Setiap muslim yang cukup rajin belajar agama, atau yang terlibat dengan pergerakan Islam, umumnya mengenal istilah Khilafah Islamiyyah.
Khilafah Islamiyyah merupakan lembaga politik kenegaraan milik ummat
Islam yang telah eksis belasan abad sejak Nabi Muhammad صلى الله عليه و
سلم memimpinnya pertama kali berbasis di kota Madinah Al-Munawwarah
hingga runtuhnya secara resmi khilafah terakhir berupa Kesultanan Utsmani Turki yang bubarpada tahun 1924 atau 1342 hijriyyah.
Dewasa ini dunia Islam terpecah-belah menjadi aneka nation-states
(negara berdasarkan kebangsaan) tidak seperti Khilafah Islamiyyah yang
menyatukan kaum muslimin dari berbagai bangsa dan wilayah berdasarkan
ikatan aqidah kalimat Tauhid لا اله الا الله dan sunnah Nabi
Muhammad صلى الله عليه و سلم . Sebenarnya realitas ummat Islam selama
belasan abad di bawah naungan Khilafah tidaklah sepenuhnya konstan dalam
kebaikan. Ada gradasi yang - perlahan tapi pasti- memperlihatkan suatu
dekadensi hingga senanglah kaum kuffar menyaksikan runtuhnya Khilafah
dan tercerai-berainya kaum muslimin seperti dewasa ini. Hal ini telah
diprediksikan oleh rasulullah صلى الله عليه و سلم lima belas abad yang
lalu:
لَيُنْقَضَنَّ عُرَى الْإِسْلَامِ عُرْوَةً عُرْوَةً فَكُلَّمَا انْتَقَضَتْ عُرْوَةٌ تَشَبَّثَ النَّاسُ بِالَّتِي تَلِيهَا وَأَوَّلُهُنَّ نَقْضًا الْحُكْمُ وَآخِرُهُنَّ الصَّلَاةُDari Abu Umamah Al Bahili dari Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda: “Sungguh ikatan Islam akan terurai simpul demi simpul. Setiap satu simpul terurai maka manusia akan bergantungan pada simpul berikutnya. Yang pertama kali terurai adalah simpul hukum dan yang paling akhir adalah simpul shalat." (AHMAD - 21139)
Penegakkan hukum Allah سبحانه و تعالى
telah mengalami dekadensi dari masa ke masa. Pada babak paling awal
penegakkan hukum berlangsung prima karena baik person pemimpin maupun konstitusi Daulah Islamiyyah langsung
di tangani oleh Rasulullah Muhammad صلى الله عليه و سلم , teladan utama
orang-orang beriman. Kemudian pada babak berikutnya ummat Islam
menyaksikan penegakkan hukum yang masih tetap baik – walau tentunya
tidak se-prima di masa Nabi صلى الله عليه و سلم - di bawah person pemimpin yang dijuluki al-Khulafa ar-Rasyidun dan konstitusi Khilafah Islamiyyah, terdiri dari para sahabat utama Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhum.
Lalu pada babak selanjutnya penegakkan hukum mulai mengalami masalah karena antara person pemimpin dan konstitusi Khilafah Islamiyyah tidak selalu sinkron. Person pemimpin terdiri dari para khalifah yang dijuluki Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم sebagai para Mulkan ‘Aadhdhon (para penguasa yang menggigit). Namun konstitusi Khilafah Islamiyyah masih
baik karena secara formal tetap berlandaskan Islam di mana berbagai
urusan dirujuk kepada Allah (Al-Qur’an) dan RasulNya (As-Sunnah). Dalam
sejarah dikenal sebagai era berbagai kerajaan Islam, terutama tiga di
antaranya yang sangat menonjol yaitu Dinasti Bani Ummayyah, Dinasti Bani
Abbasiyyah dan Kesultanan Turki Utsmani. Pada masa yang berlangsung
hampir 13 abad itu person pemimpinnya bermasalah, namun konstitusi Khilafah Islamiyyahmasih relatif cukup Islami.
Namun sesudah itu masuklah ummat Islam ke dalam babak yang paling kelam dalam sejarahnya di mana baik person pemimpin maupun konstitusi lembaga kenegaraan sungguh bermasalah. Inilah era yang oleh Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم disebut era kepemimpinan Mulkan Jabbriyyan
(para penguasa yang memaksakan kehendak). Dan inilah era di mana dunia
modern ini berada. Dunia Islam tercabik-cabik ke dalam berbagai nation-states.
Tidak ada satu wilayah tunggal ummat Islam yang memberlakukan hukum
Allah سبحانه و تعالى. Tidak ada satu blok tunggal kekuatan ummat Islam
yang memelihara izzul Islam wal muslimin (kemuliaan Islam dan kaum muslimin). Sedangkan kepemimpin dunia justeru berpindah gilirannya ke tangan kaum kuffar yakni
the Western Civilization, dengan kekuatan kaum Yahudi-Nasrani sebagai
komandannya. Oleh karenanya seringkali disebut juga sebagai the Judeo-Christian Civilization.
Pada babak yang kelam ini dunia berjalan
menuju kegelapan karena komandannya tidak memiliki cahaya penerang
apapun untuk menunjuki jalan manusia ke arah tujuan semestinya. Malah
para pemimpinnya justeru mengajak ummat manusia –termasuk ummat Islam -
memasuki lubang biawak kebinasaan di dunia apalagi di akhirat. Persis
sebagaimana diprediksikan oleh Rasulullah صلى الله عليه و سلم :
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ“Kamu akan mengikuti perilaku/tradisi/sistem hidup orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga kalau mereka masuk ke lubang biawak pun kamu ikut memasukinya.” Para sahabat lantas bertanya, "Apakah yang anda maksud orang-orang Yahudi dan Nasrani, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Siapa lagi (kalau bukan mereka)?" (HR Bukhary 3197)
Tetapi ada suatu pertanyaan mendasar yang perlu diajukan. Mengapa ummat Islam mengikuti perilaku/tradisi/sistem hidup kaum
Yahudi dan Nasrani? Sesungguhnya dekadensi di bidang penegakkan hukum
Allah سبحانه و تعالى bukanlah suatu fenomena yang berdiri sendiri. Ia
tidak hanya berkenaan dengan hadir-tidaknya person pemimpin yang bermasalah serta berlaku tidaknya konstitusi Khilafah Islamiyyah
di dalam tubuh kaum muslimin. Tetapi ia sangat dipengaruhi oleh kondisi
kejiwaan dan mental kaum muslimin secara keseluruhannya yang telah
dijangkiti suatu penyakit kronis yang telah disinyalir oleh Rasulullah
صلى الله عليه و سلم . Penyakit itu bernama al-wahan. Artinya
cinta dunia dan takut menghadapi kematian. Dan penyakit ini bukan hanya
muncul di tengah kaum muslimin sesudah runtuhnya secara resmi
Khilafah Islamiyyah pada tahun 1924. Tetapi bibit-bibit penyakit ini
telah hadir sejak lama sebelum hal itu terjadi. Runtuhnya khilafah
hanyalah merupakan faktor pemicu yang menyebabkan kian ganasnya virus
penyakit al-wahan berkembang di dalam tubuh kaum muslimin seperti yang dapat kita saksikan dewasa ini.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِBersabda Rasulullah صلى الله عليه و سلم “Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?” Nabi صلى الله عليه و سلم bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 3745)
Fihak kaum kuffar pada hakekatnya tidak akan pernah sanggup melakukan apapun terhadap ‘Izzul Islam wal Muslimin (kemuliaan Islam dan kaum muslimin) andaikan ummat ini benar-benar beriman dan yakin akan janji Allah سبحانه و تعالى berupa ihdal-husnayain (meraih salah satu dari dua kebaikan) yakni ‘isy kariiman au mut syahiidan (hidup mulia di bawah naungan syariat Allah atau menggapai mati syahid).
قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلانَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ قُلْ هَلْ تَرَبَّصُونَ بِنَا إِلا إِحْدَى الْحُسْنَيَيْنِKatakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal." Katakanlah: "tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami, kecuali ihdal-husnayain (salah satu dari dua kebaikan).” (QS At-Taubah 9:51-52)
Dalam kitab tafsir Fathul Qadir dikatakan bahwa maknasalah satu dari dua kebaikan ialah:
إما النصرة أو الشهادة
“Atau kemenangan atau mati syahid”.
Sepanjang sejarah Islam fihak musuh senantiasa berusaha menghilangkan gairah kaum muslimin untuk meraih salah satu dari dua kebaikan
di atas. Mereka melakukan segala upaya untuk memadamkan semangat
perjuangan kaum muslimin. Bayangkan, mereka sampai perlu melansir perang Salib
selama dua abad (dua ratus tahun)! Namun ummat Islam semakin diperangi
semakin menjadi-jadi semangat berperangnya (baca: hubbul-jihad wa
asy-syahadah/cinta jihad dan mati syahid). Kalimat legendaris yang
diucapkan Panglima Khalid bin Walid ra ketika memimpin pasukan Islam
yang jauh lebih sedikit jumlahnya daripada pasukan Romawi telah
menginspirasi pasukan Islam sepanjang zaman:
جئت بأناس يحبون الموت كما تحبون الحياة
“Aku datang dengan sejumlah manusia yang mencintai kematian melebihi kalian (hai kaum Romawi) dalam mencintai kehidupan...!”
Akhirnya kaum Yahudi-Nasrani merubah strategi mereka menghadapi kaum muslimin. Mulailah era al-ghazwu al-fikri
(perang ideologis) diterapkan menghadapi kaum muslimin. Mulailah mereka
meracuni hati dan fikiran kaum muslimin melalui harta, wanita dan
perebutan tahta antara sesama muslimin. Mulailah politik belah bambu
alias devide et impera diterapkan. Mulailah berbagai ideologi
asing buatan kaum kuffar diperkenalkan dan dipromosikan oleh para
orientalis yang belajar Islam untuk dijadikan pembungkus kebusukan
berbagai ideologi menyesatkan tersebut. Mulailah mereka memperkenalkan
makna-makna baru lagi sesat terhadap berbagai istilah Islam yang sudah
lama disepakati pemahamannya oleh kaum muslimin sejak dahulu kala.
Akhirnya tersebarlah di tengah ummat Islam makna-makna asing lagi
menyesatkan terhadap kata-kata seperti al-jihad fi sabilillah, rahmatan lil ‘aalamiin, dien, ‘ibadah, rabb dan ilah.
Alhasil dekadensi di dalam tubuh ummat
Islam tidak hanya terjadi pada bab penegakkan hukum semata. Tetapi
dekadensi di berbagai bidang lainnya turut menyempurnakan keruntuhan ‘Izzul Islam wal Muslimin (kemuliaan
Islam dan kaum muslimin). Sehingga kaum kuffarpun akhirnya menikmati
buah ketidak-loyalan kaum muslimin terhadap agama Allah سبحانه و تعالى
dan sunnah Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم . Maka mulailah babak
paling kelam dalam sejarah Islam berlangsung.
Di
babak ini kaum Yahudi dan kaum Nasrani (yang telah ter-Yahudi-kan)
sangat ingin memastikan bahwa ummat manusia –apalagi ummat Islam - tidak
pernah lagi boleh menengok ke belakang. Ummat Islam harus diharamkan
berfikir menghidupkan kembali ide Khilafah Islamiyyah. Sebab ia telah
menjadi sejarah dan harus tetap tersimpan dalam lembaran sejarah semata.
Sementara itu kaum kuffar selanjutnya leluasa mempersiapkan dunia
dengan sebuah grand-design yang sudah lama mereka rencanakan berupa ide pembentukan sebuah sistem global tunggal bernama Novus Ordo Seclorum
alias the New World Order (Tatanan Dunia Naru). Bahkan secara lebih
spesifik namun tersamar kaum Yahudi telah mencanangkan bahwa NOS
sesungguhnya dibangun dalam rangka menyambut kehadiran sang pemimpin
yang mereka nanti-nantikan sejak lama yaitu si mata tunggal alias Ad-Dajjal. Oleh karenanya kita temukan beberapa statement dari para pemimpin mereka seperti misalnya:
Henry Kissinger:
"…apa yang dinamakan terorisme di Amerika, tapi sebenarnya adalah
kebangkitan Islam radikal terhadap dunia sekuler, dan terhadap dunia
yang demokratis, atas nama pendirian kembali semacam Kekhalifahan."
Pada tanggal 5 Oktober 2005, Menteri Dalam Negeri Inggris, Charles Clarke
menyampaikan pidato tentang Perang Melawan Terorisme di The Heritage
Foundation (sebuah pusat kajian neo konservatif di Washington DC ).
Dimana dia menyatakan:
"Apa
yang mendorong orang-orang itu adalah ide-ide. Dan berbeda dengan
gerakan kebebasan di era pasca Perang Dunia II di banyak belahan dunia,
ide-ide itu bukanlah untuk menggapai ide-ide politik seperti kemerdekaan
nasional dari penjajahan, atau persamaan bagi semua penduduk tanpa
membedakan suku dan keyakinan, atau kebebasan berekspresi tanpa tekanan
totaliter. Ambisi-ambisi itu adalah, paling tidak secara prinsip, bisa
dirundingkan dan dalam banyak hal telah dimusyawarahkan. Namun, tidak
ada perundingan bagi pendirian kembali Khilafah; tidak
ada perundingan bagi penerapan Hukum Syariah; dan tidak ada perundingan
tentang penindasan atas persamaan antara laki-laki dan perempuan; tidak
ada perundingan untuk mengakhiri kebebasan berbicara. Nilai-nilai itu
adalah sangat fundamental bagi peradaban kami dan tidak dimungkinkan
adanya perundingan."
Dalam pidatonya di awal bulan November 2005 George Bush Jr menyatakan bahwa kaum militant sedang berusaha untuk mendirikan sebuah "kekaisaran Islam radikal":
"Ide
membunuh dari kaum Islam radikal adalah tantangan yang besar di abad
baru kita. Sama seperti ideologi Komunisme, musuh kita yang baru ini
mengajarkan bahwa individu yang tidak berdosa bisa dikorbankan untuk
bisa menjalankan visi politik. Kaum militan percaya bahwa mereka dapat
menyatukan kaum muslimin dengan cara menguasai Negara, sehingga dengan
cara itu mereka menumbangkan semua pemerintahan moderat di wilayah dan
mendirikan sebuah kekaisaran Islam yang membentang dari Spanyol hingga Indonesia."
Sedangkan berkenaan dengan NOS, kita temukan suatu pernyataan dari Bush Senior di tahun 1991 yang ternyata dibuktikan sebaliknya pada dekade berikutnya. Pernyataannya di antaranya sebagai berikut:
“Until now, the world we’ve known has been a world divided – a world of barbed wire and concrete block, conflict and cold war.
Now, we can see a new world coming into view. A world in which there is the very real prospect of a new world order.
In the words of Winston Churchill, a "world order" in which "the
principles of justice and fair play ... protect the weak against the
strong ..." A world where the United Nations, freed from cold war
stalemate, is poised to fulfil the historic vision of its founders. A
world in which freedom and respect for human rights find a home among
all nations.
The Gulf war put this new world to its first test, and, my fellow Americans, we passed that test.”
Jelaslah bahwa para pendukung the New
World Order memiliki agenda yang sangat berbeda – bertentangan lebih
tepatnya - dengan kaum muslimin yang faham dan bangga akan sejarahnya.
Tidak ada muslim-mukmin yang bisa melupakan masa lalunya. Sebab kendati Khilafah Islamiyyah
sudah tiada, namun karena ia telah berlangsung belasan abad sulit untuk
begitu saja dilupakan. Sedangkan hegemoni Novus Ordo Seclorum alias
Sistem Dajjal belum ada seabad. Dan para pengusung sistem batil ini
masih berjuang keras memastikan dan memuluskan eksistensinya. Mereka
sangat khawatir jika sebelum pemimpin mereka datang, yakni Ad-Dajjal,
ummat Islam keburu bangun kembali dari tidur mereka dan bergerak bangkit
mewujudkan kembali Khilafah Islamiyyah yang diyakini berlandaskan Kitabullah Al-Qur’anul Karim dan As-Sunnah An-Nabawiyyah.
Bagi muslim-mukmin yang sadar, maka
urusan tegaknya kembali Khilafah Islamiyyah bukanlah sekedar mengenang
kembali nostalgia masa lalu. Urusan ini berkaitan erat dengan iman dan
keyakinan akan janji Allah سبحانه و تعالى yang tidak pernah berdusta
serta prediksi Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم mengenai skenario Akhir
Zaman yang tidak pernah meleset. Betapapun tampak digdayanya kekuatan
kaum kuffar Barat, kaum Yahudi-Nasrani serta para antek kaki-tangan
mereka dari sebagian kaum musyrikin dan munafikin yang telah berhasil
mereka rekrut dengan kebijakan stick and carrot.
Urusan siapa yang Allah سبحانه و تعالى
izinkan memimpin dunia adalah urusan giliran. Ada kalanya Allah سبحانه و
تعالى percayakan kepada kaum beriman dan ada kalanya dipercayakan
kepada kaum kuffar. Dewasa ini giliran sedang Allah سبحانه و تعالى
serahkan kepada kaum kuffar. Ummat Islam wajib bersabar dan
melipat-gandakan kesabaran. Kesabaran untuk terus menyempurnakan
persiapan diri, keluarga dan ummat di berbagai bidang, sejak dari bina al-iman wa at-tauhid hingga bina ad-da’wah wa al-jihad.
Kesabaran untuk tidak mudah tergoda oleh rayuan pengusung NOS yang
membujuk ummat Islam untuk memandang baik berkompromi dan kerja-sama
dengan NOS guna memelihara nilai-nilai Sistem Dajjal. Kesabaran untuk
tidak terjerembab ke dalam berbagai fitnah zaman yang telah meliputi
segenap aspek kehidupan manusia. Fitnah yang telah meliputi aspek
ideologi, politik, sosial, budaya, ekonomi, militer, pendidikan, hukum,
kesehatan, informasi dan lain-lainnya.
Babak ini boleh jadi merupakan babak di
mana ummat Islam sedang babak belur, tetapi ia bukan alasan untuk
membiarkan diri mengembangkan defeated mentality (mental pecundang) sehingga kemenangan kaum kuffar sedemikian menyilaukan sehingga seorang muslim menggunakan kaedah if you can’t beat them, then you join them
(jika kamu tidak dapat mengalahkan mereka, maka bergabung sajalah
dengan mereka). Sehingga kita mendengar mereka yang sedemikian rupa
tersilaukan melihat kedigdayaan kaum kuffar tega secara terang-terangan
mengungkapkan hilangnya kepercayaan diri terhadap perlunya institusi
Khilafah Islamiyyah. Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji”uun.
Padahal Rasulullah صلى الله عليه و سلم dengan jelas menyatakan bahwa
sesudah babak yang penuh fitnah ini, niscaya Allah سبحانه و تعالى akan
izinkan tegaknya kembali Khilafah Islamiyyah berdasarkan manhaj Kenabian.
تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ”Akan berlangsung nubuwwah (kenabian) di tengah-tengah kalian selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya (berakhir) bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya. Kemudian berlangsung khilafah menurut manhaj kenabian selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya Kemudian berlangsung para Mulkan ‘Aadhdhon (para penguasa yang menggigit) selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya Kemudian berlangsung kepemimpinan Mulkan Jabbriyyan (para penguasa yang memaksakan kehendak) selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya Kemudian akan berelangsung kembali khilafah menurut manhaj kenabian. Kemudian beliau berhenti”. (AHMAD - 17680)
Boleh jadi Allah سبحانه و تعالى tidak
izinkan kita mengalami hidup di bawah naungan Khilafah Islamiyyah. Yang
paling penting ialah memastikan diri dan keluarga kita menjadi bagian
dari ummat islam yang dipercaya Allah سبحانه و تعالى untuk turut serta
mempersiapkan dan memperjuangkannya di atas jalan yang lurus dan benar.
Bukan malah menjadi bagian dari mereka yang justeru turut melestarikan
dan memandang final The New World Order yang sejatinya merupakan Sistem
Dajjal dalam rangka menyambut kedatangan si puncak fitnah, yakni
Ad-Dajjal. Wa na’udzu billaahi min dzaalika...!
Sumber: GlobalIslam