| Mera Naam Joker: keajaiban shalat hajat

Senin, 15 November 2010

keajaiban shalat hajat


"Barangsiapa yang memunyai kebutuhan (hajat) kepada Allah atau salah seorang manusia dari anak-cucu adam, maka wudhulah dengan sebaik-baik wudhu. Kemudian shalat dua rakaat (shalat hajat), lalu memuji kepada Allah, mengucapkan salawat kepada Nabi saw Setelah itu, mengucapkan “Laa illah illallohul haliimul kariimu, subhaana.... (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah) Diriwayatkan dari Abu Sirah an-Nakh’iy, dia berkata, “Seorang laki-laki menempuh perjalanan dari Yaman. Di tengah perjalan keledainya mati, lalu dia mengambil wudhu kemudian shalat dua rakaat (shalat hajat), setelah itu berdoa. Dia mengucapkan, “Ya Allah, sesungguhnya saya datang dari negeri yang sangat jauh guna berjuang di jalan-Mu dan mencari ridha-Mu. Saya bersaksi bahwasanya Engkau menghidupkan makhluk yang mati dan membangkitkan manusia dari kuburnya, janganlah Engkau jadikan saya berhutang budi terhadap seseorang pada hari ini. Pada hari ini saya memohon kepada Engkau supaya membangkitkan keledaiku yang telah mati ini.” Maka, keledai itu bangun seketika, lalu mengibaskan kedua telinganya.” (HR Baihaqi; ia mengatakan, sanad cerita ini shahih)
“Ada seorang yang buta matanya menemui Nabi saw, lalu ia mengatakan, “Sesungguhnya saya mendapatkan musibah pada mata saya, maka berdoalah kepada Allah (untuk) kesembuhanku.” Maka Nabi saw bersabda, “Pergilah, lalu berwudhu, kemudian shalatlah dua rakaat (shalat hajat). Setelah itu, berdoalah....” Dalam waktu yang singkat, laki-laki itu terlihat kembali seperti ia tidak pernah buta matanya.” Kemudian Rasulullah saw bersabda, “Jika kamu memiliki kebutuhan (hajat), maka lakukanlah seperti itu (shalat hajat).” (HR Tirmidzi)
Setiap manusia memiliki kebutuhan dan keinginan, bahkan bisa dikatakan keinginan tersebut selalu ada dan tidak terbatas. Dari mulai keinginan yang dibutuhkan menyangkut dirinya sampai kepada keinginan yang dibutuhkan menyangkut sebuah negara. Bagi yang beriman, segala kebutuhan, cita-cita, harapan, dan keinginan tersebut, tidak serta merta selalu ditempuh melalui jalan usaha secara praktis belaka. Akan tetapi, ia akan terlebih dahulu mengadukannya kepada Allah SWT, sebab Dia adalah Dzat Yang Mahakaya, yang memiliki langit, bumi, dan seluruh alam semesta, Dzat Yang tidak bakhil dalam memberi kepada yang memohon dan meminta kepada-Nya. Oleh karena itu, Rasulullah saw setiap kali menghadapi kesulitan beliau selalu mengadukannya kepada Allah SWT melalui shalat. Mengadu dan memohon kepada Tuhan yang tidak pernah sekali pun berada dalam lemah dan miskin. Kenapa? Karena shalat adalah jalan keluar bagi mereka yang memiliki kesulitan dan kebutuhan, juga sebagai media dimana seorang hamba mengadukan segala persoalan hidup yang dihadapinya.
Di dalam Al-Qur`an, Allah SWT berfirman, “Dan mintalah pertolongan kepada Tuhanmu dengan melaksanakan shalat dan dengan sikap sabar.” (QS Al-Baqarah [2]: 45)
Shalat hajat, ditetapkan atau disyariatkan yang secara khusus dikaitkan kepada ibadah bagi yang sedang memiliki kebutuhan atau permasalahan. Dan tentunya, ini lebih spesifik dibandingkan dengan shalat-shalat lain dan memiliki suatu keistimewaan sendiri dari Allah dan Rasulullah saw.
Selain itu, shalat hajat merupakan suatu cara paling tepat dalam mengadukan permasalahan yang sedang dihadapi oleh seorang muslim. Shalat hajat merupakan salah satu jenis shalat yang disyariatkan di dalam Islam. Dasar hukum shalat hajat terdapat di dalam hadits Rasulullah saw. Para sahabat, ulama salaf, dan para shalihin biasa melakukan shalat hajat, terutama ketika mereka memiliki suatu kebutuhan, baik dalam situasi mendesak maupun dalam situasi biasa.
Dari beberapa keterangan yang terdapat di kitab-kitab, baik ulama salaf maupun khalaf (kontemporer), shalat ini telah banyak membuktikan keampuhan atau terkabulnya seluruh permohonan dari kebutuhan yang mereka pinta kepada Allah, sebagaimana yang terdapat pada bukuini. Shalat hajat juga merupakan bagian dari keringanan dan rahmat dari Allah SWT bagi hamba-Nya.
Pada praktiknya shalat hajat ini sangat mudah dan bisa dilakukan pada siang hari atau malam, tidak seperti pada shalat-shalat lainnya secara umum. Misalnya, shalat dhuha hanya bisa dilakukan pada saat matahari terbit sampai datangnya waktu zuhur, atau shalat tahajud yang hanya bisa dilakukan pada malam hari. Sebagai pembuktian atas kebenaran sabda Rasulullah terhadap shalat hajat, tidak terhitung banyaknya orang yang telah mendapatkan keajaiban dan terkabulnya permintaan atau hajat mereka. Bahkan, ada yang mendapatkan keajaiban dengan diturunkan malaikat kepadanya untuk membantu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya, sebagaimana yang terdapat di dalam bab “Bukti Dan Kisah Nyata Orang-Orang Mendapatkan Keajaiban Shalat Hajat”
Untuk menambah kesempurnaan, buku ini juga dilengkapi tata cara shalat hajat dan doa-doa mustajab. Bacalah buku ini, amalkan, sebab semua orang memiliki kebutuhan. Setelah itu, kita akan merasakannya sendiri manfaatnya!

Kisah-kisah nyata dari Keajaiban Shalat Hajat

Banyak orang yang tidak mengetahui tentang syari'at shalat hajat dan keutamaan 
yang terkandung di dalamnya. Padahal, shalat ini disyariatkan  bagi setiap 
muslim, terutama ketika memiliki permasalahan atau kebutuhan. Padahal, kita 
selalu memiliki permasalahan dalam hidup kita, baik itu kecil, besar, mudah, 
maupun rumit. Dalam skala prioritasnya, terkadang orang lebih menggantungkan 
kepada usaha-usaha belaka, tanpa mengadukannya kepada Allah melalui shalat. 

Sementara itu, Allah telah memerintahkan kepada umat Islam untuk meminta tolong 
(dalam setiap keluhan dan permasalahan) kepada-Nya melalui shalat dan bersabar. 

Dalam buku "Keajaiban Shalat Hajat" yang ditulis oleh Ibnu Thahir, telah banyak 
para sholihin atau hamba Allah yang mendapatkan keajaiban shalat hajat ini, 
bahkan secara spontan. Sebagimana yang terdapat di bawah ini:


A. Menghidupkan Keledai yang Mati

Diriwayatkan dari Abu Sirah an-Nakh’iy, dia berkata, “Seorang laki-laki 
menempuh perjalanan dari Yaman. Di tengah perjalan keledainya mati, lalu dia 
mengambil wudhu kemudian shalat dua rakaat, setelah itu berdoa. Dia 
mengucapkan, “Ya Allah, sesungguhnya saya datang dari negeri yang sangat jauh 
guna berjuang di jalan-Mu dan mencari ridha-Mu. Saya bersaksi bahwasanya Engkau 
menghidupkan makhluk yang mati dan membangkitkan manusia dari kuburnya, 
janganlah Engkau jadikan saya berhutang budi terhadap seseorang pada hari ini. 
Pada hari ini saya memohon kepada Engkau supaya membangkitkan keledaiku yang 
telah mati ini.” Maka, keledai itu bangun seketika, lalu mengibaskan kedua 
telinganya.” (HR Baihaqi; ia mengatakan, sanad cerita ini shahih)

B. Tercapainya Seluruh Hajat

Di dalam kitab Hasyiyatu Ibnu ‘Aabidiin, disebutkan bahwa di dalam shalat 
hajat, pada rakaat pertama dibaca surah Al-Fatihah dan ayat Kursi tiga kali 
kemudian pada tiga rakaat sisanya dibaca surah Al-Fatihan dan Al-Ikhlash, 
Al-Falak, dan An-Nas satu kali. Maka itu sebanding dengan Lailatul Qadr . 
Guru-gurunya melaksanakan shalat ini, dan tercapai seluruh hajatnya.

C. Dikabulkan Permintaannya Oleh Khalifah Utsman bin Afan

Dalam kitab Mu’jamu ash-Shoghir wal Kabiir, Imam Thabrani menceritakan: Ada 
seorang laki-laki memiliki kebutuhan (hajat), kemudian ia memintanya kepada 
Amirulmukminin Utsman bin Afan, tetapi Utsam bin Afan tidak memberikan apa yang 
dimintanya. Kemudian ia bertemu seseorang, yaitu Utsman bin Hunaif. Lalu ia 
mengadukan permasalannya kepadanya. Akhirnya, Utsman bin Hunaif menyuruhnya 
untuk melaksanakan shalat hajat, sebagaimana yang telah diajarkan –tata 
caranya-- dalam hadits. Kemudian, ia pun mengerjakannya. Setelah itu, ia pun 
datang kembali menemui Utsam bin Afan. Tidak disangka, Utsam bin Afan 
memuliakannya dan mengabulkan permintaan laki-laki tersebut. Dengan kejadian 
itu, ia pun menemui Utman bin Hunaif (yang telah mengajarkannya shalat hajat) 
dan mengucapkan terima kasih kepadanya.

 
D. Ditolong Malaikat dari Perampok

        Di kuffah ada seorang kuli barang yang terkenal. Orang-orang selalu 
mempercayainya. Karena sifatnya yang jujur dan terpercaya,  sehingga para 
pedagang banyak menitipkan barang atau uang kepadanya. Ketika ia sedang dalam 
perjalanan, ia bertemu dengan seorang laki-laki. Laki-laki itu bertanya, 
“Engkau mau kemana?” Kuli itu menjawab, “Akau akan ke kota....” Laki-laki itu 
berkata, “Aku juga akan ke sana. Aku dapat berjalan kaki bersamamu, atau 
bagaimana jika aku menumpang keledaimu dengan bayaran satu dinar?” Kuli itu pun 
setuju. 
        Ketika sampai di persimpangan jalan, laki-laki itu bertanya, “Jalan 
manakah yang akan engkau lalui?”  “Jalan besar yang umum ini,” jawab kuli itu. 
Penumpang itu berkata, “Jalan yang satu ini lebih dekat dan lebih mudah bagi 
makanan binatang karena banyak rumput di sana.” Kuli itu menyahut, “Aku belum 
pernah melewati jalan ini.” “Aku sering melewatinya,” sahut penumpang itu. 
“Baiklah, jika begitu,” jawab kuli itu. Mereka pun melalui jalan itu. Beberapa 
lama kemudain, mereka tiba di sebuah hutan seram yang banyak terkapar mayat 
manusia. Tiba-tiba, penumpang tadi melompat dari keledai yang dinaikinya dan 
langsung mengeluarkan pedang dari balik punggungnya dengan niat membunuh kuli 
tadi. “Jangan!” teriak kuli itu “Ambillah keledai beserta semua barangnya, 
tetapi jangan bunuh aku.” Penumpang itu tidak memedulikan tawaran tersebut, 
bahkan ia bersumpah akan membunuhnya, kemudian mengambil semua barangnya. Kuli 
tersebut merasa cemas, namun si penumpang tidak memdulikannya sama sekali. 
Akhirnya, kuli itu pun berkata, “Baiklah, izinkan aku shalat dua rakaat untuk 
terakhir kalinya.” Sambil tertawa, penumpang tadi mengabulkan permintaan kuli 
itu dengan mengatakan, “Silakan, cepatlah shalat! Mereka yang mati ini pun 
telah meminta hal yang sama sebelum mati, tetapi shalat mereka ternyata tidak 
menolong mereka sedikit pun.” Kuli itu pun segera melaksanakan shalat. Akan 
tetapi, setelah membaca surah Al-Fatihah, ia tidak dapat mengingat satu surah 
pun –untuk dibacanya--. Sementara itu, orang zalim itu (penumpang) menunggu 
sambil terus berteriak, “Cepat, selesaikan shalatmu!” Tanpa sengaja, sambil 
menangis, terbaca oleh lidah si kuli itu ayat yang berbunyi:

“Atau siapakah yang memperkenankan (do'a) orang yang dalam kesulitan apabila ia 
berdo'a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan ....”  (QS An-Naml [27]: 
62)

        Setelah membaca ayat itu, tiba-tiba, muncullah seorang penunggang kuda 
bertopi gemerlapan dari besi. Ia datang dan menikam orang zalim tadi hingga 
mati. Di tempat orang zalim itu mati, keluarlah nyala api. 
        Kuli itu langsung bersujud syukur ke hadirat Allah SWT. Lalu, ia lari 
ke penunggang kuda tadi dan bertanya, “Siapakah engkau dan bagaimanakah engakau 
datang?” Ia menjawab, “Aku adalah hamba dari ayat yang engkau baca tadi. 
Sekarang, engkau aman dan dapat pergi ke mana pun sesukamu.” Setelah berkata 
demikian, orang itu pun menghilang. 

E.  Matanya disembuhkan kembali seperti sedia kala

Dari Utsman bin Hunaif bahwa ada seorang yang buta matanya menemui Nabi , lalu 
ia mengatakan, “Sesungguhnya saya mendapatkan musibah pada mata saya, maka 
berdoalah kepada Allah (untuk) kesembuhanku.” Maka Nabi ? bersabda, 

“Pergilah, lalu berwudhu, kemudian shalatlah dua rakaat. Setelah itu, berdoalah 
(dengan mengucapkan): ALLAHUMMA INNI AS`ALUKA, WA ATAWAJAHU ILAIKA BINABIYYI 
MUHAMMADIN NABIYIR ROHMATI, YAA MUHAMMAD INNI ASTASYFA’U BIKA ‘ALA ROBBI, FII 
RODDI BASHORI (Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu, dan aku menghadap 
kepada-Mu atas [perintah] Nabiku, Muhammad sebagai Nabi rahmat, wahai Muhammad, 
sesungguhnya saya meminta syafa’at kepada Tuhan-ku dengan dirimu agar Dia 
mengembalikan penglihatanku).”

Utsman bin Hunaif berkata, “Dalam waktu yang singkat, laki-laki itu terlihat 
kembali seperti ia tidak pernah buta matanya.” Kemudian Rasulullah saw 
bersabda, “Jika kamu memiliki kebutuhan, maka lakukanlah seperti itu (shalat 
Hajat).” (HR Tirmidzi)


Spesifikasi Buku: 
Judul    : Keajaiban Shalat Hajat
Penulis  : Ibnu Thahir
 
 
 
Comments
0 Comments