| Mera Naam Joker: Sejarah Simbol Bulan Bintang Dalam Islam

Jumat, 05 Oktober 2012

Sejarah Simbol Bulan Bintang Dalam Islam


bulan bintang

Bulan sabit dan bintang sudah diidentikan dengan Islam, bahkan banyak dari kaum muslimin menganggapnya sebagai simbol agama mulia ini, sehingga di puncak-puncak menara dan kubah masjid banyak terpasang simbol ini. Tak sedikit pula dari negara-negara berpenduduk muslim mencantumkannya sebagai lambang dalam bendera mereka. Demikian juga ormas maupun parpol turut memakainya demi menegaskan jati diri ke-islam-an mereka. Benarkah?

Siapa yang Mengawali Penggunaan Simbol Ini?

Penggunaan simbol bulan sabit dan bintang erat hubungannya dengan kekaisaran Ottoman di Turki, atau lebih dikenal dengan Turki Utsmani.

Dinasti Utsmani menjadi penguasa Islam dalam 36 generasi, lebih dari enam abad (1299-1922). Utsman atau dikenal sebagai Utsman I tak ada hubungannya dengan Khalifah Usman bin Affan radhiyallahu 'anhu. Utsman adalah pendiri kekaisaran ini. Ayahnya, Urtugul, seorang kepala suku dan penguasa lokal.

Sebagai suku yang berkelana dari Asia Tengah selama berabad-abad, oleh kesultanan Saljuk di Anatolia ia diberi wilayah di perbatasan dengan Byzantium. Seiring melemahnya kesultanan Saljuk, Utsman menyatakan kemerdekaan wilayahnya pada 1299.

Penggunanan simbol bulan bintang ini terjadi setelah Sultan Mehmet (Muhammad, red) II, sultan ke-7, menaklukkan Konstatinopel pada 1453. Konstatinopel adalah ibukota Romawi Timur atau lebih dikenal dengan kekaisaran Byzantium. Negara superpower saat itu yang menetapkan Kristen sebagai agama resmi negara.

Lambang kota itu adalah bulan sabit dan bintang. Mehmet II mengadopsi simbol Konstatinopel menjadi bendera Ottoman. Nama Konstatinopel pun diganti dengan Istanbul.

Sebelumnya, bendera Ottoman hanya segitiga sama kaki yang rebah, yang garis sisi kedua kakinya melengkung. Benderanya berwarna merah. Setelah penaklukan Konstatinopel, di tengah bendera itu ditambahi bulan sabit dan bintang berwarna putih.

Pada 1844. bentuk bendera Ottoman berubah segiempat. Bendera ini mengalami modifikasi lagi pada 1922, yang kemudian ditetapkan dalam konstitusi pada 1936, setelah Ottoman jatuh, menjadi bendera seperti yang sekarang ini dipakai oleh Turki modern. Bintang dan bulan sabitnya menjadi lebih langsing yang sebelumnya tampak lebih gemuk, namun warna dasarnya tetap merah, sementara gambar bulan bintangnya tetap putih.

Pagan dan Kristen?

Tak ada catatan yang menerangkan nama asli kota Istanbul hingga bangsa Yunani memberinya nama Byzantium 667 SM. Nama itu dirujuk dari nama satu tokoh dalam mitologi Yunani, yaitu Byaz.

Sebagai bangsa pagan, Yunani memberi simbol bulan sabit pada kota itu untuk didedikasikan pada dewa mereka, Dewi Artemis (Dewi Diana) yang bersimbol bulan sabit. Mereka menaklukan kota itu dengan diterangi cahaya bulan. Catatan lain menyebutkan, bahwa bulan sabit merupakan simbol Dewi Tnit (Carthagian, Bangsa Phoenioc).

Simbol bulan sabit tetap dipertahankan ketika kota ini direbut bangsa Romawi oleh Kaisar Constantine pada 330 M. Nama kota berganti menjadi Nova Rome (Roma Baru) dan menjadi ibukota Romawi, pindah dari Roma di Italia. Pada 395 M, Romawi pecah menjadi Romawi Barat dan Romawi Timur. Namun setelah raja Constantine meninggal, kota ini lebih dikenal dengan nama Konstantinopel (kota Konstantin). Namun kaisar menambah simbol bintang di tengahnya.

Bintang disebutkan sebagai simbol perawan suci Bunda Maria. Namun catatan lain menyebutkan bahwa simbol bintang dirujuk dari simbol Dewi Ishtar –kata star dalam bahasa inggris diambil dari nama dewi itu.

Catatan lain menyebutkan bahwa kedua simbol itu telah dipakai bangsa Turki Kuno. Hal ini dibuktikan oleh penemuan artefak yang menggambarkan bulan bintang. Bahkan disebutkan bahwa simbol itu juga digunakan bangsa Sumeria. Simbol itu kemudian diserap bangsa Turki ketika mereka melewati lembah itu dalam perjalanannya dari Asia Tengah –wilayah yang diduga sebagai asal-usul bangsa Turki- menuju Anatolia.

Sedangkan legenda Turki Usmani menyebutkan bahwa simbol-simbol tersebut diambil dari mimpi Usman I. Mimpi itu terjadi jauh sebelum ia menjadi raja. Penasihat spiritualnya menyebutkan bahwa mimpi itu menjadi pertanda akan kebesaran namanya di masa depan.

Mana yang benar? Hingga kini belum ada penelitian yang meyakinkan soal ini. Namun yang jelas, Ottoman adalah negeri pertama yang menggunakan simbol tersebut.

Hitam yang Simpel

Lalu, apakah simbol Islam yang asli? Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wassalam maupun Khulafaur Rasyidin (632-661) tak pernah membuat ketetapan soal itu. Al-Qur’an pun tak pernah membicarakan soal tersebut.

Bukti-bukti sejarah menunjukkan bahwa di zaman Rasulullah hanya ada bendera panji-panji perang yang sangat sederhana dengan satu warna: hitam, putih, atau hijau. Di Madinah, di zaman Khilafah yang empat memiliki simbol berupa bendera persegi empat berwara hitam.

Bendera segi empat warna hitam juga digunakan Dinasti Umayyah di Damaskus (660-750) dan di Kordoba (929-1010), dan Dinasti Abbasiyah di Baghdad (750-1258) maupun di Kairo (1261-1517). Hanya Dinasti Fathimiyah di Kairo (909-1171) yang menggunakan bendera warna hijau.

Jika kita cermati, semua dinasti yang menggunakan simbol yang sederhana, yaitu cuma warna yang polos dan tanpa gambar, tulisan atau tanda lainnya, adalah dinasti yang berdarah asal dari tanah Hijaz. Sedangkan kerajaan-kerajaan Islam lainnya seperti Ottoman, Saljuk, Malmuk, Moghul, maupun keajaan-kerajaan Islam Nusantara memiliki bendera yang bergambar.

Simbol Itu Belum Ada di Zaman Rasulullah

Tidak ada bukti barang ataupun atsar yang menjelaskan bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah memerintahkan umat Islam untuk menggunakan lambang bulan sabit dan bintang ataupun memberi contoh penggunaannya. Satu-satunya 'bulan sabit' yang penting bagi umat Islam adalah hilal, 'bulan sabit' tipis sekejap, tanda awal bulan baru (tanggal 1). Namun, hilal memang bukanlah bulan sabit (tanggal 4-5).

Demikianlah, ternyata penetapan bulan bintang sebagai simbol agama Islam tidak ada contohnya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam, bahkan ia baru ada jauh setelah masa beliau dan para shahabat hidup. Lebih parahnya, ia ternyata berasal dari bangsa-bangsa kafir.

Kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan di bumi, dan bulan sabit dan bintang adalah tanda-tanda kebesaran Allah Subhanahu wa Ta'ala yang agung.

Wallahu a'lam bish-shawab.

Sumber: http://inrasyad.wordpress.com
Comments
0 Comments