| Mera Naam Joker: Kehidupan Mujahid

Kamis, 27 Oktober 2011

Kehidupan Mujahid


Setiap mujahid sejati harus tahan menghadapi segala penderitaan dan risiko perjuangan,sebab perjuangan menuntut pengorbanan.Tahukah anda apa yang pertama kali harus dikorbankan seorang mujahid ? perasaannya ! ya ! yang paling pertama ia akan rasakan adalah ;korban perasaan’’, jika dengan itu ia tabah, ia akan berhadapan dengan hal lain yang menuntut ‘’pengorbanan tenaga’’ meningkat pada pengorbanan harta’’, hingga akhirnya ‘’pengarbanan jiwa’’sekalipun!
Dalam firmannya Alloh mengatakan:

”Kalian sungguh sungguh akan diuji terhadap harta dan dirimu. Dan juga kalian sungguh sungguh akan mendengar ejekan yang menyakitkan hati dari orang orang ahli kitab sebelum kalian dan dari orang orang musrik. Jika kalian bersabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut di utamakan.”[Q.S.3:186]

Jika untuk “berkorban perasaan saja sudah tak mampu “tak tahan di hina misalnya, cepat kehilangan kendali bila diejek dan di caci maki, akan sulit baginya untuk melangkah lebih jauh. Ingat anda pada lawan, dan tindakan pertama mereka adalah menghancurkan daya tahan mental anda !
Itu baru ujian mental ringan3, belum lagi tekanan fisik, di aniaya lawan, di kejar, ditawan, dibunuh, itu merupakan agenda kehidupan yang akrab dengan para mujahid. Hidupnya diujung senjata musuh!
Berhari-hari ia kekurangan makanan, bahkan tidak makan minum sama sekali, tidurpun tak bisa, sebab diri senantiasa dikejar kejar pasukan musuh, di intai dinas rahasia lawan, dikeroyok rakyat musuh [seperti rosululloh dianiaya penduduk tho’if].
Seorang mujahid harus menyiapkan mental ekstra sampai kondisi seburuk itu,begitu juga dengan kewaspadaannya, dengan anak anak berumur 8 tahun pun ia harus berhati hati, kalau kalau bocah itu dimanfaatkan musuh sebagai kaki tangannya.
Hidup para mujahid senantiasa di bayangi ketakutan, senantiasa merasa terancam dan akan terus begitu sampai perjuangan mencapai kemenangan (S.24:55).Namun bagi mujahid sejati, rasa takut tidak membuat mereka lari, hanya membuat mereka semakin berhati hati, ditatapnya semua itu dengan tabah hati, sebab di atas kesabarannya, Alloh janjikan berita gembira, berupa berkah yang sempurna, rahmat serta tambahan petunjuk, obor bagi perjuangan berikutnya.
Dalam firmannya Alloh mengatakan:

“Dan sungguh kami akan memberikan sedikit cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, terancam jiwa dan kekurangan buah buahan, dan berikan kabar gembira bagi mereka yang sabar. Yaitu orang orang yang apabila di timpa musibah mereka berkata “inaa lilahi wa innaa ilaihi rooji’un”kami ini milik Alloh dan sesungguhnya kami kepadanya akan kembali. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna, rahmat dari pemelihara mereka (Robihim), dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”[Q.S 2:155-157]

“Dan ingatlah ketika kalian berjumlah sedikit lagi tertindas di muka bumi, kalian takut orang-orang kafir menculik kamu, maka Alloh memberi kamu tempat menetap dan dijadikan Nya kalian kuat dengan pertolongan Nya dan memberikan Nya kalian rizki yang baik-baik, agar kalian bersyukur” [QS.8:26, bandingkan dengan QS.24:55]

Waktu untuk keluarga? Jangan harap bisa hidup normal seperti orang-orang non mujahid, seringkali mereka pulang malam, adakalanya sampai pagi baru datang, terkadang sampai berhari-hari tidak pulang, berbulan atau bertahun-tahun tidak bertemu keluarga.
Bukan tidak bertanggung jawab atau “tak lagi punya hati”, ditelannya semua kerinduan itu demi kepentingan perjuangan dan tugas juangnya, demi keselamatan pribadi, Shohabat seperjuangan atau bahkan seluruh perjuangannya.
Pulang ke rumah istri tak punya uang, tidak juga ia membawa oleh-oleh makanan, Orang lain jauh dari keluarga pulang membawa harta, ia hanya membawa harapan dan masa depan perjuangan, kemelaratan yang panjang harus siap di tanggung para mujahid,kegembiraannya bukan lagi pada pemenuhan kebutuhan hidup biologis lagi, tapi pada tercapainya cita-cita perjuangan !
Itulah kehidupan para mujahid …...bila menang, semua rakyat satu negara ikut merasakannya bila kalah, ia sendirilah yang menanggung resiko,beginilah tragisnya kehidupan mujahid, bila menang semua orang senang kepadanya [termasuk semua orang yang dahulu ciut nyali kalau berpapasan dengannya karena takut terlibat],tapi kalau kalah dia sendiri dituduh penghianat bangsa [termasuk oleh bekas kawan sendiri yang kini ‘cuci tangan’ dari perjuangan]
Setiap mujahid mesti selalu waspada, sebab musibah tidak bisa di tentukan kapan datangnya , kalau dia yang hati-hati , mungkin saudara seperjuangannya yang terjebak siasat lawan.Singkatnya seorang mujahid adalah target incaran peluru lawan, sasaran pengisi kamp tawanan musuh. Tiada tempat beristirahat kecuali dalam sholat atau di keheningan kuburnya kelak .
Maka dari itu, setiap orang yang melangkah ke gelanggang perjuangan , mesti mempersiapkan diri untuk hal ini sejak jauh-jauh hari sebelumnya4. bila sang mujahid telah beristri , didiklah istri itu untuk bisa berdiri di atas kaki sendiri, untuk bisa mencari nafkah sendiri, berdagang misalnya, menjahit, bertani dsb dalam batas-batas yang di halalkan Alloh SWT tentunya.
Sehingga si istri tidak harus selalu menunggu suami pulang . Baru masak bila suami pulang membawa uang . baru beli baju anak , setelah suami datang….Ini terlalu gawat bagi kehidupan rumah tangga mujahid !
Sekali lagi, sang suami mesti melatih istri untuk bisa membangun usaha yang mandiri , tidak selalu menggantungkan diri pada pihak lain, juga kalau bisa usahakan jenis usaha itu bisa berguna di setiap tempat , sebab boleh jadi sebentar dia berhasil disatu tempat, langganan mulai banyak , segera ia harus pindah ke tempat lain guna melanjutkan atau menyelamatkan perjuangan .
Begitu juga dengan pemberangkatan yang tiba-tiba , entah siang ataupun malam sedang enak enak berkumpul dengan keluarga , atau tengah tidur lelap di tengah malam , datan tugas , dan ia harus cepat tinggalkan rumah menuju tugas juang.
Atau mungkin di larut malam , saudara seperjuangannya datang , sang isteri harus sigap menyediakan makanan untuk saudaranya yang halal untuk saudaranya yang baru datang . Mungkin tamu-tamu itu menginap , mungkin juga mengajak suaminya untuk pergi malam itu juga untuk suatu tugas penting.
Begitulah keadaan rumah tangga mujahid , jangan di bayangkan akan santai , senantiasa romantis tanpa pernah akan terusik orang datang . Meski demikian rumah tangga mujahid akan tetap kukuh bila masing-masing pihak menyadari surat .
At Taubah ayat 24,yang artinya :
Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. [9.24]
Karena itu pengajian dan berbagai bentuk pengokohan mental mesti secara menerus dikonsumsi keluarga mujahid.
Jelas tamu yang datang, umumnya haus dan lapar , segeralah beri minum walau hanya air mentah , segeralah siapkan makan walaupun sekedar jagung, ubi bakar , atau hanya nasi kerak sekalipun. Jangan sampai tuan rumah menjadi repot sampai harus berhutang ke sana sini . Beginilah kehidupan mujahid, hemat dan selalu siap dengan apa adanya , tak malu –malu menyuguhkan makanan yang ada. Mujahid yang datangpun tak akan segan-segan menyantap makanan yang ada, semuanya di jalani dengan lapang dada, memahami keadaan bahwa perjuangan menuntut kesediaan hidup dalam kondisi paling darurat sekalipun .
Mujahid yang datang bertamu tak perlu malu-malu meminta makanan halal yang ada pada saudaranya, sebab ia tidak tahu kapan lagi akan mendapatkan makanan . Inilah kehidupan mujahid , makan pucuk kayu, umbi-umbian di hutan rimba tidak menjadi keluhan bagi mereka , Begitupun bagi mereka yang tinggal di kota-kota, harus mampu bertahan kalaupun hanya makan sedikit jagung rebus dan air mentah. Mental kearah ini harus di siapkan , sebab bukan mustahil suatu saat akan dialaminya…….
Bisa anda bayangkan bagaimana kualitas mental mujahidin di bosnia saat itu [27 Agustus 1993], kantong pertahanannya di kepung lawan , suplai makanan terhenti, air bersihpun macet , mereka tetap melawan dan melawan ….bertahan di bawah hujan peluru dan dentuman meriam….ini bukan sehari dua hari, tapi telah berjalan berbulan-bulan5….
Menjadi mujahid memang harus siap menderita, namun percayalah, semua kesulitan itu tidak akan luput dari penilaian illahi.

“Dan diantara manusia, ada yang mengorbankan dirinya untuk mencari ke ridhoan Alloh dan Alloh maha penyantun kepada hamba-hambanya Wahai orang-orang yang beriman , masuklah kedalam Islam secara kaffah….”[S.2:207-208 ]

Tidak akan ada Islam kaffah, kalau tidak ada orang-orang yang siap mengorbankan dirinya di jalan Alloh.!!! Itulah motto perjuangan Islam.
Setiap perjuangan yang murni akan memakan waktu yang panjang , mujahid sejati mesti menyadari hal ini.Mereka bukan hanya di uji oleh penderitaan, tapi juga oleh waktu6 !
Banyak ‘mujahid’ yang tahan dengan pukulan derita semasa , tapi tak sabar manakala kemenangan di anggapnya tak kunjung datang, problema perjuangan tak kunjung selesai.Mereka patah di tengah jalan, kemudian mereka berkata pada genarasi muda “kami pernah lalui itu pada masa yang panjang , tapi tak menghasilkan apa-apa, carilah jalan lain……”na’udzubillahi min min dzalik.Mereka tidak mensyukuri waktunya yang telah habis dalam perjuangan fii sabilillah, mereka minder karena tidak berhasil. Yah…karena yang diincarnya Cuma keberhasilan duniawi !

“…..Janganlah kalian seperti ahli kitab sebelumnya , tatkala berlalu masa yang panjang , hati mereka menjadi keras . kebanyakan diantara mereka adalah orang-orang yang fasiq “(QS.57:16)

3. Bila kesiapan berkorban perasaan tidak ada , maka biasanya kalaupun pernah berkorban tenaga atau harta, Ia akan segera surut kalau mendapat celaan, baru akan bangkit lagi kalu ada yang memuji. Disini keikhlasan tergadaikan, na’udzubillah min dzalik ! lebih parah lagi bagi orang yang bisa berkorban harta karena kaya, berkorban tenaga karena perkasa, siap bersabung nyawa karena memang pemberani, namau jika tidak siap “berkorban perasaan”, satu kali harga dirinya tersinggung. Diabaikan atau hatinya tak terpuaskan, maka segeralah ia marah-marah dan mengungkit-ngungkit jasa-jasa besarnya….., sudah pahala amalnya hilang, beberapa dosapun bertambah memperburuk nilai dirinya, dosa takabbur, riya dan sum’ah…..astagfirullah.
4. Jangan sampai sebelum tertangkap, berkoar-koar mengumbar semangat, puluhan tahun habis-habisan bergerilya sampai tak pernah menemukan kesenangan, namun sekali masuk kamp tawanan, tak beberapa lama, segera saja membuat pernyataan menyesal mengaku salah di depan publik….. memalukan …..Sebab menyesal berarti mengakui bahwa dulu dia telah salah perhitungan dalam menentukan pilihan,…..subhanalloh……
Salahkah menentukan sikap perjuangan Islam !!!.
Padahal kalau memang mau merusak seperti itu, sudah saja dari dulu jangan berjuang. Andai hari-hari pahit perjuangan itu dari dulu-dulu di pakai wiraswasta. Mungkin hari ini sudah kaya. Ini bagaimana….sudah puluhan tahun menderita, sekalinya tertangkap, malah menyesal dan mengaku bersalah. Oleh musuh jadi cemoohan, kawan sering menghinakan, apalagi Alloh azza wa jAlloh ???
“Janganlah kamu lemah dan minta damai [menyerah kepada musuh] padahal kamu di atas dan Alloh pun beserta kamu; dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi amal-amal kamu”(QS.47:35)
5. Kini jumlah kekuatan mujahidin di kita mulai bermunculan dalam bentuknya yang beragam, ada “mujahid” yang belum tahan lapar, terbukti jarang shoum tathowwu [senin kamis, dawud atau lainnya]. Ada “mujahid” yang belum tahan jaga malam, terbukti paling susah di ajak sholat tahajud. Namun kita tak berkecil hati, sebab semua masih merangkak memproses diri. Semoga semakin hari mereka semakin baik adanya. Aamin ya Mulki dzul jalaali wal Ikrom…..
6. Apa yang membuat para mujahid sejati tetap bertahan di bawah bawah bayang-bayang penderitaan yang menyeramkan itu ? karena Rosullullah, manusia tercinta yang sangat di percayainya, ada menjanjikan: “Ketahuilah sesunggunya surga itu ada di bawah bayang-bayang senjata.
Comments
0 Comments