Bom, gelegar ledakannya memang semengagetkan akibat yang ditimbulkannya. Setiap ada ledakan hebat, dengan fasih orang teriak, "Ada bom!"
Bom sebetulnya wadah berisi bahan peledak yang, tentu saja, dapat meledak bila dihubungkan dengan sumbu atau pemicu. Dia bisa dijatuhkan (misalnya dari pesawat terbang) atau diletakkan pada posisi dan dalam keadaan tertentu.
Sedangkan bahan peledak merupakan zat yang menghasilkan ledakan akibat gas yang mengembang dengan cepat (baca Intisari Juni 2000). Menurut tingkat bahayanya, bahan peledak terbagi atas high explosive (berdaya ledak tinggi/besar) dan low explosive (berdaya ledak ringan/rendah). Contoh bahan berdaya ledak rendah adalah kembang api dan petasan. Sedangkan bahan berdaya ledak besar misalnya dinamit, TNT, Semtex, PETN, RDX, dll.
Bahan peledak yang pertama sekali dikenal orang berupa bubuk hitam atau sering disebut mesiu. Bahan ini ditemukan bangsa Cina abad X. Mula-mula bubuk hitam itu dipakai untuk perlengkapan mercon atau sinyal bahaya. Dua abad berikutnya Cina memanfaatkannya untuk senjata militer dengan memasukkannya ke batang bambu sebagai peluncur proyektil.
Mesiu masih dipakai sebagai bahan peledak hingga tahun 1627. Catatan menunjukkan pemakaiannya di daerah pertambangan Schemnitz, Hungaria.
Pada 1789 uranium ditemukan untuk pertama kali. Namun, potensi uranium sebagai bahan peledak baru ditemukan tahun 1938 oleh dua ilmuwan Jerman, Otto Hahn dan Fritz Strassman. Mereka berdua mendemonstrasikan fisi (pembelahan) inti uranium guna dijadikan bahan utama bom atom.
Jauh sebelum demo Otto dan Fritz, yakni tahun 1846, ahli kimia Ascanio Sobrero menemukan nitrogliserin. Bahan ini menjadi inspirasi bagi Alfred Bernhard Nobel (1833-1896) untuk menciptakan dinamit tahun 1866.
Belakangan Nobel menemukan gelatinous dynamite, campuran antara nitroselulosa dengan nitrogliserin. Malah kemudian, amonium nitrat menggantikan nitrogliserin untuk menghasilkan daya ledak lebih tinggi. Selama ini dinamit banyak dipakai untuk meledakkan gedung-gedung tua yang sudah tak laik pakai.
Babakan penelitian dan pengembangan tentang bom atom dimulai ketika pada tahun 1905 Albert Einstein mengumumkan teori tentang massa dan energi; tersohor sebagai teori Relativitas. Sekitar tiga setengah dekade kemudian dibuatlah beberapa bom atom pertama, bukan menggunakan uranium, melainkan plutonium.
Selanjutnya berkesinambungan uji coba bermacam jenis bom baru dengan kekuatan yang mengagumkan sekaligus mengerikan. Misalnya, tahun 1956 uji coba bom Hidrogen pertama di pulau atol Bikini, Samudera Pasifik. Disusul dua tahun kemudian uji coba peledakan nitrogen di Seymour Narrows, British Columbia, Kanada. Ledakan ini merupakan ledakan bukan nuklir terdahsyat dalam sejarah umat manusia.
Beberapa klaim terbaru bisa membuat kening berkerut. Pada 3 Februari 1998 AS berhasil menciptakan bom bernama Advanced Unitary Penetrator (AUP) yang mampu membongkar bunker. Atau 15 Juli 1999 Cina mengumumkan telah berhasil merancang teknologi pembuatan bom neutron.
Kira-kira apa jadinya Bumi dan penghuninya ini bila jenis-jenis bom berdaya ledak dan berdaya rusak tinggi itu benar-benar dipakai untuk berperang?
(int, nop 2000)