Neomisteri – 2 Februari 1975, kota Haicheng Cina seperti biasa riuh ramai oleh aktifitas para penduduknya. Namun kesibukan masyarakat kota berpopulasi mencapai 1 juta penduduk ini terusik oleh gejala yang tidak biasa.
Sejumlah binatang menunjukkan perilaku aneh. Sejumlah Anjing peliharaan masyrakat Heicheng, melolong dan menggonggong tanpa sebab. Tidak hanya itu, beberapa hewan lain juga bersikap aneh dan menunjukkan kegelisahan yang amat sangat.
Pemerintah kota Heicheng pun merespon cepat gejala binatang tersebut dengan mengevakuasi seluruh penduduk keluar dari kota. Karena perilaku aneh binatang tersebut diyakini menjadi pertanda bakal terjadi bencana alam dahsyat seperti gempa bumi. Masyrakat pun segera berbondong-bondong meninggalkan tempat tinggalnya dan menjauh dari kota.
Sehari setelah proses evakuasi, perkiraan pemerintah kota Heicheng pun menjadi kenyataan. Sekitar pukul 19.36, 4 Februari 1975, Heicheng dihantam gempa bumi berkekuatan 7,3 Skala Richter. Hampir 90 persen bangunan di kota tersebut hancur porak poranda dihantam gempa.
Meski demikian, hanya sedikit korban jiwa dalam gempa tersebut. Karena mayoritas penduduk telah mengungsi terlebih dahulu. Proses evakuasi yang dilakukan pemerintah kota Heicheng pun berhasil menyelamatkan banyak nyawa. Jika kota tidak dievakuasi, diperkirakan jumlah korban jiwa dan luka bisa melebihi 90 ribu jiwa.
Insiden Haicheng pun memberikan harapan kepada masyarakat bahwa gempa bumi mungkin bisa diprediksi. Sehingga sejumlah penelitian dilakukan untuk mengenali keterkaitan antara perilaku hewan dengan prediksi bakal terjadinya gempa. Salah satunya adalah yang dilakukan oleh negara Jepang.
Negara yang dikenal rawan gempa ini telah lama mempelajari perilaku aneh binatang dengan harapan menemukan apa yang mereka dengar atau rasakan sebelum Bumi getar. Oleh karenanya, pemerintah Jepang kerap menjadikan perilaku hewan sebagai salah satu unsur penting dari sistem peringatan gempa, bersamaan dengan penggunaan instrumen seismik teknologi tinggi. Namun benarkah perilaku aneh hewan berkaitan erat dengan bakal terjadinya gempa?
Prediksi Hewan Tentang Gempa Hanya Lelucon ?
Walau banyak kisah yang menceritakan bahwa hewan dapat memprediksi gempa, tidak sedikit ilmuwan yang tidak percaya adanya keterkaitan akan hal itu. Sejumlah ilmuwan percaya perubahan perilaku aneh hewan tidak cukup tepat untuk dijadikan acuan bakal terjadi gempa. Masih banyak data penunjang yang tidak cukup kuat untuk memastikan adanya keterkaitan antara perilaku aneh binatang dan gempa.
Ahli Geofisika asal United State Geological Survey (USGS), Andy Michael mengaku tidak percaya dengan fenomena tersebut. Menurutnya, susah mengenali motif yang membuat para hewan berperilaku aneh. USGS sendiri pernah melakukan penelitian terhadap hal itu pada 1970-an. Namun belum menemukan hasil yang sesuai harapan.
Menurutnya, gempa bumi merupakan gejala atau fenomena alam yang tiba-tiba dan sulit diprediksi. Sehingga Seismologi tidak memiliki cara untuk tahu persis kapan atau di mana gempa akan terjadi. Sekitar 500 ribu terdeteksi perkiraan gempa setiap tahun di seuruh dunia. Dari sekian banyak perkiraan gempa yang terdeteksi, hanya 100 ribu getaran yang bisa dirasakan oleh manusia, dan 100-nya yang menyebabkan kerusakan.
“Kita banyak dihadapkan dengan banyak lelucon. Hewan bereaksi terhadap begitu banyak hal, seperti rasa lapar, mempertahankan wilayah mereka, kawin dan menghadapi predator. Jadi sulit untuk menjadikan itu (perilaku aneh hewan) sebagai peringatan dini gempa,” ujarnya seperti dilansir National Geographic