Betul, orang-orang bilang bahwa ini memang masjid ajaib. Dalam radius puluhan kilometer jika Anda bertanya kemana arah “masjid ajaib” orang-orang akan menunjukkan arah yang tepat.
Yaitu masjid yang tidak diketahui dibangun oleh siapa, berapa banyak orang yang mengerjakannya termasuk tukang dan kulinya serta seberapa material semen, pasir dan lain-lain. Singkat kata, masjid itu nongol begitu saja dan terus “bertumbuh” sampai dengan sekarang dan selalu terlihat sebagai “bangunan belum jadi” tapi tidak terlihat tumpukan material dan lalu-lalang pekerja.
Namun, ketika desas-desus ini dikonfirmasi kepada “orang dalam”, dikatakan bahwa pembangunan masjid – yang sebenarnya merupakan kompleks pondok pesantren secara keseluruhan – semua bersifat transparan karena dikerjakan oleh santri dan jamaah.
Bantahan dari “orang dalam” itu jelas sekali terpampang di depan meja penerima tamu dengan tulisan besar-besar, “Apabila ada orang yang mengatakan bahwa ini adalah pondok tiban (pondok muncul dengan sendirinya), dibangun oleh jin dsb., itu tidak benar. Karena bangunan ini adalah Pondok Pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah yang murni dibangun oleh para santri dan jamaah.”
Terlepas dari ajaib atau tidaknya proses pembangunan pondok bertingkat 10 itu, yang jelas dari segi arsitektur menunjukkan cita rasa arsitektural tingkat tinggi yang mungkin dalam proses pembangunannya jelas memerlukan dana yang tidak sedikit. Sebuah proyek akbar yang tentunya melibatkan banyak pihak. Namun kenapa sampai banyak orang tidak tahu dan terkesan “ajaib”? Wallahu ‘alam…