| Mera Naam Joker: Para Spionase Di Jaman Rasulullah

Rabu, 05 Desember 2012

Para Spionase Di Jaman Rasulullah




Salah satu strategi kemenangan Nabi Muhammad SAW dalam beberapa peperangan adalah mencari tahu kondisi musuh dengan cara spionase atau kegiatan mata-mata. Dengan cara ini, akan diketahui kekuatan musuh, taktik yang digunakan, dan tipu daya yang akan dilakukan.

Walhasil, strategi ini terbukti meminimalisir efek negatif dalam operasi militer. Ternyata dalam masa-masa berikutnya, bahkan hingga kini masih menjadi model yang banyak digunakan di dunia intelijen modern.

Berikut adalah beberapa orang yang terpilih menjadi intel yang teruji kehebatannya saat ikut pertempuran bersama Rasulullah.
1. Zaid bin Tsabit 
Ia adalah orang kepercayaan yang menuliskan banyak dokumen rahasia Rasulullah. Salah satu perintah yang diturunkan padanya dalam rangka memata-matai musuh adalah mempelajari bahasa dan tulisan Yahudi yaitu bahasa Suryaniah dan Ibraniyah.
Tak diragukan, menguasai bahasa musuh dapat memberikan kontribusi yang sangat besar dalam sebuah peperangan. Menguasai bahasa musuh akan memudahkan seorang intel mengorek keterangan yang banyak mengenai keberadaan dan kekuatannya.
Keterampilan dalam menguasai bahasa Yahudi ini kemudian dimanfaatkan oleh Rasulullah dan pasukan
Muslim saat melakukan operasi militer terhadap bangsa Yahudi yang berkhianat terhadap Rasul di Madinah.
2. Abdullah bin Jahsi al Asadi 
Intel satu ini menjalankan mekanisme perintah tertutup dari Rasulullah. Ia diperintahkan membuka pesan yang dibawanya setelah dua hari perjalanan.
Pernah suatu hari, setelah dua hari melakukan perjalanan, Abdullah mendapat perintah untuk berjalan hingga tiba di Nakhlah Cantara Makkah dan Thaif sehingga ia dapat melakukan pengintaian terhadap aktivitas kaum Quraisy dan segera mengabarkan kepada Rasul.
Ketika Abdullah tiba di Nakhlah, Sa’ad bin Abu Waqqas dan Attabah bin Ghazwan tertinggal karena mencari keledai yang hilang. Keduanya kemudian ditawan oleh orang-orang Quraisy.
Tak lama berselang melintaslah serombongan Kabilah Quraisy. Awalnya Abdullah dan rekan-rekannya ragu menyerang karena tengah berada di dalam bulan Haram. Namun, mereka tetap berperang dan berhasil memenangkan pertempuran. Harta rampasan serta tawanan mereka dibawa ke Madinah. Awalnya, Rasulullah ragu untuk menerimanya. Hal inilah yang kemudian menjadi penyebab turunnya ayat 217 surat Al-Baqarah.
Setelah ayat ini turun, Rasulullah menjadi tenang dan diadakanlah perundingan untuk pertukaran tawanan dengan kaum Quraisy. Sa’ad dan Attabah berhasil dibebaskan.
3. Thalhah bin Abdullah dan Sa’ad bin Zaid 
Di awal musim gugur pada tahun kedua Hijrah, Abu Sufyan melakukan perdagangan besar-besaran ke negeri Syam. Berita ini didapatkan Rasul dari mata-mata beliau yang tersebar di berbagai penjuru.
Rasulullah ingin menyergap kafilah ini dan menurunkan sepasukan besar kaum Muslimin. Namun, rupanya Rasulullah terlambat dua hari dan kafilah tersebut telah berlalu. Rasulullah lalu memerintahkan Thalhah bin Abdullah dan Sa’ad bin Zaid menyusul kafilah tersebut dari belakang agar bisa mendapatkan informasi.
Dari Thalhah dan Sa’ad lah, Rasulullah kemudian mengetahui bahwa kafilah tersebut membawa perniagaan seluruh penduduk Makkah dan sejumlah uang senilai 50 ribu dinar. Umat Islam lalu diperintahkan Rasulullah untuk menyerang kafilah tersebut. Rencana penyerangan inilah yang kemudian memicu meletusnya perang Badar.

4.Abbas bin Abdul Muththalib

Paman Rasul ini banyak memberikan informasi penting tentang pergerakan kaum Quraisy di Makkah. Menjelang perang Uhud, Abbas menulis surat kepada Rasul yang menjelaskan gerak-gerik, kekuatan, persiapan, dan jumlah pasukan Quraisy.
Pesan tersebut dikirim kepada Rasul melalui orang Ghifari yang disewanya dan menegaskan bahwa surat tersebut harus tiba pada Rasulullah di Madinah dalam waktu tiga hari. Sementara itu, pasukan Quraisy telah berangkat dan tiba di kawasan Abwa’ menuju ‘Aqiq, kemudian singgah di daerah Safuh di kawasan Jabal Uhud yang berjarak lima mil dari kota Madinah.
Orang Ghifari tersebut kemudian berhasil tiba di Madinah dalam waktu tiga hari dan menyerahkan surat itu langsung kepada Rasul.
5.Abdullah bin Unais 
Abdullah adalah satu dari sekian banyak mata-mata yang ditugaskan untuk mengawasi gerak-gerik Khalid bin Sufyan yang diketahui hendak menyerang Madinah.
Dengan cara menyamar, ia berhasil bergabung dengan pasukan Khalid. Kebetulan saat itu, Khalid telah mengumpulkan pasukan yang besar dan sarna sekali tidak gentar tehadap kaum Muslimin.
Setelah pen llsupannya berhasil, Abdullah kemudian mencari kelengahan Khalid. Saat Khalid tengah sendirian, Abdullah pun membunuh Khalid. Abdullah kemudian kembali ke Madinah melaporkan misinya pada Rasul.
6. Nu’aim bin Mas’ud
Tokoh yang dicintai oleh Bani Quraidhah ini mendatangi Rasul untuk menyatakan keislamannya saat situasi di Madinah mencekam akibat perang Khandaq. Saat itu, Bani Quraidhah menghentikan pasokan bahan makanan pada pasukan Islam yang tengah menghadapi serangan dari kaum Quraisy Makkah.
Lalu, Rasul memberikan perintah penting kepada Nu’aim, tanpa memberitahukan soal keislamannya. Ia mendatangi kaumnya, sambil menasehati agar tak percaya begitu saja pada orang-orang Quraisy dan Gathafan yang hanya datang ke Madinah untuk mengambil manfaat dari mereka sewaktu berperang.
Setelah itu, mereka akan meninggalkan Bani Quraidhah begitu saja.
Nu’aim juga menemui pasukan Quraisy, pimpinan Abu Sufyan. Ia mengatakan bahwa kaumnya menyesal telah mengkhianati Muhammad dan mereka akan meminta Quraisy untuk menyerahkan 70 pimpinannya untuk diserahkan pada Muhammad, lalu membunuh mereka untuk mendapatkan kembali wilayah yang akan dirundingkan bersama Muhammad. Karena itu, Nu’aim menasehati agar kaum Quraisy berhati-hati dan jangan memberikan seorangpun pada Bani Quraidhah. Ia juga mengatakan hal yang serupa pada Kabilah Gathafan.
Perpecahan dan syak wasangka pun semakin meraja di antara sekutu yang mengepung Rasul tersebut. Nu’aim telah berhasil dengan misinya: menggoyahkan kekuatan musuh dari dalam.
7.Abdullah bin Ubay bin Hudud al Aslami
Rasulullah memerintahkan putra Ubay untuk menyelinap ke dalam pasukan Kabilah Hawazin yang dipimpin oleh Malik bin Auf.
Malik mempunyai kekuatan 30 ribu bala tentara, ditambah kabilah Tsaqif, Nashr, dan Jasyam. Ia pun membawa serta istri, anak-anak, dan harta benda mereka, kemudian memerintahkan pasukannya untuk berbelok memasuki lembah Hunain yang kering dan sempit.
Dalam penyamaran selama satu hari itu, Abdullah berhasil ikut dalam konferensi besar pembesar suku Hawazin. Dalam konferensi itu, mereka membicarakan strategi yang akan dilakukan dalam pertempuran dengan pasukan Muslim. Termasuk, kekuatan mereka yang dipersenjatai 20 ribu pedang.
Ketika pertempuran Hunain meletus, pasukan Islam hampir dipaksa masuk dalam celah lembah Hunain yang sempit. Kekalahan nyaris terjadi. Di tengah kondisi yang menciutkan nyali ini, Abbas bin Abdul Muthalib membakar semangat pasukan Islam yang mengendur dengan mengingatkan mereka pada baiatnya terhadap Rasul dan Allah. Semangat kaum Muslim kembali berkobar, pertempuran satu lawan satu tak terelakan. Hingga, kemenangan berpihak pada pasukan Muslim.*

Comments
0 Comments