| Mera Naam Joker: Agustus 2013

Minggu, 25 Agustus 2013

Asal Mula Ponsel, Penemunya Hanya Seorang Petani


Asal Mula Ponsel, Penemunya Hanya Seorang Petani (Gambar 3)

Inilah ponsel yg ukurannya sebesar tutup tempat sampah tetapi cuma memiliki jangkauan setengah mil.

Dilihat dari segi desain dan ukuran, ponsel pertama di dunia ini amat jauh berbeda dengan ponsel masa kini, yg cukup kecil untuk menyelinap di saku dan dapat menghubungi hampir kemana saja di seluruh belahan dunia. Tapi dari sinilah telepon nirkabel bermula.

Sang pencipta sendiri, Nathan Stubblefield akhirnya diakui sebagai bapak teknologi telepon seluler tepat 100 tahun setelah ia mempatenkan desain tersebut untuk sebuah "telepon nirkabel".

Nathan Stubbefield sebenarnya hanyalah petani melon biasa yang sangat menyukai IPTEK bahkan dia telah menemukan radio sebelum Nikola Tesla atau Guglielmo Marcon tetapi radio yg dia temukan menggunakan frekuensi audio induksi, dikarenakan radio induksi menyebabkan gangguan pada wilayah sekitarnya sehingga kalah populer dengan radio transmisi yg di temukan oleh Nikola Tesla atau Guglielmo Marcon.

Pada tahun 1902 petani melon ini datang dengan penemuannya, setelah mengorbankan tiap jam, menit, dan detik demi utk membuat jaringan telekomunikasi di kampung halamannya di Murray, Kentucky. Dia membangun 120 kaki tiang di kebun, yg dapat mentransfer percakapan dari satu telepon ke telepon lain dgn menggunakan medan magnet. Dia mendemonstrasikan temuannya di alun-alun kota pada hari Tahun Baru 1902. Pada tahun 1908 dia mematenkan telepon nirkabel versi baru utk berkomunikasi dengan kendaraan bergerak.

Sayangnya telepon nirkabel tdk sukses dlm masa hidupnya, dia meninggal dengan keadaan miskin pada tahun 1928.

Tp sekarang dia telah diakui sebagai "Father of The Modern Mobile Phone", bahkan Virgin Mobile membuat page khusus utk menandai ulang tahun temuan Nathan Stubbefield di website resminya.



Asal Usul hp Nokia



Kata Nokia berasal dari nama
sebuah komunitas yang tinggal
di sungai Emakoski di negara
Finlandia Selatan.
Nokia didirikan sebagai
perusahaan penggilingan pulp
oleh Fredrik Idestam pada
tahun 1865.

Perusahaan Karet Finlandia
kemudian mendirikan
pabriknya di kawasan
sekitarnya pada awal abad
ke-20 dan mulai menggunakan
merek Nokia.
Tak lama setelah usainya Perang
Dunia I, Perusahaan Karet
Finlandia mengakuisisi
Perusahaan Penggilingan Kayu
Nokia dan Perusahaan Kabel
Finlandia (sebuah produsen
kabel telepon dan telegraf).
Ketiga perusahaan tersebut
digabung menjadi Nokia
Corporation pada tahun 1967.

Kemudian dikembangkan
menjadi mesin bubur kayu dan
pembuat kertas pada tahun
1920 dan merupakan pabrik
pembuat kertas terkemuka di
Eropa.

Di tahun 1950-an Chief
Executive Officer (CEO) Björn
Westerlund meramalkan, bahwa
masa depan pertumbuhan
beberapa sektor bubur kayu
dan kertas akan terbatas dan
sebagai gantinya dibangun
sebuah divisi elektronik di
pabrik kabel Helsinki, dari
sinilah cikal bakal mulai
menjurus ke sektor seluluer.

Selama 15 tahun Nokia
elektronik mengalami masa
percobaan dari beragam
kesalahan.
Akan tetapi, dari semua
kesalahan dan percobaan itu,
secara bertahap justru
terbangun keterampilan
substansial dari sekumpulan
ahli yang berbakat.

Tahun
1970-an Nokia dan pabrik
pembuat televisi Salora
bergabung untuk
mengembangkan telepon
genggam (telepon seluler).

Pada tahun 1980-an seluruh
Salora terintegrasi menjadi
Nokia.
Pada saat yang sama Nokia
memperoleh operasi jaringan
telepon dari Perusahaan
Telekomunikasi Pemerintah
Televa.

Namun, tidak semua usaha
yang dilakukan Nokia menjadi
produsen telepon seluler
terkemuka di dunia berjalan
sukses.

Tahun 1980-an perusahaan ini
membeli pabrik televisi Jerman,
SEL, tetapi terpaksa
meninggalkannya karena tidak
berjalan mulus.

Pada awal 1981, Nokia berhasil
meluncurkan produk bernama
Nordic Mobile Telephony (NMT).
NMT merupakan jaringan selular
multinasional pertama di dunia.
Karena itu, sepanjang dekade
1980-an NMT diperkenalkan ke
sejumlah negara dan mendapat
sambutan yang luar biasa.

Kemudian pada awal tahun
1990-an, Nokia sempat
mengalami krisis, tetapi CEO
yang baru, Jorma Ollila,
memutuskan untuk
memfokuskan pada telepon
seluler dan jaringan telepon.

Hasilnya, telepon GSM pertama
kali di dunia muncul di Finlandia
tahun 1991.

Kemudian pasar telepon seluler
global mulai berkembang
sangat cepat pada pertengahan
1990-an dan produk Nokia
menjadi yang nomor satu.

Kini sebanyak 2.100 seri ponsel
Nokia mendulang sukses.
Target penjualan sebanyak 500
ribu unit berhasil diraih pada
1994.
Dengan tenaga kerja sebanyak
54 ribu orang, produk Nokia
terjual di 130 negara.

Sekarang mungkin setiap orang
tau telepon seluler yang mudah
dalam pengoperasiannya
adalah Nokia, karena itulah
moto Nokia.
Sejak dahulu negara Finlandia
sangat tergantung pada hasil
hutannya yaitu berupa kayu,
sperti yang telah dikatakan oleh
salah satu pihak Departemen
Luar Negeri Finlandia, Jyrki
Vesikansa, “Dulu kami hidup
dari hutan, tetapi saat ini kami
dapat menambahkan pada
Nokia”.

freemanson di negeri ini

"Tidak mungkin ada sistem monarki yang bertabrakan baik dengan konstitusi maupun nilai demokrasi," kata Presiden SBY.
Ternyata ucapan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu yang membuat rakyat Yogyakarta meradang. Hal ini memicu konflik karena Yogyakarta dikenal sebagai daerah istimewa dimana gubernur sudah ditetapkan melaui garis kesultanan, bukan pemilihan langsung. Namun Rancangan Undang-undang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (RUU KDIY) ingin menutup ruang itu dimana Yogya nantinya tidak sepenuhnya terikat dengan demokrasi Indonesia yang memberi porsi untuk pemilihan umum secara langsung.
Warga DIY sudang kadung geram. Mereka menilai presiden RI mengancam kedaulatan Yogya. Pidato SBY kamis malam tidak jua menyurutkan niat mereka. Kalimatnya yang meminta rakyat tenang dan jangan terpancing polemik, dibalas warga Yogyakarta dengan satu tuntunan: Referendum!
Sejarah Gerakan Kemasonan di Yogyakarta
Sampai sekarang penulis suka bertanya-tanya apa sebenarya makna kata istimewa di tengah nama provinsi pertama yang menyatakan bergabung dengan Indonesia ini. Sebab, kata itu mesti penulis hafal betul kala duduk di bangku Sekolah Dasar. Entah kenapa pertanyaan itu selalu muncul dalam pelajaran PSPB, Sejarah, sampai Geografi.
Sampai sekarang, pelajaran IPS di sekolah ternyata belum jua memberikan jawaban sebenarnya. Masih suka menutup-nutupi. Atau mungkin tidak tahu. Dan penulis baru menemukan jawaban itu ketika keluar dari sekolah. Fakta itu muncul satu per satu hingga tersingkaplah apa arti “istimewa” selama ini yang menjadi doktrin begitu saja bagi kita.
Tak dapat kita pungkiri, bahwa salah satu keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta adalah pusat tirani dari gerakan Kemasonan. Yogyakarta adalah andil. Ia misteri. Sejarah kelam dari basis lalu-lalang kekuatan Masonik untuk disebarkan ke seluruh Nusantara.
Gerakan Kemasonan sendiri pada masyarakat Jawa dikenal sebagai sebuah nama lain dari gerakan Freemasonry. Gerakan Kemasonan memiliki ciri khas berupa kultur spiritual yang ketat dalam studi ilmu kebatinan. Menariknya, sekalipun Gerakan Kemasonan memiliki domain kajian pada wilayah spiritualitas, itu tidak menutupi gerak mereka dalam menguasai sendi-sendi kekuasaan Jawa tempo dulu.
Gerakan Kemasonan terkenal sangat deras menyusup ke lingkaran elit-elit Jawa di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Semarang dan Solo acapkali disebut sebagai pusat gerakan Kemasonan pada basis tengah Jawa. Ini dilakukan semata-mata karena mereka tidak mau bersusah payah untuk meniti jalan dari bawah. Ya persis dengan orang Yahudi pada umumnya: pemalas dan pragmatis. Dua sifat yang juga kadang menghinggapi sebagian umat muslim. Potong jalur demi kuasa. Tabrak sana, tabrak sini demi kursi dunia.
Artawijaya, dalam buku terbarunya “Jaringan Yahudi Internasional di Nusantara: Dari Zaman Hindia Belanda Hingga Pasca Kemerdekaan RI” mengungkap dengan baik betapa Gerakan Kemasonan memiliki dua wajah dari satu tubuh yang sama: Yahudi. Satu sisi ia adalah kultus mistisisme Kaballah yang pasti paganis. Sedang di sisi lain, cita-cita mereka tidak sepele, yakni memasonkan Nusantara.
Menurut Artawijaya, masih dalam buku terbitan oktober 2010 tersebut, Gerakan Kemasonan dalam rekam jejaknya terlibat aktif dalam membantu pemerintahan elit setempat, baik bupati, residen, wedana, bahkan elit-elit tingkat keraton. Mereka yang masuk dalam lingkaran Gerakan Kemasonan tidak bisa orang sembarangan. Sebab catatan sejarah mengemukakan bahwa back up dari Gerakan Kemasonan berasal pada sedimentasi warga yang terbilang golongan priyayi. Elit kuasa di Jawa yang secara intens terlibat relasi dengan pemerintah kolonial.
Dengan hubungan tersebut, terjadilah simbiosa mutualisme antara para elit keraton dengan Pemerintah Belanda yang memang memiliki tujuan memasonkan rakyat Yogyakarta. Para keturunan elit keraton kemudian mendapatkan banyak keistimewaan berupa peluang besar untuk mendapatkan pendidikan di Belanda. Menariknya salah satu diantara elit-elit itu tersimpan nama keluarga seperti Pakualaman. Sebuah kadipaten yang merupakan satu wilayah dari kesultanan Yogyakarta yang dipimpin Pangeran Paku Alam.
Sejarah pembentukan Paku Alaman sendiri berawal pada tanggal 13 Februari 1755. Melalui perjanjian Gianti, Belanda kemudian memecah Kesultanan Mataram menjadi dua wilayah, yakni Kesultanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Kesultanan Surakarta sendiri kemudian dipecah kembali menjadi dua, yaitu pertama berada dibawah Kesultanan Kasunanan Surakarta dan dipimpin Pakubuwono. Dan kedua, Kadipaten Mangkunegara, dibawah kedudukan mandataris Mangkunegara. Sedang polarisasi dalam Kesultanan Yogyakarta terbagi dalam dua otorita, yakni satu milik Kesultanan Yogyakarta dan kedua menjadi hak milik Kadipaten Pakualaman.
Dengan begini kita memahami bagaimana Yogyakarta memang sudah disetting cukup lama oleh pemerintahan Kolonialis Belanda yang notabene adalah penampuk awal lahirnya Gerakan Kemasonan di Nusantara.Th Stevens, seorang sejarawan Belanda, dalam bukunya ”Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat Hindia Belanda 1764-1962” menulis bahwa Kedudukan khusus yang ditempati kota Yogyakarta dan loge-nya dalam Gerakan Kemasonan digarisbawahi oleh suatu keputusan dari Majelis Tahunan Provinsial tahun 1930, di mana diputuskan bahwa pertemuan-pertemuan tahunan dari Majelis Tahunan dilangsungkan di Yogyakarta, di terima dengan suara banyak. Pada kesempatan itu diingatkan bahwa usul seperti itu telah disampaikan pada tahun 1908, namun waktu itu usul tersebut belum diterima. Di latar belakang keputusan tahun 1930 terletak kebutuhan untuk lebih menekankan unsur Indonesia dalam Tarekat Mason Bebas Hindia, dan tidak sulit untuk mengerti mengapa peran ini diberikan kepada “Mataram”. Sebuah kerajaan yang menguasai Jawa dari hulu hingga hilir.
Penulis melihat bahwa strategi Mataram untuk dijadikan pusat Gerakan Kemasonan relatif berada pada tiga hal. Pertama Mataram adalah sebuah representasi dari kekuatan politik Nusantara. Kedua, Mataram adalah representasi Budaya Nusantara. Dan ketiga Mataram lah yang relatif lebih cocok dengan spiritualitas ajaran Kebatinan Gerakan Kemasonan yang sama-sama paganis.
Hal ini kemudian diperkuat oleh pernyataan Wakil Suhu Agung Ir. Wouter Cool dalam pidato pembukaannya yang menyebut Yogyakarta sebagai “sebuah sel yang dalam perjalanan waktu akan matang dan akan berkembang biak menjadi kamar dan kompleks rumah pemujaan dengan jumlah terbesar anggota dari kebangsaan pribumi”.
Alhasil tak heran jika kita menyebut Yogyakarta sebagai pemain inti dalam lapangan gerakan Kemasonan di Jawa khususnya, dan Nusantara pada umumnya. Oleh karenanya pula, tak berlebihan bahwa Loge di Yogyakarta kemudian diberikan nama Mataram. Sebuah kerajaan besar yang meliputi hampir seluruh Pulau Jawa dan memainkan sejarah penting dalam perpolitikan Jawa.
Bola kemudian menjadi terus bergulir dan semakin penting. Sebab pada perjalanannya, Gerakan Kemasonan dari waktu ke waktu berhasil mewarisi elit-elit keraton. Tercatat  Paku Alam V, VI, dan VII adalah bagian penting dari anggota Gerakan Kemasonan. Bahkan Paku Alam VII menulis buku, “Apa yang Kutemukan Sebagai Orang Jawa untuk Roh dan Jiwa dalam Tarekat Mason Bebas.” Buku ini ditulis oleh Porbo Hadiningrat, Bupati Semarang-Salatiga, disebarkan di kalangan elit Jawa agar menjadi pendukung Gerakan Kemasonan.
Sedangkan Sultan Hamengkubuwono IX sendiri adalah pemain dalam pergerakan dari basis dukungan Kemasonan pada area politik kekeratonannya. Dan penerusnya, Sultan Hamengkubuwono X, walau secara formil tidak terkesan terlibat aktif pada daftar nama Gerakan Kemasonan, namun secara pemikiran ia tercatat cukup kuat menyebarkan ajaran-ajaran mistisme Jawa sebagai penerus dari Gerakan Kemasonan. Termasuk otoritas dirinya dalam memberi mandat terhadap Juru Kunci Merapi.
Terjebak Pada Perdebatan Tidak Penting
Tentu penulis kemudian menjadi khawatir melihat betapa mati-matiannya masyarakat Yogyakarta mempertahankan Sistem Kesultanan. Jangan-jangan Yogyakarta akan digiring untuk membangkitkan kembali ke permukaan Gerakan Kemasonan yang sekarang terus menyelinap. Dan juga alangkah tidak kurang lucunya jika umat muslim justru terlibat secara serius dalam silang pendapat RUU KDIY antara yang mendukung opini SBY maupun yang kontra.  Karena kita telah  berkutat membicarakan isu yang sama sekali tidak penting. Karena baik sistem monarki Kesultanan (lengkap dengan budaya Kemasonannya) dan demokrasi (lengkap dengan penafikan Allah sebagai otoritas tunggal pembuat Hukum) adalah produk buatan manusia, yang sama sekali tidak akan mampu membuat Islam tegak.
Seharusnya umat Islam tidak perlu menghabiskan waktu, energi, pikiran, apalagi sampai membuat survey tentang apakah masyarakat Yogyakarta mendukung Sistem Kesultanan atau Demokrasi. Karena dua-duanya pilihan pahit dan tidak perlu dipersoalkan apakah itu bertentangan dengan konstitusi Indonesia atau tidak. Justru yang mesti jadi konsen kita semua bagaimana kita terhindar dari pembicaraan itu dan kita tetap dalam keteguhan Iman ketika diberi dua pilihan: Sistem Thoghut atau Sistem Islam.
Disinilah sejatinya Gerakan Zionisme menabuh asap kabut hingga pandangan kita memburam. Kita lupa, kita ini masih dikelilingi mereka. Kita lupa bahwa mereka memang bertugas membuat makar-makar agar kita tertipu tapi tidak mengetahui siapa yang menipu. Bayangkan kita dijebak, di depan iman kita sendiri untuk selalu mempopulerkan perdebatan tentang manakah sistem buatan manusia yang terbaik? Manakah diantara sistem buatan manusia yang satu dan sistem buatan manusia lainnya yang mesti kita pilih. Ini konyol namanya.
Promosi Kejayaan Kearifan Lokal
Keimanan kita akhirnya tidak hanya diuji disitu. Karena isu DIY ini kemudian dijadikan ajang promosi gagasan-gagasan Kearifan Lokal. Kita ketahui bersama bahwa dibalik cantiknya gagasan kembali kepada tradisi ini, ada virus yang sebenarnya diselipkan. Kita mesti tahu bahwa istilah kearifan lokal amat dekat dengan istilah mistisisme kuno, seperti Kejawen, Ajaran Nenek Moyang dan Sesembahan luhur.
Sultan HB X seperti dikutip Kompas pada 2 desember lalu, menyatakan bahwa soal keistimewaan ini merupakan identitas etnik yang menunjukkan kearifan lokal dalam proses berbangsa. ”Jadi Republik ada bukan berarti pemerintah maunya kertas putih, terus dicoret-coret semaunya. Isinya sudah ada. Dan ini sebetulnya peradaban bagian dari Republik. Nyatanya Republik ada itu malah ra diopeni (baca: dirawat)”
Ucapan Sultan kemudian diamini oleh Ketua Dewan Kesepuhan Masyarakat Adat Tatar Sunda, Eka Santosa di Bandung setelah bersilaturahim dengan Sultan. Eka menyatakan bahwa Pernyataan SBY amat membahayakan kearifan Lokal di Yogyakarta. Mantan Ketua Komisi III DPR periode lalu ini mengatakan, Yogyakarta merupakan contoh satu kearifan lokal, warisan sejarah yang harus dijaga. ”Kami dari kelompok masyarakat adat punya kekhawatiran kalau ini bisa terganggu, artinya keutuhan NKRI terganggu, lebih dari itu, kesultanan yang punya dokumen bisa diobok-obok, bisa diganggu tadi ini berbahaya,” katanya seperti dikutip Kompas.
Pertanyaannya apakah Kearifan Lokal Yogyakarta? Kemana mengacu periode sejarahnya? Apakah Kearifan Lokal itu adalah Syariat Islam? Sebuah pertanyaan yang ganjil selain tidak ketemui bahwa Kearifan Lokal yang dimaksud adalah Sistem Kesultanan yang banyak mengandung kesyirikan berupa mistisisme dan penghambaan antara manusia sesama manusia.
Padahal dalam sejarahnya, Islam sudah membuktikan bahwa tidak ada istilah Kearifan Lokal. Rasulullah tidak pernah mengenalkan apalagi mengajarkan Kearifan Lokal Madinah, Kearifan lokal Mekkah, bahkan Kearifan Lokal Syam kepada umatnya. Islam hanya mengenal kata Tauhid dimana segala tindak tanduk budaya dan kreasi manusia tidak boleh terlepas pada aturan-aturan Allah. Dimana bumi dipijak disitulah syariat Islam berlaku sama dan tidak boleh dikalahkan atas nama budaya.
Artawijaya dalam bukunya Jaringan Yahudi di Nusantara, sudah mengendus kuat bagaimana gagasan Kearifan Lokal adalah sisipan dari Mason Melayu yang mengacu kepada kebijaksanaan peninggalan Kuno atau biasa disebut Ancient Wisdom. Oleh sebab itu, jamak kita temui bahwa aliansi Gerakan Kemasonan Eropa yang membumi di Nusantara begitu gigih meneliti, mempelajari, dan menguasai budaya serta tradisi Jawa Kuno. Salah satunya dilakukan oleh Dirk Van Hinloopen Labberton, sosok yang acap disebut Boedi Oetmo sebagai bapaknya Kebatinan.
Inilah yang pernah disinyalir Muhammad Quthb tentang orang-orang kafir yang menggali tanah-tanah Mesir. Mereka (baca: orientalisme) menggali bukan demi tujuan keilmuan, tapi untuk membangkitkan kembali warisan paganisme Mesir untuk kemudian ditempel sebgai Kebudayaan luhur Mesir yang mesti dilestarikan.
Tentu mendengar hal itu, kita akan teringat bagaimana kelompok-kelompok Gerakan Kemasonan Modern seperti Jaringan Orang Liberal (untuk tidak menyebutkan Islam Liberal), Freedom Institute, Komunitas Salihara, Wahid Institute selalu mengkampanyekan isu kearifan Lokal dengan misi penafikan hukum-hukum Islam. Sebab bagi mereka, Hukum Islam bertentangan dengan kearifan Lokal. “Kami butuh hukum asli Indonesia, bukan hukum impor”, begitu menurut mereka menyinggung bahwa Islam adalah agama Timur Tengah, tidakmatch dengan komposisi budaya rakyat Indonesia. Naudzubillah. Semoga kita tidak menjadi ikut latah menjadi “Istimewa” di mata manusia. Sebab, sebaik-baiknya keistimewaan ada pada Allah.

Senin, 19 Agustus 2013

Persamaan antara Syiah dan Yahudi


1. Yahudi telah mengubah-ubah Taurat, begitu pula Syi'ah mereka punya Al-Qur'an hasil kerajinan tangan mereka iaitu "Mushaf Fathimah" yang tebalnya 3 kali Al-Qur'an kaum Muslimin.Mereka menganggap ayat Al-Quran yang diturunkan berjumlah 17.000 ayat, dan menuduh Sahabat menghapuskan sepuluh ribu lebih ayat.

2. Yahudi menuduh Maryam yang suci berzina [QS. Maryam: 28], Syi'ah melakukan hal yang sama terhadap isteri Rasulullah 'Aisyah Radhiallahu' anha sebagaimana yang diungkapkan Al-Qummi (pembesar Syi'ah) dalam "Tafsir Al-Qummi (II 34)"

3. Yahudi mengatakan, "kami tidak akan disentuh oleh api neraka melainkan hanya beberapa hari saja". [QS. Al-Baqarah: 80] Syi'ah lebih dahsyat lagi dengan mengatakan, "Api neraka telah diharamkan membakar setiap orang Syiah" seperti yang dinyatakan dalam kitab mereka yang dianggap suci "Fashl Kitab (hal.157)"

4. Yahudi meyakini bahawa, Allah mengetahui sesuatu setelah tadinya tidak tahu, begitu juga dengan Syiah

5. Yahudi beranggapan bahawa ucapan "amin" dalam solat adalah membatalkan solat. Syi'ah juga beranggapan yang sama.

6. Yahudi itu berkata, "Allah mewajibkan kita lima puluh solat" Begitu pula dengan Syi'ah.

7. Yahudi keluar dari solat tanpa salam, cukup dengan mengangkat tangan dan memukulkan pada lutut. Syi'ah juga mengamalkan perkara yang sama.

8. Yahudi miring sedikit dari kiblat, begitu pula dengan Syi'ah.

9. Yahudi itu berkata "Tidak layak (tidak sah) kerajaan itu melainkan di tangan keluarga Daud". Syi'ah berkata, "tidak layak Imamah iut melainkan pada 'Ali dan keturunanannya"

10. Yahudi mengakhirkan Solat hingga bertaburnya bintang-bintang di langit. Syi'ah juga mengakhirkan Solat sebagaimana Yahudi.

11. Yahudi mengkultuskan Ahbar ('ulama) dan Ruhban (para pendeta) mereka sampai peringkat ibadah dan menuhankan.Syi' ah begitu pula, bersifat Ghuluw (melampaui batas) dalam mencintai para Imam mereka dan mengkultuskannya hingga di atas kelas manusia.

12. Yahudi mengatakan Ilyas dan Finhas bin 'Azar bin Harun akan kembali (reinkarnasi) setelah mereka bedua meninggal dunia. Syi'ah lebih seru, mereka menyuarakan kembalinya (reinkarnasinya) 'Ali, Al-Hasan, Al-Husain, dan Musa bin Ja'far yang dikhayalkan itu.

13. Yahudi tidak Solat melainkan bersendirian, Syi'ah juga beranggapan yang sama, ini kerana mereka meyakini bahawa tidak ada Solat berjama'ah sebelum datangnya "Pemimpin ke-dua belas" iaitu Imam Mahdi.

14. Yahudi tidak melakukan sujud sebelum menundukkan kepalanya berkali-kali, mirip ruku. Syi'ah Rafidhah juga demikian.

15. Yahudi menghalalkan darah setiap muslim. Demikian pula Syi'ah, mereka menghalalkan darah Ahlussunnah.

16. Yahudi mengharamkan makan kelinci dan limpa dan jenis ikan yang disebut jariudan marmahi. Begitu pula orang-orang Syiah.

17. Yahudi tidak menghitung Talak sedikitpun melainkan pada setiap Haid. Begitu pula Syi'ah.

18. Yahudi dalam syari'at Ya'qub membolehkan nikah dengan dua orang wanita yang bersaudara sekaligus. Syi'ahjuga membenarkan penggabungan (dalam akad nikah) antara seorang wanita dengan bibinya.

19. Yahudi tidak menggali liang lahad untuk jenazah mereka. Syi'ah Rafidhah juga demikian.

20. Yahudi memasukkan tanah basah bersama-sama jenazah mereka dalam kain kafannya demikian juga Syi'ah Rafidhah.

21. Yahudi tidak menetapkan adanya jihad hingga Allah mengutus Dajjal. Syi'ah Rafidhah mengatakan, "tidak ada jihad hingga Allah mengutus Imam Mahdi datang.

Wallahu'alam bissawab

Bukti Sisingamangaraja XII Seorang Muslim



Sisingamangaraja XII-bendera perang-sisingamangaraja-xii-jpeg.image
Bendera Sisingamangaraja XII berwarna merah putih
–Oleh: AGUNG PRIBADI (Historivator)–
SALAM-ONLINE: Apakah masuk di logika akal sehat kalau pejuang-pejuang Indonesia seperti Pattimura dan Sisingamangaraja XII itu sebagai orang Kristen Protestan memerangi Kerajaan Protestan Belanda sebagai sesama Protestan? Jawabannya tidak!
Bahkan Katolik saja yang di Eropa memerangi Kerajaan Protestan Belanda, di Indonesia mendukung penjajahan Kerajaan Protestan Belanda terhadap Indonesia. Dukungan Katolik terhadap penjajahan Belanda atas Indonesia bisa dilihat pada tulisan Frater Amator dan A. Silaen tentang Perang Aceh pada buku Sejarah Indonesia untuk sekolah Katolik Kanisius tahun 1952.
Menurut mereka:
“Sesudah Perang Aceh selesai, Van Heutz diangkat menjadi Wali Negara. Ia merobah tjara pemerintahan di Indonesia. Sampai saat itu pemerintah menumpahkan perhatiannya kepada Pulau Djawa sadja. Pulau-pulau seberang tidak diindahkannya. Sebab itu banjak djuga kedjadian2 jang tak menjenangkan di sana-sini. Perampokan, pembongkaran, dan penjerobotan dilakukan setiap hari. Penduduk diperas oleh Radja2nya sendiri, sampai mereka sering meminta bantuan dari gubernemen. Keselamatan tiap2 orang tidak terdjamin. Van Heutz berkehendak, bahwa keselamatan tiap2 penduduk mesti terdjamin di bawah pemerintahan Belanda. Ia bertindak dengan kekerasan, dipaksanya 250 radja2 untuk menandatangani ‘Perdjandjian Pendek’ Korte verklaring. Sejak itu penduduk bersama2 dengan aman dan sentosa,” — dikutip oleh Ahmad Mansyur Suryanegara dalam Api Sejarah, jilid 1 (Bandung: Salamadani, 2009, hlm. 265-266).
Sisingamangaraja XII dalam uang seribu rupiah-jpeg.image
Sisingamangaraja XII dalam uang Seribu Rupiah
Frater Amator dan A. Silaen mengatakan bahwa di bawah penjajahan Belanda penduduk aman dan sentosa. Pejuang-pejuang kemerdekaan disebut sebagai perampok, pembongkar dan penyerobot. Terlihat jelas dukungan mereka terhadap penjajahan Belanda. Apalagi kalau beragama Kristen Protestan tentu lebih mendukung lagi.
Maka fakta mana yang masuk logika akal sehat? Yang masuk adalah Sisingamangaraja dan Pattimura itu itu Muslim. Satu hal yang sukar diterima adalah pendapat sejarawan ahli Indonesia yang menyebut Sisingamangaraja XII seorang animis atau beragama asli Batak.
Bukti sejarah yang ada, yaitu stempel kerajaan Sisingamangaraja XII bergambar pedang bercabang 2 seperti bendera kerajaan Arab Saudi. Pedang bercabang melambangkan pedang Zulfikar milik sahabat Ali bin Abi Thalib. Ada gambar bintang bergerigi 8 melambangkan 4 Khulafaur Rasyidin dan 4 Imam Madzhab.
Stempel itu juga menggunakan huruf Arab dan tertulis Hijrah Nabi 1304. Bahkan di Kerajaan-kerajaan yang Islamnya kuat pun hanya menyebut Hijrah tanpa kata Nabi. Sementara Sisingamangaraja menambahkan kata Nabi, boleh dibilang ke-Islamannya lebih kental dibanding Raja Islam lainnya.
Bendera Sisingamangaraja XII berwarna merah putih. Ada apa dengan bendera merah putih? Sejarawan Ahmad Mansyur Suryanegara merujuk pada hadits Imam Muslim dalam Kitab Al-Fitan Jilid X, halaman 340 dari Hamisy Qastalani. Di situ tertulis, Imam Muslim berkata: Zuhair bin Harb bercerita kepadaku, demikian juga Ishaq bin Ibrahim, Muhammad bin Mutsanna dan Ibnu Basyyar. Ishaq bercerita kepada kami. Orang-orang lain berkata: Mu’adz bin Hisyam bercerita kepada kami, ayah saya bercerita kepadaku, dari Qatadah dari Abu Qalabah, dari Abu Asma’ Ar-Rahabiy, dari Tsauban, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah memperlihatkan kepadaku bumi, timur dan baratnya. Dan Allah melimpahkan dua perbendaharaan kepadaku, yaitu merah dan putih.”
Jadi Sisingamangaraja XII mengikuti tuntunan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Nabinya umat Islam.
Ketua MUI Sumatera Utara, H. Mahmud Azis Siregar berpendapat, “Sebenarnya bendera dan stempel itu sudah mencirikan corak Islam dalam pemerintahan Sisingamangaraja XII.”
Beberapa sejarawan seperti Dada Meuraksa, Ahmad Mansyur Suryanegara, dan Mohammad Said juga berpendapat Sisingamangaraja XII itu seorang Muslim.
Mohammad Said, dalam bukunya Sisingamangaraja XII menyatakan kemungkinan benar bahwa Sisingamangaraja seorang Muslim. Pedomannya berasal dari informasi dalam tulisan Zendeling berkebangsaan Belanda, J.H Meerwaldt, yang pernah menjadi guru di Narumonda dekat Porsea. Meerwaldt mendengar Si Singamangaja sudah memeluk Islam (http://serbasejarah.wordpress.com/2009/03/30/sisingamangaraja-xii-1845-1907-pejuang-islam-yang-gigih/bisa juga dlilihat pada majalah Insani, Desember 2003).
Sisingamangaraja XII-surat-sisingamangaraja-xii-dengan cap stempel-jpeg.image
Surat Sisingamangaraja dengan cap/stempel menggunakan huruf Arab dan tulisan ‘Hijrah Nabi 1304′
Mohammad Said juga mengutip surat kabar Belanda Algemene Handelsblad pada edisi 3 Juli 1907, “Menurut kabar dari penduduk setempat, sudahlah benar raja yang sekarang (maksudnya Sisingamangaraja XII) semenjak lima tahun yang lalu telah memeluk Islam…”
Semakin jelaslah fakta bahwa Sisingamangaraja XII adlah seorang Muslim. Wallahu A’lam bish-Shawab.
- See more at: http://salam-online.com/2013/08/bukti-sisingamangaraja-xii-seorang-muslim.html#sthash.gfZPBwyc.AJL28Uxn.dpuf

Mengapa Mereka yang Gugur Syahid Itu Tersenyum?

 Foto-foto Mujahidin Suriah dan Mesir yang Gugur Syahid dengan Senyuman:
syahid-syuhada suriah-5-jpeg.image
Syuhada Suriah
Mengapa mereka yang gugur Syahid itu tersenyum? Ini jawabnya:
syahid-syuhada mesir-jpeg.image
Syuhada Mesir
Allah berfirman:
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup disisi Rabb-Nya dengan mendapat rezeki.Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang masih belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia dari Allah. Dan sungguh, Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman,” (QS Ali Imran: 169-171).
syahid-syuhada suriah-6-jpeg.image
Syuhada Suriah
syahid-syuhada suriah-7-jpeg.image
Syuhada Suriah
Mati syahid merupakan salah satu ciri kematian seorang Muslim secara husnul khatimah, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (dari Ubadah bin Ash Shamit dan Qais Al Judzami), “Orang yang mati syahid mempunyai 6 keutamaan di sisi Allah:
  1. Diampuni dosanya sejak tetasan darah yang pertama,
  2. Dia dapat melihat tempatnya di surga,
  3. Diselamatkan dari azab kubur,
  4. Diberikan rasa aman dari goncangan yang besar,
  5. Dihiasi dengan perhiasan iman dan dinikahkan dengan bidadari dan
  6. Dia dapat memberi syafaat (dengan izin Allah Ta’ala) untuk 70 orang dari kerabatnya,”  (HR  At Tirmidzi III/17, Ibnu Majah II/183 dan Ahmad IV/200, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani).
syahid-syuhada mesir-1-jpeg.image
Syuhada Mesir
Dalam riwayat lain:
Seseorang yang mati syahid memperoleh enam perkara pada saat tetesan darah pertama tumpah dari tubuhnya:
syahid-syuhada suriah-8-jpeg.image
Syuhada Suriah
1. Diampuni semua kesalahannya.
2. Diperlihatkan tempatnya di surga.
3. Dinikahkan dengan bidadari.
4. Dilindungi dari kesusahan dahsyatnya hari kiamat.
5. Diselamatkan dari siksa kubur.
6. Dihiasi dengan pakaian keimanan. (Hadits Riwayat Bukhari).
Syahid-syuhada suriah-jpeg.image
Syuhada Suriah
“Ya Allah, jadikan kami termasuk golongan syuhada.” (sumber: kaunselingsyarie.blogspot.com),
- See more at: http://salam-online.com/2013/08/mengapa-mereka-yang-gugur-syahid-itu-tersenyum.html#sthash.pmR85JdO.dpuf