| Mera Naam Joker: 4 Kisah Hidup Prajurit Sejati ‘The Real Rambo’

Jumat, 14 Desember 2012

4 Kisah Hidup Prajurit Sejati ‘The Real Rambo’


4. Simo Hayha
Simo Hayha hanyalah seorang petani dan pemburu yang telah melewati masa wajib militer 1 tahunnya. Ketika Uni Soviet menyerang Finlandia di tahun 1939, dia memutuskan untuk membantu kampung halamannya. Karena area perperangan kebanyakan di dalam hutan, Hayha menentukan taktik terbaik adalah dengan bersembunyi di pepohonan ditemani sepucuk senapan dan beberapa kaleng makanan.
The White Death“, nama yang diberikan oleh tentara Russia ketika mengetahui puluhan pasukan mereka tewas oleh hanya seseorang dengan pakaian kamuflase putih dan sepucuk senapan. Kecemasan mulai melanda pasukan Russia dan misi-misi pun dijalankan hanya untuk membunuh seorang penembak jauh misterius.
Ketika pasukan khusus yang dikirim Russia untuk menghabisi Hayha semua tewas, Russia mengumpulkan sebuah tim counter-snipers untuk mengimbangi kemapanan Hayha dalam menembak jauh. Namun tidak ada satu pun dari mereka yang selamat dari bidikannya. Dalam masa 100 hari, Hayha membunuh 542 prajurit dengan senapannya. 150 lainnya dia habisi dengan SMG. Total kill-countnya mencapai 705 orang.
Pada akhirnya, tidak ada satupun prajurit Russia yang berani mendekati area-area dimana Hayha diperkirakan bersembunyi. Tentara Russia kemudian melaksanakancarpet-bombing di area-area yang diperkirakan sebagai tempat Hayha bersembunyi. Namun Hayha berhasil selamat dari taktik carpet-bombing Russia yang dilancarkan hanya untuk dirinya seorang.
Tanggal 6 Maret 1940, seseorang yang beruntung berhasil menembak Hayha di kepala dengan peluru peledak. Ketika ditemukan dan dibawa kembali ke markas, setengah dari kepala Hayha telah hancur. The White Death telah berhasil dihentikan …….
…… untuk seminggu. Hayha kembali siuman pada tanggal 13 Maret 1940, hari dimana perang berakhir. Hayha kemudian melewati masa-masa tuanya sebagai pemburu dan peternak anjing setelah perang dunia kedua berakhir.
Simo “White Death” Hayha Vs Rambo
Hayha menghabisi ratusan prajurit Russia dengan hanya latihan militer tingkat dasar dari masa 1 tahun wajib militernya. Dan dia melakukan semuanya di suhu minus 40 derajat, ditemani sepucuk senapan.
3. Yogendra Singh Yadrav
Yogendra Singh Yadav adalah anggota dari batalyon grenadier India di masa perang dengan Pakistan di tahun 1999. Misi mereka waktu itu adalah menghancurkan 3 bunker musuh yang ada di puncak “Tiger Hill/Bukit Harimau” (sebuah gunung yang sangat besar)
Sialnya, ini berarti mereka harus mendaki ratusan kaki permukaan tebing yang ditutupi es dengan susah payah tanpa tali. Mereka menentukan untuk mengirim sesorang mendaki dahulu dan memasangkan tali pendukung supaya semua anggota bisa memanjat dengan bantuan tali yang telah dipasangkan oleh pemanjat pertama. Yadav menawarkan diri menjadi pendaki pertama.
Dalam perjalanan mereka menuju puncak, musuh di gunung yang berdekatan menembaki mereka dengan RPG (bazoka) dan assault rifles (senapan serbu). Serangan ini menewaskan komandan dan setengah dari pasukan Yadav, meninggalkan sisa pasukan tercerai berai. Yadav, meski tertembak 3 kali terus melanjutkan pendakiannya.
Ketika dia mencapai puncak, salah satu bunker musuh menembakinya dengan senapan-senapan mesin. Yadav berlari ke arah datangnya hujan peluru, melempar granat ke jendela bunker dan membunuh semua yang ada di dalam. Pada saat ini, bunker kedua sudah mulai menembakinya. Yadav melakukan hal yang sama, berlari ke arah datangnya peluru-peluru dan membunuh 4 orang di dalam bunker dengan tangan kosong. Sementara itu sisa pasukan Yadav menjatuhkan bunker ketiga dengan sedikit masalah.
Untuk keberaniannya, Yadav diberi gelar “Param Vir Chakra“. Gelar tertinggi di militer India ini hanya diberikan untuk perbuatan keberanian yang dinilai sangat luar biasa dan tidak mungkin dilakukan dalam kehidupan normal.
Gelar ini hanya pernah diberikan 21 kali, dan dua sepertiga dari penerimanya gugur untuk menerimanya. Laporan awal memberitakan Yadav telah gugur, tetapi ternyata mereka salah karena memperkirakan bahwa tidak ada manusia yang sanggup selamat dari patah kaki, tangan yg hancur dan 10-15 luka tembakan di badan.
Yogendra “Invincible” Signh Yadrav Vs Rambo:
Yadav menerima jauh lebih banyak peluru dalam waktu 10 menit daripada Rambo di semua film-filmnya. Dan pada waktu kejadian, Yadav hanya berumur 19 tahun.
2. Alvin York
Dilahirkan ke sebuah keluarga petani miskin dari Tennessee, Alvin York menghabiskan sebagian besar masa mudanya dengan mabuk-mabukan dan berkelahi di bar. Setelah temannya terbunuh dalam perkelahian, dia bersumpah untuk berhenti mabuk-mabukan dan menjadi seorang yang anti-kekerasan. Ketika ia menerima panggilan untuk bertugas tahun 1917, York mencoba untuk menghindar dengan alasan “conscientious objector/perbedaan kepahaman”. Alasannya ditolak dan York pun dikirim untuk latihan dasar.
Setahun kemudian, ia adalah salah satu dari 17 orang yang ditugaskan untuk menjatuhkan sebuah kamp senapan mesin yang menjaga rel kereta api Jerman dengan cara menyelinap. Misi penyelinapan mereka digagalkan para penembak yang melihat mereka mendekat dan mulai menembak, menewaskan 9 dari mereka.
Pasukan-pasukan yang selamat melarikan diri, meninggalkan York sendirian menerima peluru-peluru dari 32 senapan mesin besar. Seperti yang dia tulis di buku hariannya,
I didn’t have time to dodge behind a tree or dive into the brush, I didn’t even have time to kneel or lie down. I had no time no how to do nothing but watch them-there German machine gunners and give them the best I had. Every time I seed a German I just touched him off. At first I was shooting from a prone position; that is lying down; just like we often shoot at the targets in the shooting matches in the mountains of Tennessee; and it was just about the same distance. But the targets here were bigger. I just couldn’t miss a German’s head or body at that distance. And I didn’t.”
(Aku tidak sempat untuk menghindar kebelakang pohon atau meloncat ke dalam semak-semak. Aku bahkan tidak sempat untuk berlutut atau tiarap. Aku tidak sempat dan tidak tahu untuk melakukan apapun kecuali melihat orang-orang Jerman dengan senapan mesinnya dan memberi yang terbaik yang aku bisa. Setiap kali aku melihat musuh, aku hanya *menjatuhkannya/membuatnya menembak?*. Awalnya aku hanya menembak dari posisi tiarap; yaitu tiduran; seperti dulu kami sering menembaki sasaran-sasaran di pertandingan menembak di gunung-gunung Tennessee; dan jaraknya hampir sama. Tetapi sasaran-sasaran disini lebih besar. Aku rasa tidak mungkin luput menembak kepala atau badan musuh dengan jarak ini. Dan aku benar-benar tidak luput.)
Setelah dia menjatuhkan sekitar 20 musuh, seorang letnan Jerman mengumpulkan 5 anggota untuk mendekatinya dari samping. York menghabisi kelimanya dengan Colt.45-nya yang hanya berisikan 8 peluru. “seperti menembak kalkun liar di kampung” katanya kemudian.
Melihat ini, letnan Paul Jurgen Vollmer berteriak menanyakan York apakah ia seorang Inggris. Pada perang dunia pertama, tidak ada yang menanggapi kekuatan bertempur pasukan Amerika, semua menganggap mereka sebagai pemula. Vollmer mengira York kemungkinan adalah seorang pahlawan Inggris yang ditugaskan untuk mengajarkan pasukan Amerika cara berperang yang benar. Ketika York mengatakan bahwa ia adalah orang Amerika, Vollmer membalas, “Good Lord! If you won’t shoot any more I will make them give up/ Ya Tuhan! kalau kau berhenti menembak, aku akan membuat mereka menyerah”
Sepuluh menit kemudian, 133 pasukan tiba di lokasi sisa-sisa dari batalyon York. Letnan Woods, atasan York pada awalnya mengira bahwa itu ada serangan balik Jerman sampai ketika dia melihat York memberi hormat dan mengatakan “Corporal York reports with prisoners, sir/ Korporal York melapor dengan tawanan, pak” Ketika atasan yang terkejut itu bertanya berapa banyak, York menjawab “Honest, Lieutenant, I don’t know / Sejujurnya, letnan, aku tidak tahu”
Alvin “Fool’s Luck” York Vs Rambo:
Mungkin Rambo menghabisi sebagian besar pasukan Vietnam yang menjaga kamp POW (tahanan perang). Tapi itu 10 tahun setelah perang berakhir. Tidak ada yang mengantisipasi akan ada seorang jagoan yang menyerbu mereka.
York melakukan aksi jagoannya ketika perang tengah berlangsung, dan dikepung musuh yang jauh lebih banyak sama seperti Rambo yang juga dikepung musuh-musuhnya. Dan York adalah seorang yang anti-kekerasan.
1. Audie Murphy
Ketika Audie Murphy mendaftarkan diri untuk bergabung ke Marinir di tahun 1942 pada umur 16, dia hanya berbobot 110 pounds/50 Kg dengan tinggi badan 5’5″/165cm. Mereka menertawakannya. Jadi dia mendaftarkan dirinya ke Angkatan Udara, dan juga ditertawakan. Kemudian dia mendaftarkan dirinya ke Angkatan Darat, dan mereka berpikir tidak ada ruginya menerima orang lebih untuk menjadi perisai bagi peluru-peluru musuh. Mereka pun menerimanya. Ketika ia pingsan di tengah latihan, mereka bermaksud memberinya tugas di dapur tetapi Audie bersikeras ingin bertempur, jadi mereka pun mengirimnya ke dalam badai pertempuran.
Dalam masa penjajahan Italia, pangkatnya dinaikkan menjadi korporal karena bakatnya dalam menembak. Pada waktu yang sama ia juga dijangkiti penyakit malaria, yang ia derita hampir selama perang berlangsung.
Pada tahun 1944, ia dikirim ke Prancis bagian utara. Disana ia berhadapan dengan sebuah pasukan senapan mesin Jerman yang berpura-pura menyerah, dan kemudian menembaki teman baiknya. Audie mengamuk dan menghabisi semua yang ada di sarang senapan mesin tersebut, mengunakan senjata-senjata musuh untuk menghabisi setiap musuh dalam jarak 100 yard/91 meter, termasuk dua sarang senapan mesin dan beberapa penembak jauh. Dari aksinya ini ia digelari Distinguished Service Cross, dan dijadikan komandan platon. Permintaan maaf pun datang dari orang-orang yang selalu memanggilnya “Shorty/Si Pendek”
Setengah tahun kemudian, pasukannya diberi tugas melindungi Colmar Pocket, sebuah daerah penting di Prancis. Walaupun yang tersisa dari mereka hanya 19 orang (dari total 128) dan beberapa tank penghancur M-10.
Pasukan Jerman datang menyerang dengan pasukan yang besar lengkap dengan tank-tanknya. Karena bala bantuan tidak akan tiba dalam waktu dekat, Murphy dan pasukannya bersembunyi di parit perlindungan dan mengirim M-10 mereka untuk mencoba melawan. Seperti yang diperkirakan, M-10 mereka pun dilumpuhkan pasukan Jerman.
Kemudian Audie dengan malaria-nya berlari ke salah satu M-10 yang sedang terbakar dengan tanki gas penuh yang siap meledak setiap saat, menunggangi senapan mesin .50 Cal tank tersebut dan menembaki semua yang ada dalam penglihatannya.
Dia terus menembak selama hampir 1 jam sampai akhirnya kehabisan peluru, kemudian berjalan kembali ke pasukannya yang terkesima oleh aksinya ketika tank M-10 yang ia tunggangi meledak dibelakangnya. Persis seperti di film-film action. Mereka memberinya setiap medali yang bisa diberikan, dengan total 33 medali, lima dari Prancis, satu dari Belgia dan sebuah Medal of Honor.
Setelah perang, Audie menderita Shell-Shock dan diberi obat anti-depresan placidyl. Ketika ia kecanduan obat tersebut dan disarankan untuk ikut program rehabilitasi, ia menolak dan mengunci dirinya di dalam kamar motel selama seminggu sampai akhirnya sembuh. Autobiografi yang ia tulis sendiri berjudul To Hell and Back/Ke Neraka dan Kembali. Audie Murphy kemudian menjadi aktor hollywood memainkan dirinya sendiri di film To Hell and Back. Film ini kemudian menjadi film terlaris dari Universal selama 20 tahun sampai akhirnya dikalahkan film Jaws.
Audie “Little Big Soldier” Murphy Vs Rambo:
Ketika para produser hollywood ingin menjadikan biografi Murphy sebuah film yang ia mainkan sendiri. Murphy ketakutan kalau orang-orang akan mengira ia sengaja membumbui pengalaman-pengalaman hidupnya untuk membesarkan namanya sendiri. Jadi ia membuat mereka meninggalkan beberapa bagian dari autobiografinya supaya filmnya lebih gampang dipercaya oleh penonton.
Comments
0 Comments