| Mera Naam Joker: akhlak terhadap orang kafir

Selasa, 30 November 2010

akhlak terhadap orang kafir


Ahlak Terhadap Orang Kafir
Bagaimana ahlak Rasulullah saw ketika bergaul dengan orang-orang kafir? Ahlak nabi saw adalah al Qur’an sebagaimana riwayat dari ‘Aisyah ra ketika ditanya ahlak nabi saw, beliau menjawab:
“Ahlak beliau (nabi saw) adalah al Qur’an”. Kemudian ‘Aisyah ra membacakan ayat:
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (Qs al Qalam:4).
Kata “Khuluqin ‘azhim” (budi pekerti yang agung) dalam ayat ini, mencakup seluruh ahlak terhadap semua mahluk. Rahmat (rasa kasih sayang) merupakan ahlak yang paling tinggi, motivator serta motor penggerak utama suatu ahlak.
Jika contoh-contoh dan riwayat-riwayat yang telah dibawakan dalam ceramah tersebut berkaitan dengan ahlak beliau saw, terhadap orang-orang kafir saat peperangan, maka bagaimana kita akan menggambarkan ahlak beliau saw terhadap mereka dalam kondisi damai?
Saya akan menyebutkan tiga hadits tentang hal itu.
Yang pertama, sabda Rasulullah saw:
“…Sesungguhnya para utusan (duta) itu tidak boleh dibunuh.” ( Riwayat Abu Dawud).
Maksudnya adalah, para utusan yang dikirim oleh orang-orang kafir sebagai duta dan penghubung antara kaum Muslimin dengan kaum Kafir.
Keadilan dan kasih-sayang Islam tidak memperbolehkan untuk membunuh dan menyakiti mereka. Karena, dalam Islam terdapat ajaran (agar menjaga dan menataati) perjanjian dan ikatan janji.
Ini di antara gambaran cara bergaul tingkat tinggi dari kaum Muslimin, atau dari agama Islam, atau dari nabi Islam kepada orang-orang Kafir, non Islam.
Hadis kedua, yaitu dalam wasiat nabi saw kepada Mu’adz bin Jabal ra, beliau bersabda:
“…dan pergaulilah manusia dengan ahlak yang baik.” (Hr Ahmad, Tirmidzi, Darimi).
Dalam hadits ini, Rasulullah saw tidak mengatakan “pergaulillah kaum Muslimin, atau orang-orang shalih (salih), atau orang-orang yang mengerjakan shalat”, akan tetapi beliau mengatakan”…dan pergaulilah manusia dengan ahlak yang baik”.
Maksudnya adalah semua agama, yang kafir, yang muslim, yang mushlih (muslih; yang melakukan perbaikan), yang faajir (jahat) dan yang shalih, sebagai bentuk keluasaan rahmat dan kelengkapannya dengan ahlak din (agama).
Hadis ketiga, yaitu hadis tentang seorang Yahudi, tetangga nabi saw, yang sering menyakiti beliau saw.
Suatu ketika, nabi mengetahui bahwa orang yang selalu menyakitinya ini memiliki seorang anak yang sedang sekarat. Maka nabi saw datang berkunjung kerumahnya dan mengajaknya menuju jalan Rabb-nya, dengan harapan semoga Allah memberikan petunjuk dan memperbaiki keadaan orang ini.
Beliau saw membalas keburukan dengan kebaikan, meskipun terhadap orang kafir, Rasulullah saw bersabda kepada si anak, sementara bapaknya juga ada bersama mereka:
“Wahai bocah, katakanlah laa ilaaha illallah, itu akan menyelamatkanmu dari api neraka.”
Mendengar seruan ini, si anak memandang ke arah bapaknya dan memperhatikannya. Rasulullah saw mengulangi lagi:
“Wahai bocah, katakanlah laa ilaaha illallah!”
Si anak memandang ke arah bapaknya lagi. Kejadian yang sama juga terjadi antara Rasulullah saw dengan pamannya, Abu Thalib, yang senantiasa membantu dan menolong din Islam, kaum Muslimin dan Rasulullah saw, akan tetapi, dia tidak masuk Islam. Rasulullah saw bersabda kepadanya:
“Wahai paman, katakanlah laa ilaaha illallah…”
Mendengar seruan ini, Abu Thalib memandang para pembesar Qurays. Lalu mereka mengatakan:
“Apakah kamu benci terhadap agama nenek moyangmu?” (Hadis riwayat Imam Bukhari).
Akhirnya Abu Thalib meninggal dalam kekafiran.
Sedangkan orang Yahudi (dalam cerita ini) yang mendengar nabi saw mengajak anaknya agar masuk Islam, Allah menceritakan kondisi mereka:
“Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepadanya, mereka mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman (kepada Allah).” (QS Al An’aam :20)
Bagaimana jawaban dan responnya? Orang Yahudi itu mengatakan:
“Wahai anakku, taatlah kepada Abul Qasim (Muhammad saw)!”
Maka si anak mengucapkan syahadatain. Sebelum menghembuskan napas terakhir. Mendapat respon positif ini, Rasulullah bersabda:
“Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari neraka dengan sebabku.” (Hr Bukhari, 1356, Abu Dawud).
Inilah ahlak Rasulullah saw yang muliah, adab beliau yang luhur terhadap orang-orang non Muslim, ketika kondisi perang dan dalam keadaan damai. Kita memohon kepada Allah SWT, agar menjadikan ahlak kita sama seperti ahlak beliau saw, dan semoga Allah menjadikan Rasulullah saw sebagai panutan terbaik kita. Allah Berfirman:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al Ahzab :21)
(Syaikh Ali bin Abdul Hamid Hasan al Halaby dalam muhadharah di Masjid Istiqlal, 19 febuari 2006).
Tulisan ini dikutip dari rubrik Soal-Jawab majalah As-Sunnah halaman 10, Edisi 02/X/1427 H/2006 M.
Semoga bermanfaat Amiin Allahuma Amiin.
Wassallam Alikum Warrohmattullahi Wabbarakatuhu…

Saudaraku Koreksilah Pergaulanmu
penulis Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah
Syariah Akhlak 28 - Agustus - 2007 21:31:17
Sebagai jalan hidup dan agama yg mengemban misi rahmatan lil ‘alamin Islam tentu mengatur kaidah bermuamalah atau bergaul bagi pemeluknya. Baik itu terhadap sesama muslim maupun pemeluk agama lain. Tidak mengentengkan yakni tdk tenggelam dlm budaya toleransi yg menjebak namun juga tdk berlebihan semisal melakukan tindak anarkis.
Tentu bukan hal aneh lagi jika kita menjumpai bermacam-macam warna dan perilaku dlm kehidupan masyarakat kita. Ini terjadi dgn sebab yg beragam. Terkadang dilatarbelakangi lingkungan masyarakat pergaulan teman-teman dan sebagainya. Semua ini menuntut agar kita bisa memosisikan syariat sebagai landasan pergaulan sehingga bisa merangkul semua perbedaan tersebut dgn cara menyingkirkan sesuatu yg tdk ada syariat dan mengokohkan yg ada tuntunan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ironi perbedaan itu selama ini justru dijadikan sebuah kebanggaan sebagai bentuk keangkuhan dan kesombongan. Bahkan ada yg sudah dijadikan sebagai ajaran yg harus dianut oleh tiap orang. Akhir tiap seruan yg mengajak kepada adab dan akhlak Islami menjadi sebuah seruan yg tdk berarti. Atau jika ada orang yg mempraktikkan adab bergaul yg Islami justru dicibir dianggap aneh dan asing bahkan dilekati tuduhan yg bukan-bukan. Atau divonis sebagai orang yg melakukan pengrusakan dan kehancuran sebagaimana igauan Fir’aun menanggapi akhlak dan perilaku serta dakwah Nabi Musa ‘alaihissalam:
وَقَالَ فِرْعَوْنُ ذَرُوْنِي أَقْتُلْ مُوْسَى وَلْيَدْعُ رَبَّهُ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُبَدِّلَ دِيْنَكُمْ أَوْ أَنْ يُظْهِرَ فِي اْلأَرْضِ الْفَسَادَ
“Dan berkata Fir’aun : ‘Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Rabb krn sesungguh aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi’.”
Igauan pengikut Fir’aun juga menimpa Nabi Harun ‘alaihissalam saudara Musa ‘alaihissalam:
قَالُوا إِنْ هَذَانِ لَسَاحِرَانِ يُرِيْدَانِ أَنْ يُخْرِجَاكُمْ مِنْ أَرْضِكُمْ بِسِحْرِهِمَا وَيَذْهَبَا بِطَرِيْقَتِكُمُ الْمُثْلَى
“Mereka berkata: ‘Sesungguh dua orang ini adl benar-benar ahli sihir yg hendak mengusir kalian dari negeri kalian dgn sihir dan hendak melenyapkan kedudukan kalian yg utama’.”
Bahkan kaum munafiqin berusaha cuci tangan dari perbuatan mereka yg jelas-jelas rusak dgn mengatakan bahwa mereka adl orang2 yg melakukan perbaikan.
وَإِذَا قِيْلَ لَهُمْ لاَ تُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُوْنَ
“Dan bila dikatakan kepada mereka: ‘Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi’. Mereka menjawab: ‘Sesungguh kami orang2 yg mengadakan perbaikan’.” (Lihat kitab Hadzihi Da’watuna wa ‘Aqidatuna karya Asy-Syaikh Muqbil rahimahullahu hal. 11)
Padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan agar tiap orang berakhlak di hadapan manusia dgn akhlak yg mulia.
وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“Dan berakhlaklah kamu kepada manusia dgn akhlak yg baik.”
Bahkan berbudi pekerti yg baik merupakan tonggak dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ اْلأَخْلاَقِ
“Sesungguh aku diutus oleh Allah utk menyempurnakan budi pekerti.”
Bahkan permasalahan budi pekerti inilah yg diwanti-wanti oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala pada dakwah rasul-Nya:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لاَنْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekira kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.”
Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada Nabi-Nya Musa dan Harun ‘alaihimassalam menghadapi sejahat-jahat manusia di permukaan bumi ini yaitu Fir’aun dgn penuh kelemahlembutan.
فَقُوْلاَ لَهُ قَوْلاً لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى
“Maka berbicaralah kamu berdua kepada dgn kata-kata yg lemah lembut mudah-mudahan ia ingat atau takut.”
Manusia dlm Hidup
Bersikap dan menyikapi manusia serta bergaul bersama mereka membutuhkan ilmu yg dlm tentang syariat krn manusia memiliki ragam agama dan aliran serta memiliki ragam perangai dan tabiat. Untuk memudahkan kita dlm pembahasan tentang hal bergaul dgn manusia secara umum kita mengklasifikasikan mereka menjadi dua golongan:
Pertama: Kafir
Kedua: Muslim
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan kepada kita cara bergaul dan bermuamalah bersama mereka baik yg kafir atau yg muslim. Hal ini menunjukkan kesempurnaan Islam dan bahwa Islam adl agama rahmat bagi semesta alam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيْتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِيْنًا
“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan utk kalian agama kalian dan telah Ku-cukupkan kepada kalian ni’mat-Ku dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagi kalian.”
Sehingga tdk ada lagi alasan utk salah dlm bergaul bersama mereka baik yg beriman ataupun yg ingkar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala krn hujjah telah tegak malam bagaikan siang .
لِيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَنْ بَيِّنَةٍ وَيَحْيَا مَنْ حَيَّ عَنْ بَيِّنَةٍ وَإِنَّ اللهَ لَسَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
“Yaitu agar orang yg binasa itu binasa dgn keterangan yg nyata dan agar orang yg hidup itu hidup dgn keterangan yg nyata . Sesungguh Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Bergaul dgn orang2 Kafir
Dengan kasih sayang Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap hamba-hamba-Nya Dia telah membimbing bagaimana semesti bergaul bersama orang2 kafir yg berbeda agama. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan segala perkara yg merupakan ciri hidup mereka berikut bentuk kedengkian mereka terhadap Islam dan kaum muslimin. Semua ini memiliki hikmah agar kaum mukminin selalu berada di atas kemuliaan pada agama sehingga agama orang2 kafir rendah dan hina.
Belakangan ini kita tdk bisa memilah antara orang2 muslim dan kafir dlm banyak perkara. Bahkan perkara yg merupakan prinsip agama yaitu masalah al-wala` dan al-bara` telah menjadi sesuatu yg pudar dlm kehidupan beragama kaum muslimin.
Merupakan kewajiban bagi tiap muslim utk berpegang dgn prinsip-prinsip aqidah Islamiyah dgn cara berloyalitas terhadap pemeluk dan memusuhi musuh-musuh mencintai ahli tauhid dan berloyalitas kepada benci terhadap ahli syirik dan memusuhinya. Hal ini termasuk millah Ibrahim dan orang2 yg beriman bersamanya. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan kita utk mencontoh mereka sebagaimana dlm firman-Nya:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللهِ وَحْدَهُ
“Sesungguh telah ada suri teladan yg baik bagi kalian pada Ibrahim dan orang2 yg bersama dengan ketika mereka berkata kepada kaum mereka: ‘Sesungguh kami berlepas diri dari kalian dan dari apa yg kalian sembah selain Allah. Kami ingkari kalian dan telah nyata permusuhan dan kebencian antara kami dan kalian utk selama-lama sampai kalian beriman kepada Allah saja’.”
Dan prinsip ini merupakan agama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا الْيَهُوْدَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِيْنَ
“Hai orang2 yg beriman janganlah kamu mengambil orang2 Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin; sebagian mereka adl pemimpin bagi sebagian yg lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin mk sesungguh orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguh Allah tdk memberi petunjuk kepada orang2 yg dzalim.” (Lihat Al-Wala` wal Bara` karya Asy-Syaikh Shalih Fauzan hal. 4}
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memperingatkan dlm banyak hal dan membongkar kedengkian serta kebencian orang2 kafir terhadap Islam dan kaum muslimin. Seperti dlm firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُوْنَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءَكُمْ مِنَ الْحَقِّ يُخْرِجُوْنَ الرَّسُوْلَ وَإِيَّاكُمْ أَنْ تُؤْمِنُوا بِاللهِ رَبِّكُمْ
“Hai orang2 yg beriman janganlah kalian mengambil musuh-Ku dan musuh kalian menjadi teman-teman setia yg kalian sampaikan kepada mereka krn rasa kasih sayang. Padahal sesungguh mereka telah ingkar kepada kebenaran yg datang kepada kalian mereka mengusir Rasul dan kalian krn kalian beriman kepada Allah Rabb kalian.”
يَا َيُّهَا الَّذِيْنَ آَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُوْنِكُمْ لاَ يَأْلُوْنَكُمْ خَبَالاً وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُوْرُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ اْلآيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُوْنَ
“Hai orang2 yg beriman janganlah kalian ambil orang2 yg di luar kalangan kalian menjadi teman kepercayaan kalian mereka tdk henti-henti kemudaratan bagi kalian. Mereka menyukai apa yg menyusahkan kalian. Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yg disembunyikan oleh hati mereka adl lbh besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepada kalian ayat-ayat jika kalian memahaminya.”
Dan masih banyak lagi ayat-ayat lain yg menjelaskan tentang konsep hidup mereka terhadap Islam dan kaum muslimin yg penuh dgn kedengkian serta niat jahat. mk tdk pantas seorang muslim menjadikan mereka sebagai sahabat di dlm hidup dan teman bergaul sehari-hari.
Di antara sikap-sikap yg diajarkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap orang2 kafir adl sebagai berikut:
1. Tidak menyerupai mereka dlm semua perkara terlebih dlm masalah aqidah dan ibadah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan masalah ini dlm sebuah sabda beliau:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yg menyerupai suatu kaum niscaya dia termasuk dari mereka.”
2. Larangan menyerupai mereka dlm seluruh perkara seperti menyerupai mereka dlm pakaian khas mereka adat/kebiasaan ibadah dan akhlak. Seperti mencukur jenggot memanjangkan kumis berbicara dgn bahasa mereka tanpa ada keperluan/hajat cara berpakaian makan minum dan sebagainya.
3. Tidak bertempat tinggal di negeri mereka atau pergi ke negeri mereka.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengancam orang2 yg tdk mau meninggalkan negeri orang2 kafir padahal mereka sanggup utk melakukan hal itu dlm firman-Nya:
إِنَّ الَّذِيْنَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلاَئِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ قَالُوا فِيْمَ كُنْتُمْ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِيْنَ فِي اْلأَرْضِ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيْهَا فَأُولَئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَسَاءَتْ مَصِيْرًا. إِلاَّ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ لاَ يَسْتَطِيْعُوْنَ حِيْلَةً وَلاَ يَهْتَدُوْنَ سَبِيْلاً
“Sesungguh orang2 yg diwafatkan malaikat dlm keadaan menganiaya diri sendiri malaikat bertanya: ‘Dalam keadaan bagaimana kamu ini?’ Mereka menjawab: ‘Adalah kami orang2 yg tertindas di negeri ’ Para malaikat berkata: ‘Bukankah bumi Allah itu luas sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?’ orang2 itu tempat neraka Jahannam dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali kecuali mereka yg tertindas baik laki2 atau wanita ataupun anak-anak yg tdk mampu berdaya upaya dan tdk mengetahui jalan .”
Yang dimaksud dgn orang yg menganiaya diri sendiri di sini ialah muslimin Makkah yg tdk mau hijrah bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam padahal mereka sanggup melakukannya. Mereka ditindas dan dipaksa oleh orang2 kafir ikut bersama mereka pergi ke perang Badr. Akhir di antara mereka ada yg terbunuh dlm peperangan itu.
4. Tidak membela mereka dgn mendukung segala permusuhan terhadap Islam dan kaum muslimin. Membela mereka dgn cara demikian atau sampai ke martabat ini termasuk yg akan mengeluarkan dari Islam. Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullahu menyebutkan di antara sepuluh pembatal keislaman adl membela orang2 kafir dlm memerangi kaum muslimin.
5. Tidak meminta bantuan kepada mereka memercayai mereka dan menyerahkan posisi strategis yg menyangkut rahasia kaum muslimin.
Dan banyak lagi cara berhubungan serta bergaul yg bertentangan dgn syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam yg kesimpulan berujung pada meletakkan wala` sebagaimana kita berikan kepada saudara kita sesama muslim.
Bergaul dgn orang2 Islam
Berteman krn agama adl sebuah anjuran dan mencari teman yg baik adl sebuah perintah. Sementara berteman dgn orang yg tdk baik justru akan membahayakan bagi diri dan agamanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menegaskan dlm masalah ini dlm firman-Nya:
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهُ وَلاَ تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيْدُ زِيْنَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلاَ تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dgn orang2 yg menyeru Rabb di pagi dan senja hari dgn mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yg hati telah kami lalaikan dari mengingat Kami serta menuruti hawa nafsu dan adl keadaan itu melewati batas.”
فَأَعْرِضْ عَنْ مَنْ تَوَلَّى عَنْ ذِكْرِنَا وَلَمْ يُرِدْ إِلاَّ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا. ذَلِكَ مَبْلَغُهُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اهْتَدَى
“Maka berpalinglah dari orang yg berpaling dari peringatan Kami dan tdk menginginkan kecuali kehidupan duniawi. Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka. Sesungguh Rabbmu Dialah yg paling mengetahui siapa yg tersesat dari jalan-Nya dan Dia pulalah yg paling mengetahui siapa yg mendapat petunjuk.”
Untuk lbh jelas serta agar bisa mendudukkan tuntunan agama dlm bermualah bersama mereka kita klasifikasikan kaum muslimin menjadi beberapa golongan. Ini semata-mata mendekatkan kepada pemahaman.
Pertama: Golongan orang2 yg benar-benar beriman
Orang yg beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dgn sebenar-benar memiliki kedudukan yg tinggi di sisi-Nya dan mendapatkan nama yg harum. Sungguh betapa banyak ayat-ayat Al-Qur`an yg menjelaskan pujian Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap mereka dan mengangkat kedudukan mereka yg tinggi.
إِنَّ الَّذِيْنَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ
“Sesungguh orang2 yg beriman dan mengerjakan amal shalih mereka itu adl sebaik-baik makhluk.”
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Allah akan meninggikan orang2 yg beriman di antara kalian dan orang2 yg diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
وَالْعَصْرِ. إِنَّ اْلإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلاَّ الَّذِيْنَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguh manusia itu benar-benar dlm kerugian. Kecuali orang2 yg beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.”
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ. الَّذِيْنَ هُمْ فِي صَلاَتِهِمْ خَاشِعُوْنَ. وَالَّذِيْنَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُوْنَ. وَالَّذِيْنَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُوْنَ. وَالَّذِيْنَ هُمْ لِفُرُوْجِهِمْ حَافِظُوْنَ. إِلاَّ عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُوْمِيْنَ. فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُوْنَ
“Sesungguh beruntunglah orang2 yg beriman orang2 yg khusyu’ dlm shalatnya. Dan orang2 yg menjauhkan diri dari yg tiada berguna. Dan orang2 yg menunaikan zakat. Dan orang2 yg menjaga kemaluan kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yg mereka miliki. mk sesungguh mereka dlm hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yg di balik itu mk mereka itulah orang2 yg melampaui batas.”
Dan masih banyak lagi ayat-ayat yg menjelaskan kedudukan mereka yg mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tentu bergaul bersama mereka dgn pergaulan yg penuh kasih sayang dan cinta menganggap mereka sebagai saudara dlm agama dan aqidah sekalipun berbeda nasab berjauhan negeri dan berbeda zaman. Hal ini dipertegas olah Allah Subhanahu wa Ta’ala dlm firman-Nya:
وَالَّذِيْنَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَحِيْمٌ
“Dan orang2 yg datang sesudah mereka mereka berdoa: ‘Ya Rabb kami ampunilah kami dan saudara-saudara kami yg telah beriman lbh dulu dari kami dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dlm hati kami terhadap orang2 yg beriman; Ya Rabb kami sesungguh Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang’.”
مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ وَالَّذِيْنَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ
“Muhammad itu adl utusan Allah dan orang2 yg bersama dgn dia adl keras terhadap orang2 kafir tetapi berkasih sayang di antara mereka.”
Menganggap mereka adl saudara dan berusaha mendamaikan bila terjadi perselisihan di antara mereka.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
“orang2 beriman itu sesungguh bersaudara. Sebab itu damaikanlah antara kedua saudara kalian itu dan takutlah terhadap Allah supaya kalian mendapat rahmat.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
“Perumpamaan persaudaraan orang2 yg beriman bagaikan sebuah bangunan yg sebagian menguatkan yg lain.”
مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ الْوَاحِدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى سَائِرُ الْجَسَدِ بِالْحُمَّى وَالسَّهَرِ
“Perumpamaan orang2 yg beriman dlm cinta dan berkasih sayang mereka bagaikan satu jasad yg bila salah satu anggota badan sakit seluruh jasad merasakan sakit panas dan berjaga.”
Juga sebagai bentuk penerapan pergaulan kita bersama mereka adl berloyalitas kepada mereka secara sempurna:
إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللهُ وَرَسُوْلُهُ وَالَّذِيْنَ آمَنُوا الَّذِيْنَ يُقِيْمُوْنَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوْنَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُوْنَ
“Sesungguh penolong kalian hanyalah Allah Rasul-Nya dan orang2 yg beriman yg mendirikan shalat dan menunaikan zakat seraya mereka tunduk . Dan barangsiapa mengambil Allah Rasul-Nya dan orang2 yg beriman menjadi penolong mk sesungguh pengikut Allah itulah yg pasti menang.”
Kedua: Golongan orang2 yg Bermaksiat
Teman sangat memengaruhi baik tdk agama seseorang dan berpengaruh pula terhadap kebahagiaan dunia dan akhirat. Kisah kematian Abu Thalib paman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana dlm riwayat Al-Bukhari dan Muslim tentu bukanlah rahasia lagi. Diceritakan bahwa dia memilih tetap bersama agama nenek moyang padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di samping ranjang kematian mentalqin kalimat Laa ilaha illallah. Ini dikarenakan mengultuskan ajaran nenek moyang dan salah dlm memilih teman bergaul.
Oleh krn itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan agar kita berhati-hati dlm mencari teman.
الْمَرْءُ عَلىَ دِيْنِ خَلِيْلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang sesuai dgn agama/adat kebiasaan teman mk lihatlah teman bergaulnya.”
مَثَلُ الْجَلِيْسِ الصَّالِحِ وَالسُّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَناَفِخِ الْكِيْرِ
“Perumpamaan teman yg baik dan jelek adl seperti berteman dgn penjual minyak wangi dan tukang pandai besi.”
Ada dua atau tiga kemungkinan bagimu jika engkau berteman dgn tukang minyak wangi. engkau membeli wewangian dari sehingga engkau menjadi wangi dia memberimu atau engkau mencium bau yg harum. Sebalik jika engkau berteman dgn tukang pandai besi hanya ada dua kemungkinan: dia akan membakar pakaianmu dgn percikan api tersebut atau engkau mencium bau yg tdk sedap.
Orang yg bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala berada dlm murka Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tentu jangan dijadikan sebagai teman hidup kecuali dlm batasan agama seperti mendakwahi mereka dan mengajak utk meninggalkan kebiasaan mereka yg jelek. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ادْعُ إِلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ
“Serulah kepada jalan Rabbmu dgn hikmah dan pelajaran yg baik dan bantahlah mereka dgn cara yg baik. Sesungguh Rabbmu Dialah yg lbh mengetahui tentang siapa yg tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yg lbh mengetahui orang2 yg mendapat petunjuk.”
Ketiga: Golongan orang2 Awam
Orang awam membutuhkan bantuan orang2 alim utk mengajari mereka bimbingan agama. Bukan utk dihakimi dan divonis bila melakukan kesalahan di atas kejahilan/keawaman mereka. Namun utk diingatkan dan dibimbing ke jalan yg benar. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ. قُلْنَا: لِمَنْ؟ قَالَ: لِلهِ، وَلِكِتَابِهِ، وَلِرَسُوْلِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ
“Agama itu adl nasihat.” Mereka berkata: “Bagi siapa ya Rasulullah?” Beliau bersabda: “Bagi Allah bagi kitab-kitab-Nya bagi rasul-rasul-Nya bagi pemimpin kaum muslimin dan orang umum mereka.”
Bila kita salah meletakkan sikap terhadap mereka dikhawatirkan mereka menjauh dari kebenaran bahkan fobi terhadapnya. Bila hal itu terjadi krn diri kita akan menyebabkan kita terjatuh di dlm dosa sebagaimana telah diperingatkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu dan Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu: “Berilah mereka kabar gembira dan jangan engkau menyebabkan mereka lari .”
Allah Subhanahu wa Ta’ala sendiri meletakkan hukum khusus bagi mereka sebagaimana di dlm firman-Nya:
وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِيْنَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُوْلاً
“Dan kami tdk akan mengadzab sebelum kami mengutus seorang rasul.”
Asy-Syaukani rahimahullahu di dlm tafsir beliau berkata: “Allah tdk akan mengadzab hamba-Nya kecuali setelah tegak hujjah dgn diutus para rasul dan diturunkan kitab-kitab kepada mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa Dia tdk membiarkan mereka hidup sia-sia dan Allah Subhanahu wa Ta’ala tdk akan menyiksa mereka melainkan setelah tegak hujjah atas mereka. Dan pendapat yg rajih adl bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala tdk mengadzab mereka di dunia ataupun di akhirat kecuali setelah diutus para rasul kepada mereka. Demikianlah yg dikatakan oleh sebagian ahli ilmu.”
Namun orang2 awam tersebut akan keluar dari hukum khusus di atas apabila keawaman tersebut disebabkan tiga perkara:
Pertama: Disebabkan istikbar dgn tdk mau mempelajari kebenaran atau sombong di hadapan kebenaran mk kejahilan yg disebabkan hal ini tdk akan diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala bila dia terjatuh dlm kemaksiatan karenanya.
Kedua: Disebabkan tafrith pengajaran ilmu agama yg benar sehingga tdk mau mempelajari terlebih mengamalkannya.
Ketiga: Disebabkan i’radh dari mempelajari ilmu agama sehingga bila dia terjatuh dlm penyelisihan krn kejahilan mk tdk akan dimaafkan.
Bergaul bersama mereka dlm tiga sebab kejahilan ini harus ekstra hati-hati dan harus menjauhkan diri dari mereka krn mereka tdk akan mendatangkan kebaikan sedikitpun bagi agama. dlm bergaul bersama orang yg benar-benar awam Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi uswatun hasanah dlm hal ini. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu mengisahkan:
بَالَ أَعْرَابِيٌّ فِي الْمَسْجِدِ فَقَامَ النَّاسُ إِلَيْهِ لِيَقَعُوا فِيْهِ، فَقَالَ النَّبِيُّ: دَعُوْهُ وَأَهْرِقُوا عَلَى بَوْلِهِ سَجْلاً مِنْ مَاءٍ أَوْ ذَنُوْبًا مِنْ مَاءٍ فَإِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِيْنَ وَلَمْ تُبْعَثُوا مَعَسِّرِيْنَ
Dari Abu Hurairah berkata: Seorang Badui kencing di masjid lalu orang2 bangkit utk memukul . Rasulullah berkata: “Biarkan dia tuangkan air di atas kencing atau satu ember dari air krn sesungguh kalian diutus sebagai pemberi kemudahan bukan memberikan kesulitan.”
Keempat: Golongan Ahli Bid’ah dan orang yg terjatuh padanya
Kita memaklumi bahwa kemaksiatan yg paling besar setelah dosa kufur dan syirik adl kebid’ahan di dlm agama. Sebuah kemaksiatan yg paling dicintai dan disukai oleh iblis. Hal ini ditegaskan oleh Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullahu: “Sesungguh kebid’ahan amat sangat disenangi oleh iblis daripada perbuatan maksiat. Karena perbuatan bid’ah tdk akan bertaubat darinya. Sedangkan kemaksiatan akan bertaubat darinya.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu menjelaskan makna pernyataan bahwa kebid’ahan tdk akan diberi taubat krn seorang mubtadi’ menjadikan sesuatu yg tdk pernah disyariatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya sebagai agama. Dan kebid’ahan itu telah dihiasi dgn kejelekan amalan sehingga nampak baik. Tentu dia tdk akan bertaubat selama dia menganggap perbuatan adl baik krn awal dari pintu bertaubat adl mengetahui tentang kejelekan tersebut.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan dari perbuatan yg disukai iblis ini sebelum terjadi dlm banyak sabdanya. Di antaranya:
وَإِيَّاكُمْ وُمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Dan berhati-hatilah kalian dari perkara-perkara baru dlm agama dan tiap perkara baru adl bid’ah dan tiap kebid’ahan itu sesat.”
Tentang pelaku beliau telah memperingatkan dgn tegas dan keras sebagaimana ucapan beliau tentang Khawarij. dlm sebuah kesempatan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan: “Dari keturunan orang ini muncul suatu kaum yg mereka membaca Al-Qur`an namun tdk sampai tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama sebagaimana keluar anak panah dari sasarannya. Mereka membunuh orang2 Islam dan membiarkan para penyembah berhala. Jika saya menjumpai mereka akan saya perangi mereka sebagaimana Allah memerangi kaum ‘Ad.”
Dalam kesempatan yg lain beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Di mana saja kalian menjumpai mereka mk bunuhlah mereka krn membunuh mereka mendapatkan pahala bagi pembunuh pada hari kiamat.”
Juga sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Barangsiapa membunuh mereka mk dialah orang yg paling utama di sisi Allah.”
Dalam kesempatan yg lain beliau bersabda: “Berbahagialah orang yg membunuh mereka dan terbunuh oleh mereka.”
Dalam kesempatan yg lain beliau bersabda: “ sejelek-jelek orang yg terbunuh di bawah kolong langit.”
Tidak termasuk seorang yg benar iman jika dia menganggap banyak perkara syariat yg belum disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak termasuk berjalan di atas jalan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam jika kita bergandengan tangan dgn ahli bid’ah dan duduk bersama dlm satu majelis.
Para ulama salaf telah mengajarkan kita sikap bergaul yg baik dgn ahli bid’ah.
Sufyan Ats-Tsauri rahimahullahu berkata: “Barangsiapa mendengar ucapan ahli bid’ah mk dia telah keluar dari pemeliharaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dia dilimpahkan kepada kebid’ahan tersebut.”
Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullahu berkata: “Barangsiapa duduk bersama ahli bid’ah mk dia tdk akan diberikan hikmah.” Beliau juga berkata: “Jangan kalian duduk bersama ahli bid’ah krn aku takut laknat menimpamu.“ Beliau berkata pula: “Barangsiapa mencintai ahli bid’ah mk telah batal amalan dan telah keluar cahaya Islam dari dlm hatinya.” Beliau berkata juga: “Barangsiapa yg duduk bersama ahli bid’ah di sebuah jalan mk hendaklah kamu mengambil jalan yg lain.”
Beliau juga berkata: “Barangsiapa memuliakan ahli bid’ah berarti dia telah membantu utk menghancurkan Islam. Barangsiapa memberikan senyum kepada ahli bid’ah mk sungguh dia telah menyepelekan apa yg diturunkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Barangsiapa yg menikahkan anak bersama ahli bid’ah mk sungguh dia telah memutuskan hubungan kekeluargaan. Dan barangsiapa yg mengikuti jenazah ahli bid’ah mk dia terus berada dlm murka Allah Subhanahu wa Ta’ala sampai dia kembali.”
Bahkan beliau berkata: “Aku bisa saja makan bersama seorang Yahudi dan Nasrani namun aku tdk akan makan bersama ahli bid’ah. Aku senang bila ada benteng dari besi antara diriku dgn ahli bida’h.”
Adapun mereka yg terjatuh dlm kebid’ahan dlm keadaan tdk mengetahui itu adl sebuah kebid’ahan dlm agama kita berharap kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan hidayah kepada mereka dan memaafkan kesalahan mereka. Sikap kita kepada mereka adl sebagaimana sikap kita terhadap orang yg awam yg butuh diselamatkan dan diajak kepada jalan yg benar.
Terkadang seseorang tergiur dgn sebuah penampilan sunnah seperti pakaian sunnah jenggot sunnah ‘imamah sunnah dan sebagainya. Namun apalah arti jika engkau menampilkan sunnah sementara engkau tdk berjalan di atas jalan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Engkau tdk beraqidah di atas aqidah beliau engkau tdk beribadah sesuai dgn tuntunan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sebagainya. Butuh alat pembanding dan penilai itulah kebenaran. Oleh krn itu “kenalilah kebenaran engkau akan mengenal pemeluk kebenaran.” Wallahu a‘lam bish-­shawab.
Sumber: www.asysyariah.com
Comments
0 Comments