Pembuatan Batu Bata
Proses Pembuatan Batu BataBahan baku
-Tanah Liat
-Air
-Abu sisa dari pabrik gula
Alat –alat
-Cangkul
-Pencetak Batu Bata
-Mesin Penggiling batu bata
-Mesin Pembakar / Tungku Pembakaran
-Kayu Bakar / batu bara
1. Pertama – tama semua bahan – bahan seperti tanah , abu sisa gula di campur / di aduk menggunakan cangkul, dengan perbandingan 1 : 4 bagian tanah ,kemudian di lumatkan dengan air hingga menjadi adukan. Kemudian adukan tadi dipadatkan kedalam mesin penggiling.
2. kemudian bahan yang sudah jadi di cetak menggunakan cetakan yang sudah tersedia dengan ukuran 6 cm x 10 cm x 20 cm
3. Kemudian batu bata yang masih basah di susun memanjang dan melebar sesuai kapasitas tempat.
4. setelah disusun batu bata tersebut di jemur untuk di keringkan, proses pengeringan waktunya 1 hari bila keadaan cuaca panas, tapi jika keadaan cuaca hujan atau mendung bisa memakan waktu 5 hari atau lebih. Tujuan di keringkan supaya daya ikatan bahan tanah kuat dan tidak mudah patah.
5. setelah batu bata tadi benar-benar kering maka batu bata kering tersebut dibakar selama dua hari dua malam di sebuah ruangan ,atau di sebut Open batu bata yang ruang pembakarannya bisa menampung 100.000 bata. Bahan bakarnya berupa kayu bakar atau menggunakan batu bara. Proses pembakaran biasanya dilakukan sebulan sekali, menunggu terkumpulnya batu bata kering. Biasanya memerlukan 3 tenaga pekerja untuk mengawasi proses pembakaran.
6. Setelah dibakar kemudian di dinginkan, barulah batu bata siap dijual, biasanya banyak orderan dari pihak mebel dan pembeli perorangan, dengan harga 1 bata nya Rp.400 – Rp. 500 belum termasuk ongkos kirim.
Sumber: http://haxims.blogspot.com/2010/05/cara-pembuatan-batu-bata.html
Dinding bata merupakan dinding yang paling lazim digunakan
dalam pembangunan gedung baik perumahan sederhana sampai
pembangunan gedung-gedung yang ukurannya besar. Karena itu
pasangan batu bata memiliki seni tersendiri dalam sistem
pemasangannya dalam konstruksi dinding.
Pembuatan batu bata harus memenuhi peraturan umum untuk
bahan bangunan di Indonesia NI-3 dan peraturan batu merah sebagai
bahan bangunan NI-10. Batu merah dibuat dengan menggunakan
bahan-bahan dasar :
1) Lempung (tanah liat), yang mengandung silika sebesar 50 %
sampai dengan 70%.
2) Sekam padi, fungsinya untuk pencetakan batu merah, sebagai
alas agar batu merah tidak melekat pada tanah, dan permukaan
batu merah akan cukup kasar. Sekam padi juga dicampur pada
batu merah yang masih mentah. waktu pembakaran batu merah
akan terbakar dan pada bekas sekam padi yang terbakar akan
timbul pori-pori pada batu merah
3) Kotoran binatang, dipergunakan untuk melunakkan tanah,
digunakan kotoran kerbau, kuda dan Iain-lain. Fungsi kotoran
binatang dalam campuran batu merah ialah membantu dalam
proses pembakaran dengan memberikan panasnya yang lebih
tinggi di dalam batu merah.
4) Air, digunakan untuk melunakkan dan merendam tanah.
Lempung yang sudah dicampur dengan sekam padi dan kotoran
binatang kemudian direndam dengan air ini beberapa waktu
lamanya.
Campuran itu direndam selama satu hari satu malam dengan
kondisi yang sudah bersih dari batu-batu kerikil atau bahan lain yang
dapat menjadikan kualitasnya jelek. Kemudian dicetak dengan
menggunakan cetakan dari kayu, bisa juga digunakan cetakan dari
baja. Untuk mempermudah lepasnya batu merah yang dicetak, maka
bingkai cetakan dibuat lebih besar sedikit ke bawah dan dibasahi
dengan air.
Batu merah yang belum dibakar juga disebut batu hijau. Sesudah
keras bata dapat dibalik pada sisi yang lain. Lalu ditumpuk datam
susunan setinggi 10 atau 15 batu. Susunan ini terlindung dari sinar
matahari dan hujan. Pengeringan ini membutuhkan waktu selama 2 hari s/d 7 hari.
Pembakaran batu hijau ini dilakukan setelah batu itu kering dan
disusun sedemikian rupa, sehingga berupa suatu gunungan dengan
diberi celah-celah lobang untuk memasukkan bahan bakar.
Hasil batu merah yang baik bakarannya, tergantung dari
banyaknya batu merah yang dibakar. Kalau yang dibakar sedikit saja,
persentase hasil pembakaran lebih banyak. Pada umumnya kerusakan
batu merah dalam proses pembakaran sekitar 20% sampai 30%. Bahan
bakarnya menggunakan kayu atau sekam padi. Setelah selesai proses
pembuatan, batu merah selalu harus disimpan dalam keadaan cukup
kering. Bila tidak ada gudang, maka dilindungi dengan plastik terhadap air hujan.
Sebelum munculnya tungku-tungku modern, bata paling sering
dibakar dengan cara menumpuknya dalam jajaran longgar yang disebut
sebagai tungku bata-lapangan dengan tanah atau lempung, menyalakan
api di bawah jajaran tersebut, dan mempertahankan api itu selama
beberapa hari. Setelah mendingin, tungku bata-lapangan itu dibongkar
dan batanya dipilah sesuai dengan derajat pembakaran yang telah dialaminya.
Batu bata yang berdekatan dengan api (bata klingker) sering
mengalami kelebihanbakar dan terdistorsi, yang membuatnya menjadi
tidak menarik, dan oleh sebab itu tidak sesuai digunakan pada pekerjaanbata
ekspos. Bata-bata dalam zona tungku bata-Iapangan di dekat api
akan terbakar sempuma tetapi tidak terdistorsi, ini sesuai untuk bata
lapis-muka di bagian luar dengan derajat daya-tahan terhadap cuaca
yang tinggi.
Bata yang paling jauh dari api akan menjadi lebih lunak dan akan
dipinggirkan untuk digunakan sebagai bata belakang, sementara
sejumlah bata dari sekitar keliling tungku bata-Iapangannya tidak cukup
terbakar dan hasilnya tidak baik, bahkan tidak dapat digunakan untuk
keperluan apapun, bata yang seperti ini akan dibuang. Sebelum
pengangkutan mekanik ditemukan, bata untuk suatu bangunan biasanya
diproduksi dari tanah yang diperoleh dari tapak bangunan atau tidak jauh
di sekitar lokasi yang akan didirikan bangunan.
Ciri-ciri batu merah yang baik ialah :
1) Permukaannya kasar
2) Warnanya merah seragam (merata)
3) Jika dipukul Bunyinya nyaring
4) Tidak mudah hancur atau patah.
Ukuran-ukuran batu merah bermacam macam tergantung kegunaan
dan pesanan, namun umumnya di Indonesia ukuran standar seperti berikut :
1) panjang 240 mm, lebar 115 mm, tebal 52 mm atauPenyimpangan terbesar, dari ukuran-ukuran seperti tersebut di atas
2) panjang 230 mm, lebar 110 mm, tebal 50 mm
ialah: untuk panjang maksimal 3 %, lebar maksimal 4 % dan tebal maksimal
5 %. Tetapi antara bata-bata dengan ukuran-ukuran terbesar dan bata-bata
dengan ukuran-ukuran ter-kecil, selisih maksimal yang diperbolehkan ialah:
untuk panjang 10 mm, untuk lebar 5 mm dan untuk tebal 4 mm.
Batu merah dapat dibagi atas tiga tingkat seperti berikut:
1) Batu merah mutu tingkat I dengan kuat tekan rata-rata lebih
besar dari 100 kg/cm2 dengan ukuran yang sama tanpa
penyimpangan.
2) Batu merah mutu tingkat II dengan kuat tekan rata-rata antara
80 kg/cm2 dan 100 kg/cm2 dan ukurannya menyimpang 10%.
3) Batu merah mutu tingkat III dengan kuat tekan rata-rata antara
60 kg/cm2 dan 80 kg/cm2 dan ukurannya menyimpang 20%.