Sebelum
muncul pemikiran heliosentris dari Copernicus, gereja mengadopsi
pemikiran Geosentris dari Ptolomeus, yang menganggap bumi sebagai pusat
peredaran benda langit. Setelah pengembangan dan penjelajahan lewat
teleskop dan segala perangkat observasi astronomi yang lebih canggih
maka kita kagumi bahwa tata surya kita dengan matahari sebagai pusat
revolusinya hanyalah satu dari 100 milyar sistem tata surya serupa!
Bahkan
Galaxy Bima Sakti tempat tata surya kita hanyalah serupa piring super
mungil yang mengapung di gelap gulita angkasa raya. Bagaimanakah juga
bumi, tempat kita berdomisili dibandingkan dengan semesta alam itu,
perumpamaan bagaikan sebutir pasir dibanding seluruh gurun, atau
bagaikan setetes air yang menempel dijemari saat kita mencelupkannya di
laut dibandingkan seluruh samudera itu sendiri, perumpamaan ini belumlah
mencukupi.
Teleskop yang lebih canggih dengan daya tangkap lebih kuat dan lebih jauh ditambah dengan perhitungan-
perhitungan fisika astronomi menyajikan kepada kita gambaran semesta
yang maha raksasa ini. Sebesar apakah sebenarnya raksasa alam semesta
kita ini? Mari kita bandingkan dengan bumi, diameter bumi hanya
kira-kira 12.500 km! Bandingkan dengan pulau Java yang membentang
sepanjang hanya 1000 km. Dengan pesawat kecil saja bisa ditempuh kurang
dari 2 jam dari ujung ke ujung. Diameter bumi kita hanya 12.5 kali
panjang pulau Java! Bila seberkas sinar harus melintasi jarak sepanjang
diameter itu, hanya diperlukan waktu kira-kira seperdua puluh lima
detik, jadi satu detik sinar dapat melintasi diameter bumi sebanyak 25
kali, sebab kecepatan cahaya adalah 300.000 km/detik.
-
Jarak bumi ke matahari hanya 9 menit cahaya.
-
Jarak matahari ke planet terluar sistem tata surya matahari kita, Pluto, adalah 5,5 jam cahaya.
-
Diameter galaksi Bima Sakti adalah 100.000 tahun cahaya.
-
Jarak benda terjauh dari bumi yang dapat terdeteksi hasil observasi saat ini? Milyaran tahun cahaya!
Wahai,
berarti cahaya saat observasi itu adalah gambaran kejadian milyaran
tahun yang lalu, jauh sebelum munculnya “manusia pertama”. Bahkan berkas
cahaya yang menghasilkan gambar citra galaksi Bima Sakti yang kita
nikmati saat ini yang berasal dari ujung galaksi Bima Sakti adalah lebih
tua umurnya daripada usia “manusia pertama” yang kita percayai.
Orang
Eropa yang mempercayai idea “manusia pertama”, semula memperkirakan
bahwa alam semesta baru berumur 6000 tahun. Ketika mereka mengembangkan
analisa dan mengetahui bahwa perkiraan mereka salah, maka mereka
memperbaiki perkiraan itu dan mengatakan bahwa bumi (juga termasuk alam
semesta) telah muncul 20 juta tahun yang lalu, namun kemudian pandangan
ini berubah lagi menjadi 100 juta tahun, terus berubah melalui
tingkat-tingkat hingga menjadi 6000 juta tahun yang lalu! Argumentasi ini hanya menggambarkan tiada lain daripada spekulasi yang berubah-ubah, tidak lebih.
Bila jarak bumi dengan benda terjauh yang dapat teramati adalah milyaran tahun dan jarak itu dapat dianggap
sebagai jari-jari alam semesta (r) maka dapat diketahui volume alam
semesta, yaitu 3,14 x r x r. Dapatkah akal kita membayangkan betapa
besar dan luasnya alam semesta ini? Bagaimanakah juga kita yang telah
mengimani bahwa ada sesuatu yang lebih besar dan kuasa dari alam semesta
ini, bagaimanakah agungnya Dia? “Super Jenius” yang yang telah
menciptakan kita. Maha Suci Allah, Maha Besar Allah!
Bumi kita beserta matahari dan planet-planetnya hanya merupakan satu tata surya diantara seratus milyar tata surya yang berada di galaksi Bima Sakti. Ada bermilyar-milyar galaksi di seluruh alam semesta. Sebesar
itukah alam semesta? Belum, karena perhitungan di atas hanya berlaku
untuk alam semesta yang teramati sesuai dengan teknologi yang ada
sekarang ini. Karena sebenarnya alam semesta jauh lebih luas dari itu.
Milyaran galaksi yang tampak di alam semesta ini pun hanya merupakan
satu persen dari jumlah seluruh materi yang teramati di alam semesta
hingga kini.
Proses
kehancuran/kiamat parsial Salah satu proses alam semesta yang teramati
yaitu pada proses fusi nuklir di matahari, yaitu penggabungan dua buah
atom hidrogen menjadi sebuah atom helium. Dalam prosesnya membentuk
unsur atom helium yang lebih besar, memancarkan energi dalam bentuk
sinar dan
gelombang elektromagnetik. Energi yang dipancarkan pada proses fusi
nuklir ini akan dipancarkan tak terhingga jauhnya, hingga keluar dari
batas jangkauan pengamatan kita.
Materi
alam semesta kita akan menangkap energi yang dipancarkan dari alam
semesta yang berada diluar jangkauan pengamatan kita. Yang dimaksud
batas jangkauan pengamatan kita adalah, batas jangkauan teleskop yang
paling canggih saat ini. Energi yang berasal dari luar jangkauan
membentuk ikatan atom kembali, hukum kekekalan energi tetap berlangsung.
Hal inilah yang terjadi pada masa setelah kehancuran suatu galaksi.
Perlu diketahui baha di angkasa luar sana selalu terjadi proses bintang
baru lahir/terbentuk (Nova) atau bintang mati / hancur, demikian juga
galaksi, dalam jangka waktu tertentu mengalami proses penghancuran yang
relatif teramati. Setelah terjadi akhir kehancuran galaksi/kiamat
parsial, maka tidak ada bentuk yang tersisa padat maupun cair, semua
berubah bentuk menjadi ion-ion dan gas, (ion adalah unsur atau molekul
yang bermuatan listrik).
Kemusnahan
galaksi ini bisa digambarkan sebagai pemusnahan alkohol atau minyak
yang terbakar tanpa meninggalkan banyak jelaga. Jelas kita ketahui bahwa
kemusnahan seperti itu hanyalah perubahan fisik (hukum kekekalan
massa). Minyak terurai kembali menjadi senyawa-senyawa dan unsur-unsur
penyusunnya.
Dalam
proses habis terbakarnya galaksi, gas-gas dan ion-ion sisa pembakaran
berputar dalam kecepatan tinggi dan menyebabkan daya tarik magnetik di
pusat lingkaran menjadi sangat tingi. Ini mudah menjadi perangkap sinar,
pusat lingkaran yang mempunyai daya tarik magnezik sangat tingi ini
menyebabkan bahkan berkas sinar / cahaya pun tertarik kearah
dinding-dinding pusat lingkaran yang bergerak menyedot ini. Oleh karena
sinar yang masuk terperangkap maka sebagai akibatnya tentu saja daerah
yang berada disekitar pusat gas yang merupakan sisa kehancuran galaksi
nampak sangat gelap. Teori Black Hole.
Luas
areal gas sisa pembakaran galaksi ini bisa mencapai radius jutaan tahun
cahaya. Bandingkan dengan diameter galaksi yang kurang lebih 100.000
tahun cahaya.
Einstein
pernah memperkirakan bahwa jalannya cahaya dalam alam semesta tidaklah
benar-benar lurus, namun membentuk suatu garis lengkung. Hal ini pernah
dicemooh kalangan fisikawan saat itu. Namun kini lewat perangkat
observasi yang canggih hal ini terbukti bahwa bekas sinar dalam alam
semesta adalah membentuk kurva, karena adanya medan magnet yang
dihasilkan benda-benda langit.
Pembentukan
Kembali Sifat benda-benda yang gelap cenderung menyerap sinar,
sisa-sisa galaksi yang telah berubah bentuk menjadi ion dan gas pun
kembali menyerap sinar yang dipancarkan oleh obyek-obyek lain yang
berada di alam semesta. Energi yang telah dipancarkan oleh galaksi kita
diserap pula oleh galaksi-galaksi lain dan demikian juga sebaliknya.
Gas-gas dan ion-ion yang ada di lokasi bekas kehancuran galaksi, dengan
bantuan energi yang terperangkap akan kembali saling mengikat dan
membentuk massa yang bertambah lama bertambah besar. Gravitasi antara
dua buah massa, cenderung saling tarik-menarik. Setelah selang waktu
yang sangat lama sekali maka massa yang bertambah besar tersebut dengan
bantuan energi yang terperangkap membentuk ikatan yang bertambah lama
bertambah membesar dan akhirnya berubah menjadi serupa kabut.
Dalam
astronomi kabut ini disebut Nebula yang merupakan cikal-bakal pembentuk
tata-surya. Pada fase ini kabut Nebula belum memancarkan sinar, tetapi
setelah mulai memancarkan gelombang elektromagnetik (gelombang radio)
bisa diidentifikasikan sebagai radio galaksi. Untuk melacak keberadaan
galaksi yang tidak memancarkan gelombang cahaya, tetapi memancarkan
gelombang radio bisa menggunakan Teleskop Radip, contohnya seperti yang
ada di Mt. Antero yang terletak di Puerto Rico. (Teleskop ini dapat anda
lihat di film spionase James Bond, Golden Eye. Parabola raksasa statis
yang anda saksikan di film tersebut adalah teleskop radio raksasa
terbesar di dunia berdiameter 300 meter).
Gelombang
radio dari galaksi bisa juga dideteksi dengan bantuan VLA (Very Large
Array) Telescope yang terletak di dekat Socorro negara bagian New Mexico
di Amerika Serikat. (Bagaimana bentuk teleskop VLA? cukup melihat film
“Contact” yang dibintangi oleh Jodie Foster, yang nampak seperti antena
parabola kita namun berderet banyak, sebenarnya adalah deretan teleskop
radio yang menggunakan teknik interferometri) .
Partikel-partikel
kabut oleh karena kohesi bergabung menjadi partikel yang lebih besar
dan mulai membentuk kelompok-kelompok yang lebih besar, seperti
kondensasi yang terjadi pada uap air, sehingga massa materi yang lebih
kecil ditarik ke arah massa yang lebih besar. Pada saat massa yang lebih
besar terbentuk, massa yang lebih kecil yang ada di sekitarnya oleh
karena gaya gravitasi akan tertarik oleh massa yang lebih besar ini.
Para ahli astronomi pada fase ini belum menemukan mengapa awan debu dan
gas antar bintang ini collapse dan membentuk bintang, karena awan-awan
ini dingin dan kerapatan molekulnya rendah (kurang lebih satu atom per
cm3).
Mungkin
banyak di antara pembaca yang pernah menyaksikan tingkah laku para
astronot di ruang hampa udara, ruang -hampir- tanpa gaya gravitasi, yang
menuangkan air tetapi air itu tidak tumpah, lalu air membulat bagai
bola dan melayang, demikian juga setiap benda cair yang berada di luar
angkasa, termasuk cairan yang berkumpul dari uap nebula. Pada pemampatan
oleh gravitasi dan rotasi maka cairan yang sangat besar ini menjadi
bagian yang lebih kecil dan padat, dimulailah pemebentukan benda-benda
langit serta planet-planet. Hingga kini pun bumi kita hanyalah bagian
luarnya / keraknya yang padat. Sedangkan di dalam kerak bumi masih
bersifat cair. Setelah proses pendinginan yang sangat lama ini, ratusan
juta tahun, mulailah beberapa materi kehidupan, tumbuhan, binatang dalam
bentuknya yang paling sederhana mulai muncul.
Big
Bang, Teori Ledakan Besar Mengenai awal mula alam semesta terbentuk
ini, sebagian besar ilmuwan mendukung teori Big Bang. Teori ledakan
besar. Melihat bahwa semua proses kelahiran dan kehancuran bagian alam
semesta ini pun yang saat ini dapat diamati merupakan proses serupa yang
diperkirakan para saintis. Dari ketiadaan, hingga adanya satu massa
materi yang memiliki kepadatan maha padat (mis. bermilyar-milyar ton
massa dalam 1 mm3), kemudian meledak serupa proses ledakan nuklir.
Hingga kini ledakan itu terus berjalan, dan seperti diketahui para
saintis pun mengakui bahwa alam kita ini tetap dalam proses mengembang.
Seperti bila sebuah balon ditiup, dan balon tersebut memiliki kemampuan
mengembang yang tidak terbatas. Alam semesta kita ini pun dalam keadaan
proses demikian. Belum berhenti.
Apakah
orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi itu keduanya
dahulu adalah satu yang padu, kemudian Kami (Allah) pisahkan keduanya,
dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka
tidak juga beriman? (QS Al-Anbiya’ 21: 30).
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (kekuatan) Kami, dan sesungguhnya Kamilah yang meluaskannya.” (QS Adz Dzariyat : 47.)
QS Ali-’Imran 3 : 190-191:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi ulil albab. Yaitu mereka yang
berzikir (mengingat) Allah sambil berdiri, atau duduk atau berbaring,
dan mereka yang berpikir tentang kejadian langit dan bumi
… Maka maha benar, maha esa Allah-ku yang maha tinggi.
***