| Mera Naam Joker: Konflik Suriah

Rabu, 05 Desember 2012

Konflik Suriah



Letak Geografis

Secara geografis Negara Syiria terletak di Timur laut Tengah, sebelah Barat bagian Asia yang berada di antara Garis lintang Selatan 32 derajat, 37  garis lintang Utara, dan berada di antara garis lintang 36, 42 derajat bagian Timur. Berada di permukaan laut bagian barat Syiria sebelah gunung Ansyariyah yang tinggi di sebelah Timur barat. Kira-kira mencapai ketinggian 1300 M, dan terdapat juga daerah gunung berapi (volcano) yang berada di sebelahHuraan dan gunung Daruuz di sebelah Selatan. Banyak juga padang pasir al-Jabariyah yang berada di sekitar Syiria. Panjang negara Syiria dengan Laut Tengah kira-kira mencapai jarak 150 km. Setelah Turki menguasai Teluk Iskandarunah dengan bantuan Inggris dan Perancis.

Di sana juga terdapat gunung Harmun (al-Sekh) yang memanjang  sampai ke gunung libanon, ketinggianya mencapai 300 M, dengan ketinggian gunung tersebut menjadi tempat sumber air. Dari ujung Selatan Syiria terdapat ketinggian gunung al-Daruuz, terdapat atsar-atsar volcano yang dahulu pernah terjadi letusan, sedangkan ketinggian mencapai 200 M.

Sebenarnya kalau kita perhatikan perjalanan sejarah negara Syiria dari mulai Pra-Sejarah sampai sekarang ini, menjadi sangat unik untuk kita perhatikan dan kita kaji. Karena di sana menyimpan berbagai peninggalan sejarah pada masa silam. Sebelum kita memasuki kepada penjelasan yang lebih detail, pertama kita harus mengetahui bagaimana Syiria  pada masa Pr-Sejarah atau sebelum Masehi?. Kedua; bagaimana kita mengetahui Syiria pada masa Masehi?.

Nama Syiria  pada masa dahulu di sebut bagian pinggiran Timur laut Tengah yang menjulang dari gunung Thuruus sampai Sina. Ada juga yang menyebut Syiria dengan nama Syam, dan orang-orang Eropa menyebutnya dengan nama Lipant. Akan tetapi daerah ini dalam sepanjang sejarah belum pernah terbagi-bagi. Bahkan perbatasan daerah Syiria dengan perbatasan Merah belum pernah di kenal pada abad 19.

Peradaban Syiria SM (Sebelum Masehi)

Masa Pra-Sejarah sebenarnya sudah tidak asing lagi di telinga kita, bahkan semenjak kita SD, dan seterusnya kita akan mengenal dengan nama atau istilah masa batu dan masa-masa yang linnya. Akan tetapi penulis bukan tidak ingin untuk membahas tentang masalah Pra-Sejarah secara mendetail yang bukan menjadi pembahsan kita. Hanya untuk memulai sesuatu sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu sejarah-sejarah sebelumnya. Di sini penulis ingin mengajak kepada anda untuk mengetahui zaman Pra-Sejarah nya negara yang menjadi kajian kita ini.

Negara Syiria pada zaman Pra-Sejarah, disebut Negara Syam. Karena menurut sejarah yang menceritakan negara Syiria termasuk dalam bagian negara Syam. Untuk mengetahui lebih jauh tentang negara Syiria ini, kita perlu mengetahui terlebih dahulu tentang Syiria pada masa Pra-Sejarah. Syiria pada masa Pra-Sejarah terbagi kepada beberapa bagian, di antaranya;

1.      Bangsa Al-Umuriyun

Al-Umuriyun yaitu; Bangsa Arab yang berada pada zaman dahulu yang merupakan keturunan bangsa Al –Kan’aniyun yang bertempat tinggal di negara Syiria pada tahun 2500 SM. BangsaAl- Umuriyah  membuka negara-negara seperti Irak, dan mereka semua bertempat tinggal di sana. Sampai mereka mendirikan negara yang bernama Al-Babaliyah yang pertama kali. Dari Raja-raja yang termashur dalam bangsa Al-babaliyah ini, adalah Raja Hamurabi, yang kira-kira berada pada abad 166-177 SM. Bangsa Hamurabi  ini bercampur dengan dengan bangsa Al-Ramiyah  pada abad ke-10 SM.

Sebagian Raja-raja mereka yang bertempat tinggal di negara Syam; di antaranya pertama; Negara al-Rifaiyah yang berada di Huraan, kedua; Negara Hisban yang terletak sekarang sekitar 25 km sebelah Utara bagian Barat dari negara Aman. Sedangkan yang di maksud dengan kalimat Umuruu Sumeriyah  adalah Barat—yaitu; Barat Irak.

2. Bangsa Al-Kan’aniyun

Al-Kan’aniyun adalah; bangsa Arab pada zaman dahulu kala, yang berhijrah dari daerah Teluk Arab dan bertempat tinggal di negara Syam. Yaitu; Negara Syiria, Libanon, dan negara Palestina. Keberadaan bangsa ini kira-kira pada abad ke-3 seratus tahun SM. Sedangkan keturunan mereka berada di negara Palestina. Di antara keturunan mereka yang tinggal di sana adalah;pertama Al-Yabasiyah yang berada di daerah al-Quds dan sekitarnya. KeduaAl-Jarjasiyunyang bertempat tinggal di sebelah Barat dari Bahirah Thariya sampai al-Jalil dan al-Karmal.KetigaAl-Hawiyun, sedangkan mereka bertempat tinggal di Nables dan sekitarnya. Dan ada juga mereka bertempat tinggal di daerah Abi Ghusyi. Kempat; yaitu terakhir adalah bangsa Al-Amalighah  yang datang dari daerah Bi’r al-Sab’u dan sekitarnya.

3. Bangsa Al-Araamiyun

Al-Araamiyun juga merupakan bagian dari bangsa Arab pada masa lalu, mereka datang dari negara yang ada di antara dua sungai dan furat tengah berada pada abad ke-13 SM. Mereka sampai mendirikan kerajaan yang bernama kerajaan Hamaah pada abad ke-11 SM. Dan mendirikan kerajaan Tal Barsib pada abad ke-10 SM, serta mendirikan kerajaan Damaskuspada abad ke-9 SM.  Semua kerajaan ini jatuh di tangan Al-Asyuriyin pada tahun 734 SM. Sampai-sampai dampak dari bahasa Al-Aramiyah ini menyebar secara luas kenegara Irak, Iran, dan Syiria. Begitu juga bahasa orang-orang Palestina ketika datang Sayyid al-Masihmenggunakan bahasa Al-Aramiyah. Bahkan sudah tertulis dari sebagian Asfar al-Taurat. Bahwa mereka menggunakan lahjah al-Suryaniyahal-Kaldaniyah, dan lahjah ini juga di pergunakan di sebagian penduduk perkampungan Jabal al-Qalmun yang berada di negara Syiria sampai sekarang ini

4. Peradaban al-Kan’aniyun

Bangsa Al-Kan’aniyun hidup di “Negara Palestina” sejak tahun 2700 SM. Dan mereka mendirikan bangsa lain yang di sebut dengan bangsa al-Faniqyun yang bertempat tinggal di pinggir pantai Syiria dari kerajaan Ogariet yang ada di bawah kepimpinan Syamra, sampai pinggir pantai Palestina.

Pada tahun 1200 SM berhijrah Musa dan kaumnya ketanah Kan’an, yang belum ada kehidupan di sana sama sekali. Setelah Musa berhijrah di ikuti oleh “Yusa’ bin Nun”, sedangkan pada masa hijrahnya Yusa’ bin Nun di sana sudah ada kehidupan kecil-kecilan. Kehidupan ini di sebabkan karena adanya bangsa atau kaum Kan’aniyun terpecah-pecah.
Kira-kira 1000 Tahun SM,  Daud menjajah al-Quds dan sebagian daerah-daerah yang masih ada yang tinggal bangsa Al-Kan’aniyin yang masih tetap berada di muka bumi. Hal ini terjadi setelahRaja Sulaiman membagi Al-Ibraniyun menjadi dua bagian. PertamaAl-Samirah, yang berada di sebelah Utara. Kelompok ini berada dalam kepemimpinan bangsa Al-Syuriyun di bawah pimpinan Sarjun al-Sani berada pada tahun 722 SM. Kedua;  adalah kelompok Yahuda yang berada di sebelah Selatan. Kelompok ini berada dalam kepemimpinan “Nabuu Hud Nasr” berada pada tahun 576 SM.

Sepanjang zaman bangsa Al-Kan’aniyun—dan Ahli Bilad—mereka itu berada negeri tersebut. Bahkan mereka tidak pernah meninggalkan negara itu, sampai mereka meninggalkan sejarah-sejarah terhadap Yahudi. Seperti penggunaan bahasa, peradaban, dan adat istiadatnya.

Penulis juga berpikir bahwa bisa jadi bangsa Syiria asli adalah keturunan dari bangsa Al-Aramiyun. Yang sampai sekarang keturunanya terus menyebar keseluruh pelosok kota Damaskus dan sekitarnya.

b. Negara Syiria Dalam Masa Peradaban Modern

Negara Syiria terlepas dari penjajahan pada bulan April 1946 M, sedangkan pelantikan menjadi negara Republik pada tahun 1941 M. Semua itu ada di bawah undang-undang militer sejak Maret 1949 M. Yaitu merupakan undang-undang multi partai, akan tetapi pada realitasnya hanya sebagai formalitas belaka. Pada tahun itu yang menguasai hanya satu partai yaitu; Parta al-Ba’syu yang mengatur dari segala lini kehidupan, walaupun di sana banyak partai, akan tetapi tidak berpungsi.

Syiria setelah mendapatkan kemerdekaan dari penjajahan Perancis, pada tahun 1949 M, selama masa kemerdekaanya negara Syiria sudah mengalami tiga kali kudeta kekuasaan yang berturut-turut dalam jangka waktu satu tahun, kudeta ini di lakukan oleh pihak militer. Kudeta yangpertama; pada bulan Maret 1949 M, di bawah kepemimpinana Sami al-Hanawi yang memimpin kekuasaan Syiria. Kudeta yang kedua; di bawah kepemimpinan Hasan al-Zaim yang di bantu oleh negara Inggris yang terjadi pada bulan Agustus, ini juga tidak lama berkuasa. Kemudian terus terjadi kudeta yang ketiga; terjadi pada bulan September masih pada tahun yang sama, di bawah pimpinan  Adib Al-Syisyakli, sehingga sampai tahun 1971 M, merupakan silsilah kudeta yang di lakukan Militer.

Akan tetapi pada bulan Pebruari tahun 1954 M, terjadilah kudeta yang kempat yang di pimpim oleh Hasyim al-Aqhasi, pada saat itu kekuasaan berada di tangan Adib Al-Syisyakli. Pada bulan Januari tahun 1957 M terjadi kudeta yang kelima, berada di bawah kepemimpinan Syukri al-Quutli, yang pada saat itu sudah terjadi persatuan antara Mesir dan Syiria. Pada tanggal 28 September 1961 M, terjadi lagi kudeta yang keenam yang di lakukan oleh Tadzim al-Qudsi, yang memberhentikan orde Al-Quutli dan berakhirnya persatuan Mesir-Syiria. Pada tanggal 2 Maret 1966 M, di bawah pimpinan Shalah Gadid, mengadakan kudeta yang ketujuh. Kudeta ini berhasil merebut kekuasaannya Tadzim al-Qudsi. Pada masa perebutan kekuasan yang ketujuh berhasil menjadikan Nurdin al-Anaasi menjadi Presiden Syiria dan Shalah Gadid menjadi Perdana Mentri. Dalam masa pemerintahan Al-Anaasi mengalami banyak krisis pada masa pemerintahanya. Ada juga pada masa pemerintahanya golongan militer yang moderat yang dipimpin oleh  Hafidz al-Asad, sedangkan beliau pada masa itu menjabat sebagai Mentri pertahanan dan keamanan Syiria.

Dengan kegigihannya Hafidz al-Asad, beliau mulai ikut intervensi ketika Syiria akan menyerangJordania. Sekaligus pada masa itu meminpin pemerintahan pada bulan November 1970 M. Dan membentuk Majlis Sya’ab serta menentukan Hafidz al-Asad sebagai Presiden Syiria pada 22 November 1971 M. Sampai terjadi adanya Referendum pada tanggal 18 Maret pada tahun yang sama. Kemudian Referendum itu di perbaharui pada tahun 1978 M, sampai tahun 1985 M. Pada tahun itu juga terjadi pengangkatan tiga wakil sekaligus. Sedangkan yang di angkat adalah saudaranya sendiri yaitu; Rif’at al-Asad, Abdul Halim Khadam, dan Muhammad Zuhair Musyrikah.

Bisa kita melihat perubahan-perubahan undang-undang yang ada di Negara Syiria dari mulai periode 1949-1985 M peraturanya berhubungan dengan permasalahan Khilafah. Di antaranya kita bisa melihat. Periode pertama; mulai tahun 1949M-1963 M, kita bisa menyaksikan adanya perubahan undang-undang yang di lakukan dengan gerakan kudeta militer bersamaan dengan adanya Parlemen. Periode kedua; pada tahun 1963 M peraturan atau undang-undang militer di rubah menjadi sistem parlemen karena adanya kudeta yang terus berlangsung hingga sampai tahun 1971 M. Sehingga di awalinya periode yang ketiga;  Persatuan militer serta menjauhkan dari kudeta-kudeta politik yang selalu di lakukan oleh Militer.

c. Syiria Hubungan Antar Negara

Negara Syiri sebagaimana kita perhatikan dari muai masa Pra-Sejarah sampai saat ini. Sungguh telah mengalami peroses pendewasaan menuju kearah yang lebih baik. Bagaiman kita bisa melihat Syiria dari mulai pemerintahan Hafidz al-Asad sudah mulai mengadakan diplomasi dengan negara lain, terutama dengan negara-negara Arab, seperti Mesir, Libanon dan yang lainya.

Sebenarnya kalau kita melihat sejarah, bahwa Hafidz al-Asad dengan Rafiq Hariri perdana mentri Libanon mempunyai hubungan yang erat secara pribadi dan secara pemerintahan antara Syiria dan Libanon. Pada Mu’tamar yang di adakan di Riyad tahun 1972 M, dan Mu’tamar Kairo menyepakati bahwa Syiria boleh masuk ke negara Libanon dengan adanya dua aturan. Pertama; Syiria harus menjaga dan memelihara persatuan dan kesatuan Bangsa, dan rakyat Libanon.Kedua; Menjaga perlawanan orang-orang Palestina serta pembebasan Palestina dari penjajahan Israel.Sedangkan hubungan Mesir dan Syiria terputus ketika adanya penjajah Israel menyerang Mesir.

d. Masa Depan Syiria

Semenjak pemerintahan di pimpin oleh Hafidz al-Asad, negara Syiria mengalami perubahan-perubahan dalam tataran sistem dan politik. Misalnya saja; adanya perubahan undang-undang militer yang di mana perpindahan kekuasaan dari yang satu ke yang lain dengan cara adanya kudeta. Akan tetapi setelah mengalami perubahan tidak lagi terjadi kudeta.

Dengan perkembangan waktu, Hafidz al-Asad tidak mungkin untuk terus duduk dalam pemerintahan dan terus selamanya menjadi Presiden. Sedangkan pada masa itu, sedang terjadi adanya perlawanan antara Syiria dan Israel. Akan tetapi Hafidz al-Asad ada dalam keadaan sakit, maka tambuk pemerintahan di bawah pimpinan saudaranya Rif’at al-Asad, dia mengadakan angkat senjata dan menguasai pemerintahan untuk sementara. Akan tetapi itu tidak terjadi begitu lama. Dalam masa-masa sembuh kesehatanya Hafidz al-Asad berpikir bahwa saudaranya ingin mendapatkan warisan tahta pemerintahannya untuk menjadi Presiden. Sementara hafidz al-Asad berpikir tahta kepresidenan akan di turunkan kepada anaknya Basyal al-Asad. Namun  keinginanya itu tidak berhasil, karena anaknya yang pertama Basyal al-Asad meninggal dalam satu kecelakan, ketika beliau mengendarai mobil dari Damaskus menuju bandara al-Mazah.

Dengan keadaan itu Hafidz al-Asad merasa sakit dengan meninggal anaknya dan keadaan negara sedang ada dalam keadaan krisis. Bagaimana tidak karena anaknya Basyal al-Asad yang ketika itu menjabat sebagai Kapten angkatan Militer akan calonkan menjadi Presiden Syiria setelah beliau, akan tetapi semua itu tidak terjadi. Tetapi karena Hafidz al-Asad ingin mewariskan tahta kepresidenan kepada keluarganya, dengan terpkasa dia memanggil anaknya yang kedua Basyar al-Asad yang sedang belajar di Inggris untuk pulang mejadi calon Presiden Syiria. Padahal Basyar ketika itu bercita-cita menjadi dokter. Cita-cita hanya tinggal cita-cita, terpaksa beliau harus pulang untuk meneruskan tambuk kekuasaan ayahnya. Pada saat beliau di angkat menjadi Presiden dengan segera harus menandatangani kesepakatan damai antara Syiria dan Israel

Perang Di Syiria Adalah perang Agama
 
Belum berakhir luka kaum Muslimin di Afghanistan, Kashmir, Checnya, Palestina dan seluruh negeri kaum muslimin lainnya yang sedang terdzolimi, kini Suriah (Syam) yang menderita. Puluhan ribu nyawa telah hilang, darah merah segar menjadi pemandangan harian yang tak terhindarkan. Anak-anak tak berdosa, para wanita dan juga orang tua menjadi korban kebengisan dan kebiadaban penguasanya.


Benarkah ini hanya KONFLIK POLITIK antara penguasa dengan rakyatnya?? Benarkah penguasa Suriah memaksakan Syahadat "Laa Ilaha Illa Bashar??" Akankah bumi Suriah (Syam) menjadi ajang Jihad Sunni melawan Syi'ah??
Untuk membedah dan mengupas persoalan ini, Mahasiswa Pecinta Islam (MPI)  Solo Raya menyelenggarakan Kajian, Suriah Menjerit Adakah Yang Perduli (Save Syria – Let’s Pray For Them)   Ahad (15/7/12). Acara tersebut berlangsung di Masjid Baitul Makmur Solo Baru, Sukoharjo, Jawa Tengah, dengan narasumber Ust. Abu Rusdan dari Kudus dan Ust. Bambang Sukirno dari solo.


Sebagai pembicara pertama, Ust. Bambang, menyampaikan materi seputar “Sejarah & Latar Belakang konflik Suriah”. Iran yang mayoritas berpenduduk Syi’ah sering kali bersuara lantang jika Amerika atau Israel melakukan “kedzoliman” dan pembantaian dinegeri-negeri muslim seperti yang mereka lakukan di Palestina dan negara muslim lainnya. Tapi kenapa pada saat Rezim Syi’ah Nushairiyah di Suriah pimpinan Bashar Assad melakukan hal yang sama kepada rakyatnya yang mayoritas sunni, Iran dan presiden Ahmadinejjad diam saja??

Hal ini menurut Ustadz Bambang Sukirno hanya merupakan permainan kata-kata rezim Syi’ah Iran untuk membuat politik pencitraan didunia islam. Retorika tersebut adalah trik lama yang dipakai Iran untuk menaikkan posisi tawar dalam lobi-lobi dengan Amerika dan negara Arab yang ada di Timur Tengah.


“Retorika kutukan atas Israel adalah salah satu trik lama yang dipakai Iran. Retorika berbisa yang disampaikan kepada Israel adalah hanya sekadar kata. Iran menggunakan ‘kutukan pada Israel’ untuk menaikkan posisi tawar di hadapan AS dan kawasan Arab”, 
Lebih lanjut Ustadz Bambang dalam penyampaian materinya seputar “Sejarah & Latar Belakang konflik Suriah” dengan judul makalah beliau yakni “Jejak Berdarah Rezim Nushairiyyah” menjelaskan bahwa “drama” permusuhan Iran dengan Israel yang dibantu Amerika hanya untuk mengalihkan perhatian dunia islam terhadap pembantaian brutal yang dilakukan oleh kelompok Syi’ah dengan segala macam sektenya (Report: Iran officials told Assad to focus on Israel to divert attention from Syria crisis. www.haaretz.com 14 Mar 2012).

“Para pejabat Iran menasihati Assad agar mengalihkan perhatian pada Israel dan “pembelaan” Palestina untuk mengalihkan perhatian umat Islam dari pembantaian brutal yang dilakukannya”, Tegas Ust yang juga aktif dalam menulis buku yang bertemakan Jihad tersebut.



Sedangkan Ust. Abu Rusydan, menyampaikan materi kedua yang memaparkan “Revolusi Suriah Dimata Umat Islam”.  Pada materi kedua, narasumber menggambarkan kondisi terkini yang terjadi di Suriah, serta mengupas perbedaan persepsi tentang konflik Suriah.


Menanggapi berbagai polemik seputar konflik yang terjadi di Suriah, apakah termasuk konflik Politik, konflik Sektarian atau konflik Agama, Ustadz Abu Rusydan da'i muda asal kota Kretek Kudus ini menjelaskan bahwa dari berbagai sumber yang bisa dipercaya baik dari segi kacamata Syar'i maupun Duniawi, -yakni media-media islam yang mengabarkan konflik yang terjadi di Suriah -, beliau menyatakan bahwa konflik Suriah adalah Perang Agama.


"Kenapa kita berbicara Syam itu kok Damaskus dan Suriah?? Kita jawab, kenapa kita berbicara Suriah kok kita itu adalah Perang Ideologi kok bukan Perang Agama, maka saya jawab ini adalah perang agama. Sebab, konon istilah Ideologi adalah buatan manusia, sedangkan agama adalah buatan Allah. Dan peperangan yang terjadi di Suriah sekarang ini merupakan Nubuwah Rosululloh saw tentang perang akhir zaman yang terjadi di kota Damaskus," 


Beliau menjelaskan, bahwa Syi'ah adalah sekte diluar Islam dan bukan termasuk salah satu madzhab dalam islam. Karenanya sangat aneh jika ada sebagian kaum Muslimin yang mengatakan Syi'ah merupakan sebuah madzhab dari salah satu madzhab dalam Islam. "Ada yang berpendapat bahwa itu konflik Suriah itukan konflik sektarian, antara sekte Syi'ah dengan sekte Sunni. Sekali lagi saya sampaikan ayyuhal ikhwah, didalam sebuah kitab "Jaa Daurul Majus" disebutkan bahwa Syiah itu bukan sekte Islam, Syi'ah itu bukan Madzhab dalam islam", ungkap yang pernah berjihad ke Afghanistan tersebut.


Dalam sejarah awal kemunculan Syi'ah, Kata Ustadz Abu Rusydan, sudah bisa diketahui bahwa lahirnya Syi'ah adalah dari Majusi. Sehingga, menurutnya tidak mungkin ada Majusi yang termasuk dalam salah satu golongan Islam, sedangkan Majusi sendiri berasal dari Persi atau Persia yang merupakan kaum penyembah berhala. " Tapi akar munculnya Syi'ah itu adalah dari Majusi. Bahwa hari ini Majusi sudah memegang peranan yang sangat luar biasa dengan menancapkan kuku-kukunya dan taring-taringnya didunia islam. Dan berangkatnya Syi'ah itu berasal dari balas dendamnya Majusi Persi terhadap islam, kemudian mereka berkolaborasi dengan Yahudi dan Nashrani", Ujarnya.


Beliau menegaskan kembali,  konflik di Suriah ialah sebuah perang agama, sebab Syi'ah itu menurutnya bukan termasuk golongan atau madzhab dalam Islam. Dan menurutnya, yang perlu dicatat lagi oleh kaum muslimin yaitu bahwa kelahiran Syi'ah, khususnya Syi'ah Nushairiyyah (yang sedang berkuasa di Suriah)  pada abad ke-3 H di bawah pimpinan Muhammad bin Nashir An-Numairi,  mengaku sebagai Nabi dan meyakini bahwa Imam Abul Hasan Al-'Askari (Imam ke-11 dari Syi'ah Ja'fariyyah Imamiyyah) adalah Tuhan.
"Jadi, Syi'ah tidak boleh disebut sekte dari Islam. Tetapi sekali lagi saya sampaikan munculnya Syi'ah didunia berangkat dari gerakan Politik yang dilandasi balas dendam Majusi Persi terhadap Islam", tegasnya kembali.



Sebetulnya antara Iran (Syi’ah), Amerika (Nasharani) dan Israel (Yahudi) adalah satu tubuh dan bersekongkol. Untuk memuluskan rencananya menguasai dunia, akhirnya mereka membuat sebuah “pencitraan” bagi dunia islam. Digambarkan seakan-akan Iran bermusuhan dengan Israel yang dibantu Amerika. Ini hanya topeng saja untuk menutupi kebengisan Syi’ah yang hobi membantai kaum muslimin sejak zaman Nabi Muhammad saw hingga saat ini (Report: Iran officials told Assad to focus on Israel to divert attention from Syria crisis. www.haaretz.com 14 Mar 2012).

“Salah satu konspirasi Iran, Amerika dan Aliansi Utara nampak saat Taliban di Afghanistan jatuh. Jangan sampai Ahlu sunah yang berkuasa untuk memilih pemimpin, apakah Amanulloh Khan atau yang lainnya. Akhirnya mereka memilih Hamid Karzai. Dan Hamid Karzai adalah pengikut Baha’i salah satu sekte dari Syi’ah, dan setelah saya ketahui ternyata Mahmud Abbas (PLO Palestina) penganut  Syi’ah Al-Babiyah. Jadi sekali lagi, Syi’ah sampai hari ini dengan segala sektenya apapun namanya adalah Kebathilan yang kemudian diretas oleh Penjajah Barat,” pungkas beliau.



Kajian dalam rangka solidaritas untuk kaum muslimin di Suriah ini, dihadiri lebih dari 500an jama'ah ikhwan maupun akhwat. Dalam kesempatan tersebut, diadakan pula penggalangan dana untuk bantuan kepada kaum Muslimin di Suriah. Sementara itu, dana yang terkumpul pada kajian tersebut kurang lebih sebesar 14 juta, rencananya dana terkumpul akan disalurkan melalui Hilal Ahmar Society Indonesia (HASI).


Sebelumnya pada Jum’at (13/7), Forum Solidaritas Umat Islam Solo Raya Untuk Muslim Suriah (FSMS) melalukan aksi longmarch dan penggalangan dana untuk solidaritas Muslim Suriah. Aksi tersebut bertempat di Bunderan Gladag, Solo, Jawa Tengah.
Perang Suriah Adalah Pembantaian Masyarakat sipil
Ngeliat di beberapa media, berita akhir-akhir ini seputar perang mulu ya. Sedih ngeliatnya. Terutama berita seputar perang di Suriah antara pemerintah dengan 'pemberontak' (pejuang pembebasan Suriah). Beberapa hari lalu (liat dari berita-berita) terjadi pembantaian di Houla, sebuah wilayah di Suriah, oleh tentara Suriah beserta milisi biknan pemerintah. Sekitar 114 orang dibunuh secara sadis, 400-an orang luka berat. Dan dari semua korban itu, hampir semuanya adalah rakyat sipil. Tragedi serupa sebelumnya juga terjadi di wilayah Homs, dan juga terjadi di wilayah lain. :(

Awal mula terjadinya perang di sana adalah tuntutan rakyat terhadap presiden Suriah, Bashar al Asaad, untuk mundur. Bukannya ditanggepin dengan bener, massa tersebut malah diperangi oleh tentara atas perintah presiden. Kubu massa yang tadinya hanya demo, akhirnya memutuskan untuk mengangkat senjata karena merasa terdesak oleh gempuran tentara pemerintah. Akhirnya sampe terjadi perang sekarang ini.

Dan perang ini malah menular ke negara tetangga, Lebanon, di mana di sana terhadi konflik horizontal antara kelompok Sunni (anti al-Ashad) dengan kelompok pendukung al-Ashad bernama Alawite. Bahkan bentrok tersebut sampai ngakibatin jatuhnya korban meninggal dunia.

DK PBB udah rapat untuk mengambil sikap tegas (bahkan memungkinkan untuk intervensi militer) kepada pemerintah Suriah. Tapi di-veto oleh Rusia dan Cina selaku juga anggota DK tetap PBB. Padahal apabila rapat itu bisa ngambil suara yang bulat, maka (kalaupun ada intervensi militer) akan diambil peranannya oleh negara-negara Timur Tengah, bukan negara Barat. 

Siapa pun tau, kalo intervensi militer terjadi (oleh pihak manapun) kemungkinan besar bakal ngakibatin korban banyak. Tapi kalo nggak diambil opsi 'tegas', pemerintah dan milisi bikinan pemerintah bakal ngebantai terus. Jadi bingung kan.. Tapi untuk kekejaman yang udah terbukti (dari ratusan saksi mata yang berhasil lolos dari usaha pembantaian), menurut saya opsi intervensi militer perlu dimasukkan dalam pilihan, demi membela masyarakat sipil tak bersenjata. 


Comments
0 Comments