Asal-Usul Senjata Api
Ketika peradaban manusia belum mengenal senjata api, senjata tradisional dipakai dengan dilontarkan tangan atau alat sederhana, misalnya busur atau ketapel. Setelah ditemukan bubuk mesiu untuk amunisi, alat peledak, dan kembang api, senjata api pun mulai berkembang. Dalam senjata api, bubuk mesiu yang mudah terbakar itu cepat membentuk gas tekanan tinggi di dalam laras sehingga meningkatkan kecepatan peluru.
Dulu banyak senjata api memakai bubuk mesiu hitam, yang terdiri atas 75% sendawa, 15% arang, dan 10% belerang. Ada juga bubuk mesiu tanpa belerang, cuma berisi 70% sendawa dan 30% arang, yang tak sekuat bubuk hitam. Untuk kembang api dan peledak lain, kadang sendawa diganti sodium nitrat yang lebih murah.
Sayangnya, bubuk hitam itu mengikis laras, banyak abunya, dan sangat berasap. Masalah tersebut diatasi dengan mengembangkan bubuk mesiu tanpa asap. Jenisnya dibedakan dari bahan utamanya, ada yang dari nitroselulosa, garam nitrat, atau juga bubuk koloida, yaitu nitroselulosa yang dilarutkan dalam nitrogliserin. Tahun 1887, ahli kimia Swedia, Alfred Nobel, menghasilkan bubuk koloida pertama. Kini, mesiu jenis ini lebih dipilih untuk amunisi.
Masyarakat Cina mungkin yang pertama mengenal bahan peledak misalnya sendawa dan belerang. Dari Asia, mesiu menyebar ke Barat dan akhirnya ke Eropa pada tahun 1200-an. Di Barat komposisi mesiu didaftarkan patennya tahun 1242 oleh Roger Bacon (1214 - 1292).
Bubuk mesiu punya kontribusi dalam perubahan sistem sosial di Eropa tahun 1300 - 1400-an. Sistem feodalisme runtuh, karena benteng batu yang melindungi wilayah raja dan bangsawan tidak kuat menahan terjangan peluru bola meriam.
Meriam merupakan senjata pertama yang memakai bubuk mesiu. Ada bukti, senjata api paling awal dipakai tahun 1247 dalam pertempuran di Seville. Catatan tertua pemakaian bubuk mesiu mengacu pada meriam dari tahun 1313, diduga buatan warga Jerman Berthold Schwarz. Senjata yang dibuat di Ghent (kini wilayah Belgia) itu, salah satunya dikirim ke Inggris tahun 1314 yang kemudian disebut pots de fer atau tempayan besi.
Meriam generasi pertama bentuknya sederhana, besar dan sangat berat, sehingga untuk mengangkutnya perlu beberapa orang. Cara menembaknya dengan menyulutkan api kecil atau korek di lubang penyulut yang segera meluncurkan batu atau tombak besi. Karena disulut korek, sistem itu disebut matchlock. Kekurangannya, sulit menjaga api tetap menyala. Sistem berikut adalah wheellock yang ditemukan tahun 1510 di Nuremberg, Jerman. Roda logam akan menimbulkan api saat ia berputar dan menggesek sepotong pirit (FeS2). Percikan apinya menyalakan bubuk mesiu.
Selanjutnya, flintlock atau pemakaian batu api dikembangkan di Prancis tahun 1630 - 1640. Flintlock dipakai sebagai sistem standar senjata militer selama lebih dari 200 tahun. Tahun 1807 Alexander Forsyth, penemu berkebangsaan Skotlandia, memperkenalkan sistem perkusi, yang memungkinkan pistol diisi dari bagian moncong. Sejumlah perkembangan itu juga terjadi pada senapan. Sedangkan pistol pertama mengadaptasi sistem wheellock.
Kata "pistol" berasal dari nama kota Pistoia, Italia, tempat pembuatan pistol di abad XV. Pistol praktis Colt Paterson dipatenkan di Inggris tahun 1835 oleh Samuel Colt, ilmuwan penemu dari AS. Tahun 1857, penemu dari AS lainnya, Horace Smith dan Daniel Wesson, membuat pistol revolver dengan peluru tabur. Borchardt, pistol semiotomatis yang bisa mengisi sendiri, lahir tahun 1895. Ia bisa diisi 8 peluru tabur. Tahun 1897 John M. Browning, juga dari AS, mematenkan pistol otomatis yang menjadi dasar pistol otomatis berikutnya.
Ketika teknologi elektronik maju pesat, teknologi ini pun diadopsi untuk pistol. Baru-baru ini Mike O'Dwyer dari Australia berhasil membuat pistol otomatis elektronik yang bisa meletuskan 3 hujan tembakan hanya dalam 1/5.000 detik! Agar tak disalahgunakan sembarang orang, dibuatlah sistem kunci elektronik 64 digit. Untuk mengaktifkannya si pengguna harus memakai cincin khusus yang menyimpan tranponder mini.
(int, jun 200)