Proyek masjid besar dan pusat studi Islam yang ambisius di Kerala, India Selatan, menjadi kontroversi. Si pengusaha menyebut masjid dalam proyek ini didirikan untuk melindung rambut milik Nabi Muhammad SAW. Tapi, para penentang proyek ini menyebut pembangunan mega-proyek tak bedanya dengan kepentingan bisnis real estate semata.
Seperti dilansir The Sunday Indian, sejak ramai diberitakan media di India sejak Juni 2011, proyek ini menjadi perhatian khusus. Ini merupakan proyek kota mandiri yang di dalamnya berisi sebuah masjid besar, bahkan masjid itu akan lebih besar dari Masjid Agung Jama Masjid di Delhi.
Adalah Kanthapuram Aboobacker Musliyar, pengusaha yang menarik perhatian ulama-ulama dan tokoh Islam India. Musliyar merupakan Presiden Samastha Jamiatul Ulama Kerala (AP faksi) dan Sekretaris Jenderal Organisasi Ulama Sunni India.
Musliyar menyebut kawasan ini akan menjadi pusat pembelajaran Islam. Masjid dan kawasan ini akan dibangun dengan nama proyek "Kota Pusat Pengetahuan Studi Islam".
Kota mandiri ini akan memiliki fasilitas supercanggih. Dari kemampuan teknologi informasi, rumah sakit khusus super, perguruan tinggi, sekolah, pusat perbelanjaan, perumahan, dan berbagai institusi lainnya. Berapa luas seluruh area ini? Menurut sang arsitek, Riyaz Ahmed, untuk masjidnya saja, rencananya akan berdiri di atas tanah seluas lebih dari 23 ribu meter persegi.
"Masjid itu akan memiliki atap terbuka," kata Riyaz. Menurut Riyaz, untuk pembangunan masjid diprediksi menelan biaya 400 juta rupee atau sekitar Rp76,73 miliar. Sedangkan, proyek seluruh kota akan menghabiskan dana 12 miliar rupee atau sekitar Rp2,3 triliun.
Masjid itu akan memiliki auditorium dan perpustakaan besar. Semua orang akan dengan mudahnya mendapatkan informasi tentang studi Islam. "Akan ada sebuah taman yang indah. Dan seluruh bangunan di kompleks ini akan mengikuti konsep green building," kata Riyaz.
Awal Kontroversi
Awal kontroversi adalah klaim si pengusaha, Musliyar. Musliyar mengklaim memiliki helai rambut Nabi Besar Muhammad SAW. Musliyar menggunakan helai rambut itu sebagai alasan pembangunan mega-proyek yang sedang digarapnya. Mega-proyek pusat studi Islam itu dibangun dengan alasan untuk melindungi keberadaan helai rambut Nabi Muhammad SAW.
Musliyar mengaku mendapatkan helai rambut itu dari Dr Ahmed Qasraji, putra mantan Menteri Wakf Muhammad Qasraji. Musliyar mengatakan, untaian-untaian rambut suci atau The Holy Hair itu akan menjadi daya tarik utama kawasan ini. Seperti daya tarik Masjid Hazratbal yang terkenal di Jammu dan Kashmir. Tapi, klaim Musliyar yang memiliki rambut suci itu ditentang banyak pihak.
Beberapa saat setelah pengumuman proyek besar ini, beberapa organisasi Islam menyatakan keberatan. Wakil Ketua Darul Huda Universitas Islam, Chemmad, Malappuram, Dr Bahauddin Muhammad Nadwi, tegas menyatakan klaim Musliyar adalah palsu. Nadwi menyebut bahwa untaian rambut itu bukan milik Nabi Muhammad.
Nadwi pun menunjukkan surat milik Sheikh Hassan Muhammad Qasraji, saudara Dr Ahmed Qasraji. Nadwi berbalas surat elektronik dengan Sheikh Hassan Muhammad Qasraji. Dalam suratnya, Sheikh menyebut rambut itu bukanlah milik leluhur keluarga dan ayah mereka tidak pernah menyebut-nyebut tentang rambut.
Hal ini yang membuat kontroversi bahwa proyek ini merupakan bisnis properti real estate semata. Dan pihak perusahaan terus menggemborkan kampanye Nama Nabi dan sentimen keagamaan demi keuntungan materi. Hampir semua organisasi Islam di India menentang pembangunan itu.
Ada dua alasan penentangan itu: pertama, keyakinan Islam tidak adanya peninggalan rambut Nabi dan proyek ini merupakan penyalahgunaan komersial agama. Dua kelompok Salafi di India terus melakukan kampanye penolakan proyek ini. Mereka menyebut bahwa melestarikan rambut Nabi tidak disebut dalam dasar agama.
Kepala Jamaat e Islami, T Arif Ali juga menentang pembangunan masjid dengan dalih untuk menjaga rambut Nabi. Sheikh Muhammad Karakkunnu, salah satu pemimpin Jamaat-e-Islami mengatakan bahwa mereka punya tiga alasan menentang proyek ini. "Pertama, tidak ada bukti sejarah berkata bahwa itu rambut suci Nabi. Kedua, tidak ada masjid, monumen atau bahkan kenangan materialistik Nabi di dunia. Dan akhirnya, kita menentang penggunaan agama dan kepercayaan untuk tujuan komersial. Proyek yang diusulkan hanyalah bisnis," kata Karakkunnu.
Penolakan juga disampaikan Sekretaris Federasi Mahasiswa Samastha Kerala, Sunni Onamballi Muhammad Faizi, dan Sekretaris Sunni Yuvajana Sangham, Abdul Hamid Faizi Ambalakkadavu, mereka menyebut klaim Musliyar yang memiliki sebuah relik suci adalah "palsu". "Rambut suci adalah salah satu bisnis mereka," kata pemimpin pemuda Kerala Nadvatul Mujahidin, Rahman Mujeeb Kinaloor.
Tapi Kanthapuram atau Musliyar menolak semua tuduhan ini. Dia mengatakan bahwa selama 33 tahun terakhir lembaganya telah melayani masyarakat dan lebih Rp10 miliar telah dikeluarkan dari koceknya untuk pendidikan. Dari mulai pendidikan narapidana sampai biaya lainnya. Jadi, kata Musliyar, tidak ada kepentingan bisnis dalam proyek ini. "Kami tidak berencana untuk membangun sebuah masjid untuk memuja rambut suci, tetapi untuk menjaga peninggalan suci dengan aman," kata Musliyar.
Sumber
Seperti dilansir The Sunday Indian, sejak ramai diberitakan media di India sejak Juni 2011, proyek ini menjadi perhatian khusus. Ini merupakan proyek kota mandiri yang di dalamnya berisi sebuah masjid besar, bahkan masjid itu akan lebih besar dari Masjid Agung Jama Masjid di Delhi.
Adalah Kanthapuram Aboobacker Musliyar, pengusaha yang menarik perhatian ulama-ulama dan tokoh Islam India. Musliyar merupakan Presiden Samastha Jamiatul Ulama Kerala (AP faksi) dan Sekretaris Jenderal Organisasi Ulama Sunni India.
Musliyar menyebut kawasan ini akan menjadi pusat pembelajaran Islam. Masjid dan kawasan ini akan dibangun dengan nama proyek "Kota Pusat Pengetahuan Studi Islam".
Kota mandiri ini akan memiliki fasilitas supercanggih. Dari kemampuan teknologi informasi, rumah sakit khusus super, perguruan tinggi, sekolah, pusat perbelanjaan, perumahan, dan berbagai institusi lainnya. Berapa luas seluruh area ini? Menurut sang arsitek, Riyaz Ahmed, untuk masjidnya saja, rencananya akan berdiri di atas tanah seluas lebih dari 23 ribu meter persegi.
"Masjid itu akan memiliki atap terbuka," kata Riyaz. Menurut Riyaz, untuk pembangunan masjid diprediksi menelan biaya 400 juta rupee atau sekitar Rp76,73 miliar. Sedangkan, proyek seluruh kota akan menghabiskan dana 12 miliar rupee atau sekitar Rp2,3 triliun.
Masjid itu akan memiliki auditorium dan perpustakaan besar. Semua orang akan dengan mudahnya mendapatkan informasi tentang studi Islam. "Akan ada sebuah taman yang indah. Dan seluruh bangunan di kompleks ini akan mengikuti konsep green building," kata Riyaz.
Awal Kontroversi
Awal kontroversi adalah klaim si pengusaha, Musliyar. Musliyar mengklaim memiliki helai rambut Nabi Besar Muhammad SAW. Musliyar menggunakan helai rambut itu sebagai alasan pembangunan mega-proyek yang sedang digarapnya. Mega-proyek pusat studi Islam itu dibangun dengan alasan untuk melindungi keberadaan helai rambut Nabi Muhammad SAW.
Musliyar mengaku mendapatkan helai rambut itu dari Dr Ahmed Qasraji, putra mantan Menteri Wakf Muhammad Qasraji. Musliyar mengatakan, untaian-untaian rambut suci atau The Holy Hair itu akan menjadi daya tarik utama kawasan ini. Seperti daya tarik Masjid Hazratbal yang terkenal di Jammu dan Kashmir. Tapi, klaim Musliyar yang memiliki rambut suci itu ditentang banyak pihak.
Beberapa saat setelah pengumuman proyek besar ini, beberapa organisasi Islam menyatakan keberatan. Wakil Ketua Darul Huda Universitas Islam, Chemmad, Malappuram, Dr Bahauddin Muhammad Nadwi, tegas menyatakan klaim Musliyar adalah palsu. Nadwi menyebut bahwa untaian rambut itu bukan milik Nabi Muhammad.
Nadwi pun menunjukkan surat milik Sheikh Hassan Muhammad Qasraji, saudara Dr Ahmed Qasraji. Nadwi berbalas surat elektronik dengan Sheikh Hassan Muhammad Qasraji. Dalam suratnya, Sheikh menyebut rambut itu bukanlah milik leluhur keluarga dan ayah mereka tidak pernah menyebut-nyebut tentang rambut.
Hal ini yang membuat kontroversi bahwa proyek ini merupakan bisnis properti real estate semata. Dan pihak perusahaan terus menggemborkan kampanye Nama Nabi dan sentimen keagamaan demi keuntungan materi. Hampir semua organisasi Islam di India menentang pembangunan itu.
Ada dua alasan penentangan itu: pertama, keyakinan Islam tidak adanya peninggalan rambut Nabi dan proyek ini merupakan penyalahgunaan komersial agama. Dua kelompok Salafi di India terus melakukan kampanye penolakan proyek ini. Mereka menyebut bahwa melestarikan rambut Nabi tidak disebut dalam dasar agama.
Kepala Jamaat e Islami, T Arif Ali juga menentang pembangunan masjid dengan dalih untuk menjaga rambut Nabi. Sheikh Muhammad Karakkunnu, salah satu pemimpin Jamaat-e-Islami mengatakan bahwa mereka punya tiga alasan menentang proyek ini. "Pertama, tidak ada bukti sejarah berkata bahwa itu rambut suci Nabi. Kedua, tidak ada masjid, monumen atau bahkan kenangan materialistik Nabi di dunia. Dan akhirnya, kita menentang penggunaan agama dan kepercayaan untuk tujuan komersial. Proyek yang diusulkan hanyalah bisnis," kata Karakkunnu.
Penolakan juga disampaikan Sekretaris Federasi Mahasiswa Samastha Kerala, Sunni Onamballi Muhammad Faizi, dan Sekretaris Sunni Yuvajana Sangham, Abdul Hamid Faizi Ambalakkadavu, mereka menyebut klaim Musliyar yang memiliki sebuah relik suci adalah "palsu". "Rambut suci adalah salah satu bisnis mereka," kata pemimpin pemuda Kerala Nadvatul Mujahidin, Rahman Mujeeb Kinaloor.
Tapi Kanthapuram atau Musliyar menolak semua tuduhan ini. Dia mengatakan bahwa selama 33 tahun terakhir lembaganya telah melayani masyarakat dan lebih Rp10 miliar telah dikeluarkan dari koceknya untuk pendidikan. Dari mulai pendidikan narapidana sampai biaya lainnya. Jadi, kata Musliyar, tidak ada kepentingan bisnis dalam proyek ini. "Kami tidak berencana untuk membangun sebuah masjid untuk memuja rambut suci, tetapi untuk menjaga peninggalan suci dengan aman," kata Musliyar.
Sumber