| Mera Naam Joker: ANAK BOCAH MEMOHON KEPADA ALLAH AGAR TIDAK MENJADIKANNYA ORANG YANG SOMBONG

Senin, 10 Desember 2012

ANAK BOCAH MEMOHON KEPADA ALLAH AGAR TIDAK MENJADIKANNYA ORANG YANG SOMBONG




Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Abu Hurairah dari Nabi bersabda, “Di kalangan Bani Israil terdapat seorang wanita yang menyusui putranya. Lalu seorang laki-laki berkendara dan berpenampilan menawan melewatinya. Wanita itu berkata, ‘Ya Allah,
jadikanlah anakku seperti orang ini.’ Anak yang disusuinya itu meninggalkan susunya dan memandang laki-laki si pengendara dan berkata, ‘Ya Allah, janganlah Engkau menjadikanku sepertinya.’ Kemudian dia meneruskan mengisap susunya.” Abu Hurairah berkata,”Seolah-olah aku melihat Nabi mengisap jarinya.”
Selanjutnya seorang hamba wanita melewatinya. Ibu berkata, “Ya Allah, jangan jadikan anakku sepertinya.” Anak itu meninggalkan susunya dan berkata, “Ya Allah, jadikan aku sepertinya.” Wanita itu bertanya, “Mengapa begitu?” Dia menjawab, “Pengendara itu adalah salah seorang yang sombong, sementara hamba sahaya wanita itu dituduh berzina dan mencuri, padahal dia tidak melakukannya.”
Nash hadis dalam riwayat Muslim, “Manakala seorang bayi sedang menyusu dari ibunya, seorang pengendara dengan penampilan menarik lewat dengan kendaraan yang mewah. Ibunya berkata, ‘Ya Allah, jadikanlah anakku seperti orang ini.’ Lalu anaknya meninggalkan puting susu ibunya, memandang laki-laki pengendara itu dan berkata, ‘Ya Allah, jangan jadikan aku sepertinya.’ Kemudian dia kembali kepada susunya dan meneruskan menyusu.” Abu Hurairah berkata, “Seolah-olah aku melihat Rasulullah sementara beliau menceritakan bagaimana anak itu menyusu dengan jari telunjuknya dimulutnya, maka beliau mengisapnya.” Nabi bersabda, “Lalu mereka melewati seorang hamba sahaya yang dipukuli oleh orang-orang. Mereka berkata kepadanya, ‘Kamu telah berzina dan mencuri.’ Sementara hamba sahaya itu menjawab, ‘Cukuplah Allah sebagai Penolongku dan Dia adalah sebaik-baik Pelindung.’ Ibu itu berkata, ‘Ya Allah, jangan jadikan anakku sepertinya.’ Lalu si anak meninggalkan susunya dan melihat kepada hamba sahaya itu dan berkata, ‘Ya Allah, jadikan aku seperti dia.”
Pada saat itulah terjadi perbincangan antara ibu dengan bayi yang disusuinya. Ibunya berkata, “Semoga lehermu sakit. Telah lewat seorang laki-laki dengan penampilan menarik dan aku berkata, ‘Ya Allah, jadikanlah anakku sepertinya,’ tapi kamu berkata, ‘Ya Allah, jangan jadikan diriku sepertinya.’ Lalu lewatlah seorang hamba sahaya wanita yang dipukuli dan mereka berkata kepadanya, ‘Kamu telah berzina dan mencuri.’ Lalu aku berkata, ‘Ya Allah, jangan jadikan anakku sepertinya.’ Dan kamu berkata, ‘Ya Allah, jadikan diriku seperti dia.” Anaknya menjawab, “Laki-laki itu adalah laki-laki yang sombong, maka aku berkata, ‘Ya Allah, jangan jadikan aku sepertinya’. Dan sesungguhnya wanita yang mereka tuduh berzina dan mencuri, sebenarnya dia tidak berzina dan mencuri. Maka aku berkata, ‘Ya Allah, jadikanlah aku sepertinya.”
Dalam hadis ini Rasulullah menyampaikan tentang tiga orang yang bisa berbicara semasa dalam buaian. Isa adalah yang pertama. Bayi Juraij adalah yang kedua, dan yang ketiga adalah bocah yang menyusu ibunya sambil duduk di persimpangan jalan. Dalam kondisi itu datanglah seorang pengendara dengan penampilan yang sangat bagus.Pakaian dan kendaraan yang ditungganginya menunjukkan bahwa dia adalah pemilik nikmat dan kekayaan. Dari penampilannya pula menunjukkan bahwa dia adalah seorang yang muda, kuat, lagi sehat. Wanita ini mengaguminya, dan dia memohon kepada Allah supaya menjadikan anaknya seperti laki-laki itu. Anaknya meninggalkan susu ibunya dan berkata, “Ya Allah, jangan jadikan aku sepertinya.”Setelah itu dia meneruskan menyusu pada ibunya.
Rasulullah menceritakan kepada kita bagaimana anak itu menyusu. Beliau meletakkan jarinya yang mulia di mulutnya dan menghisapnya. Ini menunjukkan bahwa menyusunya bocah itu adalah menyusu yang sebenarnya dan Rasulullah tidak bermaksud pada arti yang majazi(kiasan).
Tidak lama berselang, sekelompok orang melewati wanita itu. Mereka menyeret dan memukuli seorang hamba sahaya. Mereka berkata kepadanya, “Kamu telah berzina dan mencuri.” Dan si hamba sahaya menjawab,”Cukuplah Allah sebagai Penolongku dan Dia adalah sebaik-baik Pelindung.” Maka wanita itu berdoa agar anaknya tidak seperti hamba sahaya tersebut. Bayi itu langsung meninggalkan susunya dan berdoa supaya dijadikan seperti dia.
Pada saat itulah terjadi perbincangan antara ibu dengan anaknya. Ibu itu bertanya kepada bayinya mengapa dia berdoa yang menyelisihi doanya. Maka si bayi itu memberitahu bahwa laki-laki berpenampilan menarik itu adalah seorang kafir yang durhaka lagi sombong. Adapun
hamba sahaya, dia adalah seorang wanita shalihah yang mereka tuduh melakukan sesuatu yang tidak dilakukannya.
PELAJARAN-PELAJARAN DAN FAEDAH-FAEDAH HADIS
  1. Manusia terkadang meminta sesuatu yang justru merugikan dirinya dan berlari dari sesuatu yang baik baginya. Ibu ini memohon agar anaknya menjadi seperti laki-laki kafir lagi sombong, sementara dia tidak menyadari bahwa itu berarti mencelakakan anaknya. Wanita itu memohon agar anaknya tidak seperti wanita shalihah tersebut, padahal kebaikan menuntut seperti wanita itu dalam keshalihaan dan ketaqwaannya, walaupun dia dituduh telah melakukan sesuatu secara dusta dan palsu.
  2. Hendaknya para dai menggunakan sarana pembelajaran untuk menjelaskan, menerangkan dan memantapkan ilmu di dalam jiwa sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah ketika beliau meletakkan jarinya di mulutnya untuk menceritakan bagaimana anak itu menyusu dari ibunya. Hal ini banyak ditemukan di dalam hadis-hadis yang mulia. Rasulullah telah menjelaskan firman Allah, “Dan bahwa yang Kami perintahkan ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah ia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalannya.” (QS. Al-An’am: 153). Nabi membuat garis di atas pasir seraya bersabda, “Inilah jalan yang lurus.” Beliau juga meletakkan garis-garis di kanan kirinya dan berkata,”Inilah jalan-jalan yang di masing-masing jalan terdapat setan penyeru.”
  3. Allah menjadikan, di setiap zaman, ayat-ayat yang menunjukkan kebesaran-Nya dan dengannya Dia diketahui. Muncul nilai-nilai yang dicintai oleh Allah dan nilai-nilai yang dibenci oleh Allah; di antaranya adalah ucapan bayi ini, ketidakrelaannya terhadap keadaan laki-laki yang sombong tersebut, dan kerelaannya terhadap dirinya agar bisa seperti hamba sahaya wanita itu.
Comments
0 Comments