| Mera Naam Joker: Sungguh, Kami Semua Usamah!

Rabu, 21 November 2012

Sungguh, Kami Semua Usamah!



Sungguh, Kami Semua Usamah!


Hari ini beredar sebuah petikan kalimat di media-media nasional, yakni sebuah pernyataan santri Darul Akhfiya’ ketika ditanya wartawan, kenapa nama dirinya adalah usamah? Kok mau dipanggil dengan nama usamah? Dengan tenang santri yang telah hafal 10 juz ini menjawab, “saya mengidolakan usamah bin laden!”.

Benar! kami boleh mengidolakan siapa saja, tidak dilarang oleh negara ini ataupun kalian jika kami mengidolakan Che Guevara atau Fidel Castro, negara juga tidak akan berani melarang kami jika kami mengidolakan Lenin, memakai baju berlambang Nazi, atau mengutip perkataan-perkataan Mussolini. Tidak dilarang juga jika kami membenci presiden Soeharto, atau sayang dengan presiden tersebut.  Kalian juga tidak bisa melarang kami, jika kami lebih ngefans dan sayang sama si Justin Bieber daripada SBY, Tidak bisa dilarang! Karena ini merupakan PERASAAN PRIBADI diri kami masing-masing terhadap sosok yang kami idolakan tersebut. Negara ataupun kalian tidak ada hak untuk melarang kami semua untuk tidak mengidolakan sosok tertentu...

Dan jika pada hari ini kami telah diberikan taufik dan hidayah olehNya dan SADAR kemana seharusnya kami ngefans dan mengidolakan seseorang, lalu kami memilih Usamah Bin Laden sebagai idola! Masalah buat lo?

Sungguh, jika kami ke kampus atau ke tempat-tempat umum, kami akan memakai baju bergambar Usamah!

Sungguh, kami akan minta teman-teman kami untuk memanggil kami dengan nama Usamah!

Sungguh, kami akan terang-terangan mengatakan bahwa idola kami adalah Usamah!

Sungguh, anak laki-laki kami akan kami beri nama Usamah!

Sungguh, kami akan ajarkan mereka keberanian seperti Usamah!

Sungguh kami tidak malu mengatakannya, setiap dari kami adalah Usamah!


Ketika Kami Belum Mengenal Usamah

Sebelum kami mengenal Usamah bin Laden, saat itu serangan bertubi-tubi ditujukan terhadap “jihad” oleh kalian wahai musuh-musuh Allah, dikatakan oleh kalian bahwa agama Muhammad ditegakkan dengan pedang!  Agama teror!

Sementara pada saat itu  kondisi kami dalam keadaan lemah dan bodoh karena sulit bagi kami untuk mendapatkan ulama yang jujur.  Maka kamipun mulai merasa malu dan takut menyebut kata jihad.  Jika kami disudutkan dengan dikatakan oleh kalian bahwa agama Islam adalah adalah agama teror, maka kamipun menjawab : “Tidak…!
(kemudian berdalil)
“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik”. (QS. An Nahl : 125)

Lalu kalian katakan : “Agama ini memusuhi orang kafir (Yahudi dan Nasrani)!” 
Kami menjawab:  “Tidak…!”, 
Lalu kami berdalil dengan firman Allah Ta’ala :

“Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani”. (QS. Al Maidah : 82)

Maka demikianlah, sedikit demi sedikit gambaran jihad mulai kabur dalam benak kami.  Dan akhirnya kami memahami bahwa agama Islam adalah agama tanpa kekerasan.

Setelah Kami Mengenal Usamah

Itulah diri kami saat itu, namun sosok Usamah hadir dan mengajarkan pemahaman islam yang benar kepada kami, mengajarkan dengan tetesan darah dan air mata, bahkan hingga kehilangan nyawanya. Bahwa sesungguhnya, islam tidaklah demikian! Sungguh kami lebih tinggi dari kalian wahai orang-orang kafir! Sungguh kami lebih terhormat dari kalian wahai orang-orang kafir!

Memang benar, “Laa ikraaha fid diin” (Tidak ada paksaan untuk masuk Islam).  Akan tetapi kapan tidak ada paksaan dalam agama itu berlaku???  Yakni sesudah kami mempergunakan pedang untuk menghilangkan segala rintangan politik maupun ekonomi.  Batu sandungan besar yang menghalangi umat manusia dengan agama Allah 'Azza wa Jalla.  Mesti lebih dahulu dimulai dengan jalan peperangan, mesti lebih dulu banyak membunuh musuh di muka bumi, dan mesti lebih dahulu menyembelih mereka (yakni orang-orang kafir).

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

 “Aku datang kepada kalian dengan membawa  perintah untuk menyembelih orang-orang kafir”. ( HR. Ahmad - Shahih al Jami’ Ash Shaghir 4174)

Ya, memang menyembelih!.  Adapun menyembelih menurut syari’at Islam harus dimulai dengan ucapan : “Bismillahi Allahu Akbar”, artinya dengan menyebut nama Allah Yang Maha Besar.

Allah menegur Nabi SAW, ketika beliau hendak membebaskan para tawanan dalam Perang Badar.   Yakni sesudah beliau saw. bermusyawarah dengan para sahabat, dimana   sebagian diantara mereka berpendapat agar beliau membebaskan para tawanan itu dengan minta tebusan kepada kaum musyrikin.  Beliau menyetujuinya.  Sedangkan Umar mengajukan pendapat agar semua tawanan tersebut dibunuh saja.  Kata Umar : “Berikan keluarga dekatku si Fulan padaku dan berikan ‘Aqil kepada Ali, dan berikan Abdurrahman kepada bapaknya, yakni Abu Bakar.  Kemudian kita bunuh mereka supaya mereka tidak memerangi kita untuk selamanya”.  Sebagian menyetujui usulan Umar, akan tetapi Nabi saw. tidak setuju. Maka turunlah ayat Al Qur'an mendukung pendapat Umar dan menolak pendapat Nabi SAW serta sahabat yang lain.

“Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Al Anfal : 67)

Mesti dengan membunuh dan berperang.  Dan mesti dengan menggunakan pedang (senjata).  Memang benar agama Islam tegak dengan pedang.  Akan tetapi mengapa mempergunakan pedang/senjata?  Yakni untuk menghilangkan keangkaramurkaan para penguasa-penguasa thaghut di muka bumi.  Baru sesudah penguasa-penguasa thaghut itu dapat disingkirkan, maka saat itulah Islam ditawarkan kepada rakyat seraya membaca ayat dibawah ini;

 “Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”. (QS. Al Kahfi : 29)

 “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Taghut dan beriman kepada Allah, maka sesunguhnya ia tela berpegang kepada buhul tali yang amat kuat”. (QS. Al Baqarah : 256)

Barangsiapa yang mau masuk agama Allah, maka silahkan dia masuk.  Dan barangsiapa yang mau membayar jizyah, maka silakan dia membayar jizyah dengan hina.

Para penguasa thaghut tidak mungkin akan membolehkan kami menyampaikan agama Allah sebagaimana saat diturunkan.  Pasti mereka tidak akan mengizinkan.  Jika demikian, maka kami harus banyak membunuh musuh.  Kami mesti berperang lebih dahulu.

Apakah agama ini agama teror?  Ya, memang teror!  Orang-orang Islam memang teroris!. Kami  memang teroris!. Sebab meneror (membuat takut atau gentar) itu adalah kewajiban dari Allah 'Azza wa Jalla. 

Allah Ta’ala berfirman :

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu meneror musuh Allah dan musuh kamu…” (QS. Al Anfal : 60)

Jika tidak ada perang, jika tidak ada upaya untuk menggentarkan orang-orang kafir, maka sudah pasti mereka tidak akan menghormati kami.

Rasulullah SAW bersabda :

 “Dan sungguh Allah benar-benar akan mencabut dari hati musuh-musuh kalian rasa takut mereka terhadap kalian. Dan Allah juga akan mencampakkan al wahn ke dalam hati kalian”.  Mereka bertanya : “Wahai Rasulullah, apakah al wahn itu?” 

Beliau menjawab : “Cinta dunia dan takut mati”.

Dalam riwayat Ahmad disebutkan:

“Cinta kalian terhadap dunia dan takut terhadap perang”. (HR An Nasaa’i dan At Tirmidzi, dan dia menghasankan hadits tersebut)

Tanpa perang, musuh-musuh kami tidak akan gentar kepada kami, agama kami tidak akan menang, dan kami tidak akan eksis dalam kehidupan ini.  Kalian mengatakan ; “Orang-orang Islam, mereka itu adalah orang-orang yang berdosa.  Mereka membunuh dengan cara sembunyi-sembunyi (menyergap)”. Dan macam-macam perkataan lain. Padahal, al ightiyalat (membunuh dengan cara menyergap) adalah kewajiban yang termaktub di dalam Al Qur’an juga. 
Allah Ta’ala berfirman :

 “Bunuhlah orang-orang musyirikin di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah mereka dari semua tempat pengintaian”. (QS. At Taubah : 5)

Berkata Al Qurthubi : “Ayat ini menunjukkan bahwa al ightiyalat itu wajib.  Yakni membunuh mereka dengan cara tipuan. Waq’udu lahum kulla marshadin, maksudnya : bersembunyilah kalian dan sergaplah mereka dengan jalan mengendap. 

Jadi kami tidak perlu lagi malu/takut mengatakan bahwa agama kami tegak dengan pedang.  Itu memang benar.  Orang yang tidak mempercayai perkara ini, maka sesungguhnya dia tidak mengetahui watak agama ini.  Dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ahmad dan yang lain disebutkan, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda :

“Aku diutus menjelang hari kiamat dengan membawa pedang” (Shahih al Jami Ash Shaghir 2831)

Bi’tsah (misi kenabian) adalah rahmat, akan tetapi bersama misi kenabian itu juga diangkat pedang. “Wa maa arsalnaaka illa rahmataan lil ‘aalamien”, (Dan tiadalah Kami utus kamu kecuali untuk menjadi rahmat bagi segenap alam).  Akan tetapi misi risalah itu disertai dengan pedang.  Mengapa harus disertai membawa pedang?  “Hatta yu’badallaha wahdahu laa syariika lahu” (Sehingga Allah disembah sendirian saja, dan tidak ada sekutu bagi-Nya). Demikian yang diajarkan oleh guru jihad kami, Abdullah Azzam lalu dihidupkan kembali oleh Usamah.

Sungguh pemikiran Usamah di bawah panji-panji hitamnya telah merasuki hampir seluruh kaum muslimin di dunia ini, tidak terkecuali kami di Indonesia ini. Oleh karena itu saya tidak malu mengatakan bahwa saya adalah Usamah, dan tidak malu juga mengatakan bahwa islam adalah agama teroris, dan tidak akan pernah malu dan ragu, untuk menegakkan islam dengan pedang! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
--------------------------------------
Catatan : Mengidolakan disini bukan berarti mengkultuskan ulama, namun ada batasan syar’inya.. sungguh kami mengidolakan Rasulullah, para sahabat dan seluruh kaum muslimin yang berjuang fie sabilillah di mana saja. Dan berharap kami dapat mengikuti jejak-jejak mereka dalam beramal sholeh.
Comments
0 Comments