| Mera Naam Joker: Penakluk HIV dan Malaria

Selasa, 11 Oktober 2011

Penakluk HIV dan Malaria

Virus penyebab AIDS, HIV, membunuh dua juta manusia tiap tahun di dunia. Parasit yang disebarkan nyamuk, malaria, menginfeksi 225 juta manusia dan membunuh 781 ribu tiap tahun.
Penyakit-penyakit ini menyerang manusia sejak pertama kali menyebar ke manusia dari monyet 40 tahun lalu. Di kemudian hari, penyakit-penyakit ini menjadi musuh bebuyutan manusia dan tubuh manusia telah berevolusi untuk memeranginya.
Kedua pembunuh ini, baru dan lama, sebenarnya memiliki molekul yang sama. Karena hal ini, satu ‘obat super’ akan bisa melawan penyakit-penyakit tersebut. Obat itu adalah, HIV Protease Inhibitor (HIV PI). Obat ini dirancang khusus ilmuwan untuk mengobati HIV dengan mencegah virus mematikan itu membangun proteinnya dengan benar.
“HIV PI saat ini sedang digunakan secara klinis dan merupakan obat HIV terkemuka,” kata Kepala Laboratorium Parasitologi Kedokteran Photini Sinnis di Langone NYU Medical Center. Obat ini telah mengubah wajah pengobatan HIV beberapa tahun terakhir. Orang yang mengonsumsi obat ini tak lagi mati karena AIDS.
Protease merupakan enzim-enzim yang bisa memotong protein menjadi bentuk yang benar, hal ini memungkinkannya menjadi aktif. HIV PI menghentikan virus HIV di treknya dengan cara mencegah salah satu enzim protease melakukan pekerjaannya.
Tanpa kerja protease, protein HIV tak akan terpotong dan tidak aktif. Alhasil, unit HIV yang disebut virion tak dapat mengumpulkannya untuk membuat virion baru. Tubuh manusia memiliki mekanisme alami membunuh virion HIV untuk mencegah virus mereplikasi diri pada tingkat yang tak dapat ditangani tubuh.
Selama beberapa tahun terakhir, beberapa kelompok penelitian (termasuk kelompok Sinnis) telah menyadari efek samping positif yang mengejutkan dari HIV PI spesifik. “Kami menemukan, obat ini memiliki sifat anti-malaria,” kata Sinnis.
Para peneliti yakin, HIV PI menghentikan munculnya protease dalam parasit malaria seperti yang mereka lakukan pada protease HIV. Kelompok Sinnis menemukan, obat anti-HIV ini mencegah parasit bereplikasi pada tikus.
Belum ada percobaan pada manusia namun hasil awal pada tikus membuat peneliti HIV menganjurkan penggunaan eksklusif PI untuk pengobatan HIV di Afrika. “Di Afrika, HIV dan malaria banyak yang tumpang tindih, obat-obatan HIV yang digunakan harus PI,” kata Sinnis.
Setelah itu, obat ini akan memberi manfaat tambahan pada infeksi malaria yang ada, yakni dengan menghambatnya. Saat ini, PI hanya berguna untuk memerangi malaria pada orang yang memiliki HIV. PI lebih beracun dibanding banyak obat yang digunakan untuk memerangi malaria itu sendiri.
Namun, jika PI dapat disesuaikan menjadi kurang beracun, obat ini bisa menjadi obat tunggal malaria. Ketika hal itu terjadi, obat ini akan menjadi senjata. Pasalnya, malaria sendiri dengan cepat mengembangkan kekebalan pada obat anti-malaria yang ada, jadi obat baru selalu sangat dibutuhkan.
Meski begitu, untuk mengembangkan obat anti-malaria yang bisa berdiri sendiri didasarkan pada obat anti-HIV, protease spesifik dalam malaria yang menjadi target HIV PI pertama harus ditemukan. “Jika kita bisa menemukan target protease, kita bisa merancang obat yang lebih baik dan tentunya tanpa racun,” kata Sinnis.
Sejauh ini, ilmuwan telah mempersempit kelas protease yang mungkin mengandung protease target namun mereka belum menemukan satu protease spesifik. Namun, sebuah makalah di Journal of the Federation of American Societies for Experimental Biology (FASEB), Colin Berry dan rekan di Cardiff University di Wales menemukan protease yang dihambat HIV PI dalam parasit Leishmania, kerabat malaria.
Meski protease yang disebut Ddi 1 ini belum diidentifikasi dalam malaria, kelompok Berry dan yakin protease inilah yang dicari-cari. “Hasil penelitian kami menunjukkan, protein Ddi1 merupaka target HIV (PI), dan menunjukkan Ddi1 Leishmania sebagai target potensial terapi antiparasit,” Berry.
“Melalui identifikasi protein ini, kami berharap bisa mengeksploitasi kelemahan parasit ini untuk mengembangkan terapi baru yang efektif memerangi penyakit-penyakit yang berbahaya,” lanjutnya.
Menurut Sinnis, makalah Berry memberi harapan dan ide-ide dalam menemukan target parasit malaria. Ketika ditemukan, obat anti-HIV sekaligus anti-malaria dapat dikerjakan.
Comments
0 Comments