Nabi Muhammad selalu menyegerakan berbuka puasa ( ifthar ) dan tidak menunda-nunda berbuka ketika matahari telah terbenam sebagai pertanda masuknya waktu shalat Maghrib.
Menyegerakan berbuka puasa itu sejalan dengan fitrah manusia yang ingin cepat menghilangkan rasa haus dan laparnya setelah seharian berpuasa. Dan, dalam mengakhirkan berbuka, terdapat penambahan waktu berpuasa yang tidak ada manfaat syar’inya.
Sahl bin Sa’d meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Manusia itu akan terus berada dalam kebaikan selagi dia menyegerakan berbuka puasa.” ( HR Bukhari dan Muslim ). Tindakan itulah yang selalu dilakukan oleh Nabi ketika berpuasa. Tapi, beliau tidak memulainya dengan makanan yang berat. Nabi memulai berbuka dengan memakan kurma basah ( ruthab ) jika memang ada. Kalau tidak ada, beliau berbuka dengan kurma kering.
Dan, terkadang beliau tidak memiliki itu semua. Jika hal itu terjadi, Nabi berbuka dengan minum beberapa teguk air untuk menghilangkan rasa hausnya.
Dengan demikian, ada dua tahap berbuka yang dijalankan Rasulullah. Pertama, beliau menyegerakan berbuka ( takjil ) dengan memakan beberapa biji kurma, tetapi kalau tidak ada, berbuka dengan beberapa teguk air. Selanjutnya, beliau segera melaksanakan shalat Maghrib di masjid secara berjamaah bersama para sahabatnya. Kedua, usai shalat barulah beliau memakan makanan berat apa yang ada di rumahnya.
Jadi, beliau menyatukan antara sunah menyegerakan berbuka dengan keutamaan melakukan shalat pada awal waktunya. Dalam satu riwayat dijelaskan, dari Abi ‘Atiyyah, ia berkata, “Saya dan Masruq menemui Aisyah. Kami berkata, ‘Wahai Ummul mu’minin, dua orang dari sahabat Rasulullah, salah seorang menyegerakan berbuka dan menyegerakan shalat dan seorang lagi mengakhirkan berbuka dan mengakhirkan shalat. Aisyah menjawab, ‘Siapa yang menyegerakan berbuka dan menyegerakan shalat?’ Kami menjawab, ‘Abdullah yaitu Ibnu Mas’ud’. Aisyah menjawab, ‘Demikianlah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW’.” ( HR Muslim ).
Pola konsumsi dan pola kuliner yang dicontohkan Rasulullah bukan sekadar berdampak sehat dan sesuai fitrah saja, melainkan menjadi ibadah bagi yang senantiasa menjadikan Rasulullah teladan hidup dalam segala hal.
Tentunya tidak lupa membaca doa ketika berbuka sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah, seperti tercantum dalam hadis dari Marwan al-Muqaffa. Ia berkata, “Saya melihat Abdullah bin Umar memegang jenggotnya lalu memotong yang lebih dari genggamannya dan berkata, ‘Rasulullah SAW jika berbuka beliau mengucapkan, Telah hilang rasa dahaga dan telah basah kerongkongan, serta telah tetap pahala, insya Allah’.”
Wallahu a’lam bish-shawab