari 2009/18 Muharram 1430H.
- ------------------, “Laksamana Cheng Ho : sebelum Colombus Menembus Atlantik”, sebagaimana termuat dalam Majalah Islam Sabili , Edisi Khusus (Special Edition), The Great Muslim Travelers, nomot 13 tahun XVI 15 Januari 2009/18 Muharram 1430H.
- ------------------, “Cheroke Suku Indian Muslim yang musnah”, sebagaimana termuat dalam Majalah Islam Sabili , Edisi Khusus (Special Edition), The Great Muslim Travelers, nomot 13 tahun XVI 15 Januari 2009/18 Muharram 1430H
- Eman Mulyatman, “Hijrah dan Perjalanan Peradaban Baru”, sebagaimana termuat dalam Majalah Islam Sabili , Edisi Khusus (Special Edition), The Great Muslim Travelers, nomot 13 tahun XVI 15 Januari 2009/18 Muharram 1430H
- Herry Nurdi (Pemred), Majalah Islam Sabili, nomor 13 tahun XVI 15 Januari 2009/18 Muharram 1430 H, edisi khusus (Special Edition) “The Great Muslim Travelers”, Penerbit PT Bina Media Sabili, jakarta, 2009.
- Herry Nurdi, “Para Sahabat : Pengembara di Zaman Nabi”, sebagaimana termuat dalam Majalah Islam Sabili , Edisi Khusus (Special Edition), The Great Muslim Travelers, nomot 13 tahun XVI 15 Januari 2009/18 Muharram 1430H.
- Husin Mu’nis, Tarikh al-Jugrafiyah wa al-Jugrafiyyin fi al-Andalus, Madrid, Mathba’ah Ma’had al-Dirasat al-Islamiyyah, 1967.
- ‘Izzuddin Farag, Fadl ‘Ulama al-Muslimin ‘ala al-Hadarah al-Urubiyahh.(t.t.)
- Ivan Van Sertima, They Came Before Colombus
- John Boyd Thacher, Christopher Colombus, New York, 1950.
- Loe Weiner, Africa and the Discovery of America, Harvard University, 1920.
- Yossef Mroueh, Dr. Prepatory Committe for International Festivals to Celebrate the Millenium of the Muslims Arrival to the America tahun 199