| Mera Naam Joker: Sejarah Bengkalis

Rabu, 19 Oktober 2011

Sejarah Bengkalis

  Asal Mula Nama Bengkalis

Asal mula nama Bengkalis diambil dari Kata ” Mengkal” yang berarti sedih atau sebak dan ” Kalis” yang bearti tabah, sabar dan tahan ujian kata ini di ambil dari ungkapan raja kecil kepada pembantu dan pengikutnya sewaktu baginda sampai di pulau Bengkalis ketika ingin merebut tahta kerajaan Johor. dengan ungkapan ” Mengkal rasanya hati ini karena tidak diakui sebagai Sultan yang memerintah negeri, namun tidak mengapalah, kita masih kalis dalam menerima keadaan ini ” sehingga menjadi buah bicara penduduk bahwa baginda sedang Mengkal tapi masih Kalis akhirnya ungkapan itu menjadi perkataan ” oh baginda sedang Mengkalis ” dari kisah ini timbullah kata mengkalis, bahkan berubah menjadi kata Bengkalis.
Sejarah Bengkalis bermula ketika Tuan Bujang alias Raja Kecil bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah mendarat di Bengkalis pada tahun 1722. Beliau di sambut oleh batin Senggoro dan beberapa Batin pucuk suku “asli” Batin Merbau, Batin Selat Tebing Tinggi dll. Berita Raja Kecil adalah pewaris kerajaan Johor semakin menumbuhkan rasa hormat Batin-Batin di maksud, sehingga mereka mengusulkan agar Raja Kecil membangunkan kerajaannya di pulau Bengkalis.
Namun melaui musyawarah beliyau dengan Datuk Laksemana Bukit Batu, Datuk Pesisir, Datuk Tanah Datar, Datuk Lima Puluh dan Datuk Kampar dan para Batin, di sepakati bahwa pusat kerajaan didirikan di dekat Sabak Aur yakni di sungai Buantan salah satu anak Sungai Siak, pusat kerajaan itu didirikan pada tahun 1723. Kerajaan inilah kemudian berkembang menjadi kerajaan Siak Sri Indra Pura, yang pernah menguasai kawasan yang luas di pesisir pantai Sumatra bagian utara dan tengah sampai ke perbatasan Aceh.
Catatan sejarah menunjukkan, bahwa Bengkalis pernah menjadi basis awal kerajaan Siak. Di Bengkalislah wawasan mendirikan kerajaan Siak di mufakati. Dan di Bengkalis pula bantuan moral dari rakyat di padukan ketika beliau keluar dari Bintan. Sejarah juga mencatat, setelah belanda semakin berkuasa. Maka Bengkalis pula yang menjadi tempat kedudukan residen pesisir timur pulau Sumatra berdasarkan perjanjian dengan Sultan Syarif Kasim Abdul Jalil Syarifudin menyerahkan pulau bengkalis kepada Hindia Belanda tanggal 26 Juli 1823.
Sejarah juga mencatat sebelum kedatangan Raja Kecil, Bengkalis sudah menunjukkan peran penting dalam arus lalu lintas niaga di selat Melaka. Terutama sebagai persinggahan saudagar yang keluar masuk sungai Siak.
Bahkan sejak Tapung (Petapahan) di temui timah (1674) dan emas.peran Bengkalis dalam hubungan Melaka dengan kerajaan di pesisir timur Sumatra semakin besar, terutama dimasa berdirinya kerajaan Gasib. Di masa pemerintahan Sultan Mansur Syah tahun (1459-1477) Gasib di kuasai oleh Melaka, raja Gasib yang belum menganut agama Islam di Islamkan dan di beri gelar Sultan ” Ibrahim” dan di jadikan wakil Sultan Melaka di Gasib, sejak itu kerajaan Gasib di bawah kepimpinan Sultan Ibrahim ( Sebelum di Islamkan bernama Megat Kudu) menjadi kawasan pengembangan Islam.


Sang Naulaluh Damanik ,Raja Siantar Yang Dibuang Belanda Ke Bengkalis

BAGI masyarakat Kota Pematangsiantar dan Kabupaten Simalungun sudah sering mendengar nama Sang Naualuh Damanik. Namun, tidak banyak orang mengetahui siapakah sebenarnya ‘Sang Naualuh’ itu. Apa dan bagaimana peranannya dalam pembangunan di Pematangsiantar dan Simalungun termasuk dalam membela agama Islam.
Raja Sang Naualuh Damanik, lahir di Pematang-siantar tahun 1857. Dia pernah memerintah Kerajaan Siantar dari tahun 1882–1904 dan tercatat sebagai Raja ke XIV dari Dinasti Siantar (1350-1904). Selama memimpin Kerajaan Siantar (1882-1904), Raja Sang Naualuh gigih berjuang menentang penjajahan Belanda, baik secara fisik maupun secara politis. Akibat perlawanan dan penolakannya menandatangani tanda takluk kepada Belanda yang dikenal dengan ‘Korte Verklaring’ akhirnya putra terbaik Simalungun tersebut ditangkap penjajah Belanda pada 1904.
Meskipun sudah menahan Raja Siantar itu selama dua tahun, namun penjajah Belanda belum juga merasa puas, hingga akhirnya Belanda mengasingkan Raja Sang Naulauh untuk seumur hidup ke Pulau Bengkalis pada tahun 1906. Selama memimpin Kerajaan Siantar, Raja Sang Naualuh sangat dicintai rakyatnya. Beliau juga dikenal sebagai pelopor, penganut dan pelindung agama Islam, khususnya di Kerajaan Siantar. Di samping itu, Raja Sang Naualuh sebagai perintis pembangunan kota Pematangsiantar-Simalungun.
Salah satu peranan Raja Sang Naualuh adalah membuka atau merintis jalan dari Pematangsiantar menuju Asahan, sekitar 50 kilometer. Jalan dimaksud hingga saat ini menjadi jalan yang sangat vital, menghubungkan Pematangsiantar, Kab. Simalungun, Kab. Batubara dan Asahan. Kalau dulu, nama jalan lebih dikenal dengan nama Jalan Asahan, saat ini nama jalan tersebut telah ditetapkan sebagai Jalan Sang Naualuh.
Raja Sang Naualuh mangkat di Bengkalis tahun 1914. Sebelum akhir hayatnya, beliau sempat menjadi guru mengaji di daerah pengasingannya. Sementara lokasi makamnya berada di tanah wakaf Syech Budin Bin Senggaro, jalan Bantan, Desa Senggaro, Kec. Bengkalis, Kab.Bengkalis, Riau. Hingga saat ini makam Raja Siantar, Sang Naualuh terawat baik dan sering dikunjungi para peziarah, apakah itu peziarah dari Bengkalis, maupun yang datang dari Pematangsiantar dan Kab. Simalungun.

Dalam tahun 1885, Pemerintah Hindia Belanda membuat Politic Contract. Perjanjian itu meliputi beberapa kerajaan seperti Langkat, Serdang, Deli, Asahan, Siak, Palalawan (Riau), termasuk juga kerajaan-kerajaan kecil seperti Tanah Karo, Simalungun, Indragiri dan Batubara serta Labuhanbatu.

Pada tahun 1889 Residensi Sumatera Timur terbentuk dengan ibukota di Medan. Residensi itu terdiri dari 5 afdeling (kabupaten-red), yaitu Afdeling Deli yang langsung di bawah Residen Medan, Afdeling Batubara berkedudukan di Labuhan Ruku, Afdeling Asahan berkedudukan di Tanjungbalai, Afdeling Labuhanbatu berkedudukan di Labuhanbatu dan Afdeling Bengkalis berkedudukan di Bengkalis.
 Lagenda Bengkalis

Sejak saman dahulu yaitu sekitar tahun 1512 Bengkalis yang kita cintai ini sudah ada, bahkan dapat dikaitkan dengan zaman prasejarah. Pulau Bengkalis sejak dahulu telah dihuni oleh manusia, dengan pola kehidupan yang sangat tradisional, dan telah memiliki tatanan pemerintahan yaitu dalam bentuk perbatinan (pemerintahan), terutama perbatinan orang-orang suku asli dan perbatinan Senggoro di Senggoro dan Batin Alam di Sungai Alam, Batin Penebal di Penebal, Batin Senderak di Senderak, Batin Kembung di Kembung, Batin Bengkalis di Bengkalis, Batin Putih di Ketam Putih.

Meskipun perbatinan Senggoro dikala itu masih memeiliki lingkungan yang sangat kecil sekali disinilah sebagai pusat pemerintahan kampong Bengkalis perbatinan Senggoro terletak dipesisir Pulau Bengkalis, telah memiliki tatanan pemerintahan yang sangat disegani dan diperhitungkan karena telah memiliki orang-orang pilihan dan terlatih serta berani mempertaruhkan nyawanya dalam mempertahankan wilayahnya.

Perbatinan dibawah pimpinan Batin Hitam (Batin Senggoro) mereka telah mengatur strategi dan taktik mempertahankan daerahnya dengan membangun benteng-benteng yang sampai saat ini dikenal dengan nama ?Benteng Batin Hitam (Batin Senggoro)?, nbenteng persembunyian Para gadis kampong Bengkalis yang saat ini dikenal dengan nama ?Kuburan Dara Sembilan?.

Benteng Batin Hitam, dahulunya dilengkapinya dengan meriam-meriam yang terpasang dan siap untuk ditembakkan terhadap para musuh atau lanun yang akan mengganggu ketentraman kampung Bengkalis.

Sedangkan kuburan Dara Sembilan merupakan Benteng khusus untuk melindungi para dara jelita (gadis) kampong Bengkalis dari serangan Portugis dan Lanun yang suka memaksa atau menculik para dara/gadis. Dari itu Batin Hitam membangun benteng tempat persembunyian para gadis/dara yang letaknya lebih kurang 75 Meter dari Benteng Batin Hitam.

Kematian dara/gadis sebanyak sembilan orang itu bermula dari kejadian kerusuhan yang dilakukan oleh Portugis atau lanun. Sembilan orang gadis atau dara disembunyikan di dalam benteng tersebut yang kunci rahasianya berada dibagian luar, sedangkan juru kuncinya melakukan perlawanan menyerang Portugis atau Lanun.

Serangan Portugis atau Lanun sangat dahsyatnya sehingga mengakibatkan benteng itu roboh dan menutupi tempat kunci rahasia, sehingga pintu persembunyian tidak bias dibuka dan menyebabkan sembilan dara atau gadis terkubur dibenteng itu dan tidak tertolong. Mereka meninggal secara bersama di dalam benteng itu, sampai sekarang benteng itu disebut ?Kuburan Dara Sembilan?.

Namun dengan kerja keras Batin Hitam dan kawan-kawan yang belum tergoyahkan menghasilkan kemenangan yang membuat para lanun mundur mengakui kekalahannya. 
berbagai Sumber
 
Comments
0 Comments