Melihat judulnya, saya belum begitu “ngeh” tentang apa yang terkandung di dalam buku ini. Namun sub judul nya mengungkap dengan jelas karena tertulis “Kisah Nyata Membesarkan Anak Menjadi Hafiz Al Qur’an dan Berprestasi“. Rupanya, setidaknya bagi saya pribadi, kata “bintang” Al Qur’an belum memberikan makna yang cukup bagi saya bahwa itu artinya “Hafiz” (hafal). Namun, terlepas dari judul, kandungan kisah nyata yang dimuat dalam buku ini sungguh memberikan inspirasi kuat bagi keluarga muslim di Indonesia. Membaca buku ini mengalir saja begitu nikmatnya sambil berdecak kagum hampir di setiap halaman buku yang saya baca melihat kisah nyata ini. Menurut saya ada tiga hal pokok yang bisa dipelajari dari buku ini.
Pertama, buku ini menguatkan keyakinan kepada kita, dan tentu saja meningkatkan iman, bahwa Al Qur’an merupakan satu-satunya landasan hidup yang harus kita yakini sekaligus jalankan dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, buku ini membuka mata hati kita bahwa keyakinan dalam memperdalam ilmu ukhrawi (akhirat) tidak hanya menambah berkah akhirat, tapi duniapun kita mendapatkannya.
Ketiga, mendidik anak-anak menjadi hafiz Qur’an ternyata bisa dilakukan oleh siapapun asal iman kita kuat dan hanya ingin mendapatkan ridhla Allah SWT.
Di tengah kesibukan pekerjaan sehari-hari, sepasang suami istri Mutammimul Ula (Mas Tamim) dan Wirianingsih (Mba Wiwi ) telah memiliki tekad kuat membangun keluarga berlandaskan Al Qur’an.
Mutammimul Ula adalah anggota DPR RI dari Fraksi PKS sedang Wirianingsih adalah Staf Departemen Kaderisasi DPP PKS sekaligus Ketua Aliansi Selamatkan Anak (ASA) Indonesia dan Ketua Umum PP Salimah (Persaudaraan Muslimah) yang cabangnya sudah tersebar pada 29 propinsi dan lebih dari 400 daerah di Indonesia.
Ini memberikan teladan kepada kita semua bahwa kedahzyatan Al Qur’an tak hanya diucapkan atau diyakini saja, namun dijalankan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari melalui sebuah keluarga. Subhanallah! Seringkali orang mengatakan bahwa Al Qur’an merupakan landasan hidupnya yang paling utama. Namun sangat jarang yang mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dengan meyakini sepenuhnya bahwa menerapkan Al Quran dalam keseharian merupakan solusi paripurna karena Al Qur’an adalah Kitabullah, berisi firman-firma Allah SWT. Dan, apa yang difirmankan Allah SWT sudah pasti 100% benar, tanpa ada sedikitpun keraguan.
Mas Tamim dan mbak Wiwi menjalani kehidupan membangun keluarga sakinah, mawadah wa rohmah melalui tarbiyah Islami yang kuat kepada anak-anaknya yang berjumlah sepuluh. Pasangan ini berani tampil beda dengan menjalankan syariat Islam secara benar. Pada saat orang belum berjilbab, mbak Wiwi telah memulainya. Termasuk pada saat menikah, pasangan ini tidak melalui proses pacaran seperti remaja dewasa ini, karena di Islam konsep pacaran sebenarnya tidak ada. Pasangan ini begitu yakin dalam meraih ilmu ukhrawi sehingga Allah SWT tak hanya memberi ganjaran akhirat namun anak-anak pasangan ini berprestasi cemerlang di dunia.
Kesepuluh orang bintang Al Qur’an itu adalah :
1. Afsalurrahman Assalam
2. Faris Jihady Hanifa
3. Maryam Qonitat
4. Scientia Afifah Taibah
5. Ahmad Rasikh ‘Ilmi
6. Ismail Ghulam Halim
7. Yusuf Zaim Hakim
8. Muhammad Syaihul Basyir
9. Hadi Sabila Rosyad
10.Himmaty Muyassarah.
PUTRA PERTAMA
Afsalurrahman Assalam adalah putra pertama. Hafal Al Qur’an pada usia 13 tahun. Saat buku ini ditulis usianya 23 tahun, semester akhir Teknik Geofisika ITB. Juara I MTQ Putra Pelajar SMU Se-Solo, Ketua Pembinaan Majelis Taklim Salman ITB dan terpilih sebagai peserta Pertamina Youth Programme 2007.
PUTRA KEDUA
Faris Jihady Hanifa. Hafal Al-Qur’an pada usia 10 tahun dengan predikat mumtaz. Saat buku ini ditulis usianya 21 tahun dan duduk di semester 7 Fakultas Syariat LIPIA. Peraih juara I lomba tahfiz Al-Qur’an yang diselenggarakan oleh kerajaan Saudi di Jakarta tahun 2003, juara olimpiade IPS tingkat SMA yang diselenggarakan UNJ tahun 2004, dan sekarang menjadi Sekretaris Umum KAMMI Jakarta.
PUTRI KETIGA
Putri ketiga. Hafal Al-Qur’an sejak usia 16 tahun. Saat buku ini ditulis usianya 19 tahun dan duduk di semester V Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar Kairo. Pelajar teladan dan lulusan terbaik Pesantren Husnul Khatimah 2006. Sekarang juga menghafal hadits dan mendapatkan sanad Rasulullah dari Syaikh Al-Azhar.
PUTRI KEEMPAT
Hafal 29 juz sejak SMA. Kini usianya 19 tahun dan duduk di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI). Saat SMP menjadi pelajar teladan dan saat SMA memperoleh juara III lomba Murottal Al-Qur’an tingkat SMA se-Jakarta Selatan.
PUTRA KELIMA
Putra kelima. Saat buku ini ditulis hafal 15 juz Al-Qur’an, dan duduk di MA Husnul Khatimah, Kuningan. Ia lulusan terbaik SMPIT Al-Kahfi, juara I Kompetisi English Club Al-Kahfi dan menjadi musyrif bahasa Arab MA Husnul Khatimah.
PUTRA KEENAM
Putra keenam. Saat buku ini ditulis hafal 13 juz Al-Qur’an, dan duduk di SMAIT Al-Kahfi Bogor. Ia lulusan terbaik SMPIT Al-Kahfi, juara lomba pidato bahasa Arab SMP se-Jawa Barat, serta santri teladan, santri favorit, juara umum dan tahfiz terbaik tiga tahun berturut-turut di SMPIT Al-Kahfi.
PUTRA KETUJUH
Putra ketujuh. Saat buku ini ditulis ia hafal 9 juz Al-Qur’an dan duduk di SMPIT Al-Kahfi, Bogor. Prestasinya antara lain: peringkat I di SDIT, peringkat I SMP, juara harapan I Olimpiade Fisika tingkat Kabupaten Bogor, dan finalis Kompetisi tingkat Kabupaten Bogor.
PUTRA KEDELAPAN
Putra kedelapan. Saat buku ini ia duduk di MTs Darul Qur’an, Bogor. Yang sangat istimewa adalah, ia sudah hafal Al-Qur’an 30 juz pada saat kelas 6 SD.
Sedang Himmaty Muyassarah adalah putri kesepuluh. Saat buku ini ditulis dia bersekolah di SDIT Al-Hikmah, Mampang, Jakarta Selatan dan hafal 2 juz Al-Quran.
PUTRA KESEMBILAN
Putra kesembilan. Saat buku ini ditulis ia bersekolah di SDIT Al-Hikmah, Mampang, Jakarta Selatan dan hafal 2 juz Al-Qur’an. Diantara prestasinya dalah juara I lomba membaca puisi.
PUTRI KESEPULUH
Putri kesepuluh. Saat buku ini ditulis ia bersekolah di SDIT Al-Hikmah, Mampang, Jakarta Selatan dan hafal 2 juz Al-Qur’an.
Kesemuanya adalah anak-anak yang berprestasi tak hanya di sekolah namun juga di kegiatan organisasi keIslaman. Subhanallah …!
Ternyata, mendidik anak-anak menjadi hafiz Al Qur’an sangatlah mungkin dilakukan. Mengapa? Ada kabar baik yang perlu saya sampaikan, setelah membaca buku ini bahwa: pasangan mas Tamim dan mbak Wiwi ini bukanlah hafiz Al Qur’an. Artinya apa? Bagi Anda yang tak hafiz Al Qur’an sebagai orang tua, tak perlu berkecil hati, belajarlah dari buku kecil bermanfaat luar biasa ini. Syaratnya hanya satu saja: Anda YAKIN seratus persen bahwa Al Qur’an merupakan landasan hidup yang paling benar dan wajib dijalankan. Kalau Anda ragu, atau sekedar “nice to have” saja, ya mana mungkin Anda bisa mendidik anak sebagai hafiz Al Qur’an. Mungkin Anda bertanya, kenapa musti dihafal sih Al Qur’an itu? Yang penting kan dipahami dan dijalankan, betul? Ya betul tapi kurang tepat karena ternyata ada tingkatannya:
1. Meyakini
2. Membaca dengan tartil
3. Memahaminya
4. Mengamalkannya
5. Memperjuangkan, menyebarkan, mendakwahkan, dan
6. Menghafalkannya.
Terus, mau tahu resepnya bagaimana mas Tamim dan mbak Wiwi membangun keluarganya? Ini dia:
**Tidak ada Televisi di dalam rumah**
**Tidak ada gambar syubhat karena malaikat tak mau masuk rumah yang ada gambar syubhat**
**Tidak ada musik-musik laghwi yang menyebabkan lalai kepada Allah dan diganti dengan musik Islami seperti nasyid**
**Tidak ada ucapan-ucapan kotor dan diganti dengan ucapan-ucapan baik.**
Masih ada resep lainnya dan rasanya tak kan ada habisnya dibahas disini. Saya sarankan Anda membaca sendiri bukunya. Tak akan rugi membacanya karena ini sama saja dengan menuntut ilmu.
Pertama, buku ini menguatkan keyakinan kepada kita, dan tentu saja meningkatkan iman, bahwa Al Qur’an merupakan satu-satunya landasan hidup yang harus kita yakini sekaligus jalankan dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, buku ini membuka mata hati kita bahwa keyakinan dalam memperdalam ilmu ukhrawi (akhirat) tidak hanya menambah berkah akhirat, tapi duniapun kita mendapatkannya.
Ketiga, mendidik anak-anak menjadi hafiz Qur’an ternyata bisa dilakukan oleh siapapun asal iman kita kuat dan hanya ingin mendapatkan ridhla Allah SWT.
Di tengah kesibukan pekerjaan sehari-hari, sepasang suami istri Mutammimul Ula (Mas Tamim) dan Wirianingsih (Mba Wiwi ) telah memiliki tekad kuat membangun keluarga berlandaskan Al Qur’an.
Mutammimul Ula adalah anggota DPR RI dari Fraksi PKS sedang Wirianingsih adalah Staf Departemen Kaderisasi DPP PKS sekaligus Ketua Aliansi Selamatkan Anak (ASA) Indonesia dan Ketua Umum PP Salimah (Persaudaraan Muslimah) yang cabangnya sudah tersebar pada 29 propinsi dan lebih dari 400 daerah di Indonesia.
Ini memberikan teladan kepada kita semua bahwa kedahzyatan Al Qur’an tak hanya diucapkan atau diyakini saja, namun dijalankan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari melalui sebuah keluarga. Subhanallah! Seringkali orang mengatakan bahwa Al Qur’an merupakan landasan hidupnya yang paling utama. Namun sangat jarang yang mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dengan meyakini sepenuhnya bahwa menerapkan Al Quran dalam keseharian merupakan solusi paripurna karena Al Qur’an adalah Kitabullah, berisi firman-firma Allah SWT. Dan, apa yang difirmankan Allah SWT sudah pasti 100% benar, tanpa ada sedikitpun keraguan.
Mas Tamim dan mbak Wiwi menjalani kehidupan membangun keluarga sakinah, mawadah wa rohmah melalui tarbiyah Islami yang kuat kepada anak-anaknya yang berjumlah sepuluh. Pasangan ini berani tampil beda dengan menjalankan syariat Islam secara benar. Pada saat orang belum berjilbab, mbak Wiwi telah memulainya. Termasuk pada saat menikah, pasangan ini tidak melalui proses pacaran seperti remaja dewasa ini, karena di Islam konsep pacaran sebenarnya tidak ada. Pasangan ini begitu yakin dalam meraih ilmu ukhrawi sehingga Allah SWT tak hanya memberi ganjaran akhirat namun anak-anak pasangan ini berprestasi cemerlang di dunia.
Kesepuluh orang bintang Al Qur’an itu adalah :
1. Afsalurrahman Assalam
2. Faris Jihady Hanifa
3. Maryam Qonitat
4. Scientia Afifah Taibah
5. Ahmad Rasikh ‘Ilmi
6. Ismail Ghulam Halim
7. Yusuf Zaim Hakim
8. Muhammad Syaihul Basyir
9. Hadi Sabila Rosyad
10.Himmaty Muyassarah.
PUTRA PERTAMA
Afsalurrahman Assalam adalah putra pertama. Hafal Al Qur’an pada usia 13 tahun. Saat buku ini ditulis usianya 23 tahun, semester akhir Teknik Geofisika ITB. Juara I MTQ Putra Pelajar SMU Se-Solo, Ketua Pembinaan Majelis Taklim Salman ITB dan terpilih sebagai peserta Pertamina Youth Programme 2007.
PUTRA KEDUA
Faris Jihady Hanifa. Hafal Al-Qur’an pada usia 10 tahun dengan predikat mumtaz. Saat buku ini ditulis usianya 21 tahun dan duduk di semester 7 Fakultas Syariat LIPIA. Peraih juara I lomba tahfiz Al-Qur’an yang diselenggarakan oleh kerajaan Saudi di Jakarta tahun 2003, juara olimpiade IPS tingkat SMA yang diselenggarakan UNJ tahun 2004, dan sekarang menjadi Sekretaris Umum KAMMI Jakarta.
PUTRI KETIGA
Putri ketiga. Hafal Al-Qur’an sejak usia 16 tahun. Saat buku ini ditulis usianya 19 tahun dan duduk di semester V Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar Kairo. Pelajar teladan dan lulusan terbaik Pesantren Husnul Khatimah 2006. Sekarang juga menghafal hadits dan mendapatkan sanad Rasulullah dari Syaikh Al-Azhar.
PUTRI KEEMPAT
Hafal 29 juz sejak SMA. Kini usianya 19 tahun dan duduk di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI). Saat SMP menjadi pelajar teladan dan saat SMA memperoleh juara III lomba Murottal Al-Qur’an tingkat SMA se-Jakarta Selatan.
PUTRA KELIMA
Putra kelima. Saat buku ini ditulis hafal 15 juz Al-Qur’an, dan duduk di MA Husnul Khatimah, Kuningan. Ia lulusan terbaik SMPIT Al-Kahfi, juara I Kompetisi English Club Al-Kahfi dan menjadi musyrif bahasa Arab MA Husnul Khatimah.
PUTRA KEENAM
Putra keenam. Saat buku ini ditulis hafal 13 juz Al-Qur’an, dan duduk di SMAIT Al-Kahfi Bogor. Ia lulusan terbaik SMPIT Al-Kahfi, juara lomba pidato bahasa Arab SMP se-Jawa Barat, serta santri teladan, santri favorit, juara umum dan tahfiz terbaik tiga tahun berturut-turut di SMPIT Al-Kahfi.
PUTRA KETUJUH
Putra ketujuh. Saat buku ini ditulis ia hafal 9 juz Al-Qur’an dan duduk di SMPIT Al-Kahfi, Bogor. Prestasinya antara lain: peringkat I di SDIT, peringkat I SMP, juara harapan I Olimpiade Fisika tingkat Kabupaten Bogor, dan finalis Kompetisi tingkat Kabupaten Bogor.
PUTRA KEDELAPAN
Putra kedelapan. Saat buku ini ia duduk di MTs Darul Qur’an, Bogor. Yang sangat istimewa adalah, ia sudah hafal Al-Qur’an 30 juz pada saat kelas 6 SD.
Sedang Himmaty Muyassarah adalah putri kesepuluh. Saat buku ini ditulis dia bersekolah di SDIT Al-Hikmah, Mampang, Jakarta Selatan dan hafal 2 juz Al-Quran.
PUTRA KESEMBILAN
Putra kesembilan. Saat buku ini ditulis ia bersekolah di SDIT Al-Hikmah, Mampang, Jakarta Selatan dan hafal 2 juz Al-Qur’an. Diantara prestasinya dalah juara I lomba membaca puisi.
PUTRI KESEPULUH
Putri kesepuluh. Saat buku ini ditulis ia bersekolah di SDIT Al-Hikmah, Mampang, Jakarta Selatan dan hafal 2 juz Al-Qur’an.
Kesemuanya adalah anak-anak yang berprestasi tak hanya di sekolah namun juga di kegiatan organisasi keIslaman. Subhanallah …!
Ternyata, mendidik anak-anak menjadi hafiz Al Qur’an sangatlah mungkin dilakukan. Mengapa? Ada kabar baik yang perlu saya sampaikan, setelah membaca buku ini bahwa: pasangan mas Tamim dan mbak Wiwi ini bukanlah hafiz Al Qur’an. Artinya apa? Bagi Anda yang tak hafiz Al Qur’an sebagai orang tua, tak perlu berkecil hati, belajarlah dari buku kecil bermanfaat luar biasa ini. Syaratnya hanya satu saja: Anda YAKIN seratus persen bahwa Al Qur’an merupakan landasan hidup yang paling benar dan wajib dijalankan. Kalau Anda ragu, atau sekedar “nice to have” saja, ya mana mungkin Anda bisa mendidik anak sebagai hafiz Al Qur’an. Mungkin Anda bertanya, kenapa musti dihafal sih Al Qur’an itu? Yang penting kan dipahami dan dijalankan, betul? Ya betul tapi kurang tepat karena ternyata ada tingkatannya:
1. Meyakini
2. Membaca dengan tartil
3. Memahaminya
4. Mengamalkannya
5. Memperjuangkan, menyebarkan, mendakwahkan, dan
6. Menghafalkannya.
Terus, mau tahu resepnya bagaimana mas Tamim dan mbak Wiwi membangun keluarganya? Ini dia:
**Tidak ada Televisi di dalam rumah**
**Tidak ada gambar syubhat karena malaikat tak mau masuk rumah yang ada gambar syubhat**
**Tidak ada musik-musik laghwi yang menyebabkan lalai kepada Allah dan diganti dengan musik Islami seperti nasyid**
**Tidak ada ucapan-ucapan kotor dan diganti dengan ucapan-ucapan baik.**
Masih ada resep lainnya dan rasanya tak kan ada habisnya dibahas disini. Saya sarankan Anda membaca sendiri bukunya. Tak akan rugi membacanya karena ini sama saja dengan menuntut ilmu.