| Mera Naam Joker: SIMBOL SAINS DI DALAM AL QUR'AN V

Sabtu, 11 Desember 2010

SIMBOL SAINS DI DALAM AL QUR'AN V

KEUNGGULAN SAINS PADA AYAT-AYAT SUMPAH DI DALAM AL QUR'AN:(Oleh: Med HATTA)

BAB V
BUKIT THUR SINAI DAN SEGITIGA BERMUDA
Al Qur’an apabila menceritakan peristiwa masa lalu kita harus percaya, karena itu adalah kalam Allah yang tidak dapat di ragukan kebenarannya, sekalipun peristiwa itu tidak dapat di saksikan. Tetapi kalau Allah memberitakannya, maka tidak ada interpertasi lain, misalnya mengatakan Dia telah menenggelamkan bukit Thur di dalam bumi, sesungguhnya bukit tersebut benar-benar telah ditenggelamkan dalam perut bumi sebagaimana di katakan-NYA.

Yang harus kita cermati dari berita Al Qur’an mengetahui maksud dibalik pengertian yang terkandung dalam bahasa arab, kemudian mengetahui urgensi berita dan peristiwa tersebut. Serta mengamati dampaknya lewat gejala alam dan lingkungan.

Inilah yang ingin penulis kaji dari peristiwa yang di ceritakan oleh surah Ath Thur tersebut:
PASAL 1, BUKIT THUR SINAI BERGUNCANG
Al Qur’an menceritakan bahwa bukit Thur benar-benar telah ditenggelamkan dalam perut bumi, kemudian setelah itu di angkat mengambang di antara langit dan bumi seakan-akan memayungi bangsa Israel. Setelah itu dikembalikan ketempat semula sebagaimana kita saksikan di Sinai – Mesir sekarang.

Allah berfirman :
  • “Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkat (bukit Thur) di atasmu...” (Q.S: Al Baqarah: 63).
  • “Dan (ingatlah), ketika Kami mengangkat bukit ke atas mereka seakan-akan bukit itu naungan awan dan mereka yakin bahwa bukit itu akan jatuh menimpa mereka …” (Q.S: Al-A’raf: 171).
Adapun peristiwa bukit Thur Sinai berguncang, Allah berfirman: “… Tatkala Tuhannya menampakan kekuasaan-Nya kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu "dakkan" (hancur luluh) dan Musa-pun jatuh pingsan” (Q.S: Al A’raf: 143).

Kata kunci dari ayat ke-143 surah Al-A’raf di atas adalah «dakkan» (bukit tenggelam dalam perut bumi), berasal dari kata dasar bahasa arab «dakka», yaitu sesuatu yang dihantam dari ketinggian terus tenggelam hingga rata dengan tanah.

Gunung merupakan pasak bumi, akarnya tertancap dalam perut bumi sekitar dua-pertiga dari ketinggiannya (menurut teori sains), yaitu jika sesuatu di hantam dari ketinggian yang tak terjangkau, maka sepertiga yang nampak dari semua permukaannya masuk dalam perut bumi, atau gunung tersebut terguncang dahsyat hingga tenggelam semua dalam perut bumi dan hancur luluh rata dengan tanah.

Kita tidak ada pradiksi lain dari peristiwa ini, bahkan yakin bahwa peristiwa yang diceritakan Al Qur’an tersebut benar-benar telah terjadi. Bukit Thur benar-benar telah tenggelam dan berguncang dahsyat dalam perut bumi sedalam tinggi bukit (dari akar sampai ke puncak), nabi Musa tidak cedera apa-apa berkat perlindungan Allah, akan tetapi pengaruh guncangan dahsyat dari bukit tersebut membuat dia pingsan selama 10 hari, yang mengakibatkan terlambat pulang menemui kaumnya. Sedianya nabi Musa pergi munajat ke bukit Thur memenuhi undangan Tuhannya untuk menerima Al Kitab selama 30 hari, tetapi karena pingsan selama 10 hari, maka genaplah 40 hari dia meninggalkan kaumnya. (Lihat: Q.S: Al-A‘raf: 142). Wallahua'lam.

Allah Maha Perkasa tiada kekuatan apa-pun yang mampu menandingi keperkasaan-NYA. Secara teoritis, akibat tenggelam dan terguncangnya bukit Thur segala sesuatu yang berada di dalam perut bumi, yaitu di bawah bukit Thur bergerak dan berhamburan keluar menjulang ke atas, mengeluarkan isi perut bumi sebanyak besarnya bukit yang masuk.
Fakta ilmiyah membuktikan apabila bukit atau gunung berguncang, magma yang terkandung di dalam kamar magmar di bawah gunung meletus keluar sebagai lahar atau lava. Karena guncangan bukit Thur sangat dahsyat, maka semburannya berupa gas metana mengalir keras membentuk "tambang metana". Tambang ini terbentuk kalau gas metana menumpuk di bawah dasar laut yang tak dapat ditembusnya. Gas ini dapat lolos tiba-tiba kalau dasar laut retak. Lolosnya tidak kepalang tanggung. Dengan kekuatan yang luar biasa, tumpukan gas itu menyembur ke permukaan sambil merebus air, membentuk senyawaan metanahidrat. (Lihat: teori Bill Dillon dari U.S. Geological Survey, Woods Hole Field Center).

Kita masih akan kembali menjelaskan dampak dari peristiwa bukit Thur ini pada lanjutan ayat-ayat sumpah yang terdapat pada surah Ath Thur, yang mana peristiwa-peristiwa yang di ceritakan oleh ayat-ayat sumpah di surah ini saling terkait satu sama lain, yaitu: “Demi Bukit Thur, dan Kitab yang tuliskan, pada lembaran yang terbuka, dan demi Baitul Ma’mur (Ka’bah), dan atap yang diangkat, dan laut yang di dalam lapisannya mengandung api”.

Dan kajian ini sengaja penulis batasi, tidak mengulas secara detail ayat-ayat sumpah nomor: (2, 3 dan 4), yaitu tentang "Kitab" (Al Qur’an) dan "Baitul Ma’mur" (Ka’bah), karena sebenarnya keduanya lebih kaya dari segala definisi manusia. Al Qur’an misalnya merupakan bacaan, petunjuk, sumber hukum utama, aqidah dan kajian yang paling di minati dan berpengaruh besar dalam peradaban manusia sejak di turunkan 14 abad yang lalu hingga kini, bahkan sampai hari kiamat besar kelak.

Sedangkan Ka’bah merupakan kiblat seluruh umat Islam sedunia, dan rumah ibadah yang paling banyak di kunjungi/ di rindukan umat manusia dan bangsa jin dari berbagai penjuru dunia sepanjang tahun terutama di musim haji. Kedua pusaka ini punya pembahasan tersendiri, bagi yang ingin memperluas silahkan buka Tafsir dan dan buku-buku aqidah serta sejarah.

PASAL 2, ATAP YANG DI ANGKAT (KERAK BUMI)
Al Qur’an bersumpah pada ayat ke-5 surah Ath-Thur: "Was-Saqfi al-marfu'i" (Demi atap yang di angkat), kebanyakan ahli Tafsir menafsirkan sebagai langit. Tetapi di sini penulis cenderung menafsirkan kalimat “as-saqfi”– Wallahua’lam - sebagai (kerak bumi1). Mengingat hal yang di sumpahkan “as-saqfi” ini bukan bentuk “nakirah”, yaitu istilah dalam bahasa arab sesuatu yang bisa multi interpertasi, dan bukan plural menunjukkan sesuatu yang banyak. Kalimat “as-saqfi” di sini berbentuk single dan “ma'rifah” dengan “alif dan lam”, menunjukkan bahwa dia adalah satu kesatuan tertentu, tiada duanya, khusus di maksudkan oleh Allah SWT sebagai suatu hal atau nama tertentu, yaitu kerak bumi.

Tidak ada dalil menjelaska bahwa “was-saqfi al-marfu’i” di sini di tafsirkan langit, yang ada hanyalah interpertasi perorongan saja, dan tidak ada juga hadits dari nabi SAW serta dari Al Qur’an menunjukkan hal itu. Kecuali hanya ada satu ayat Al Qur’an: “waja’alna as-samaa saqfan mahfudzan” (Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara…): Q.S: Al Anbiya: 32). Tetapi “saqfan” (atap) di sini nakirah dan “mahfudzan” (terpelihara) juga nakirah, yaitu memungkinkan adanya beberapa jumlah atap, misalnya atap perisai atau atap yang tinggi dan atap-atap yang lain…dst, yang oleh ahli tafsir di tafsirkan langit.
Penyusun Tafsir “Fi dzilali Al Qur’an”, Sayyid Quthub lebih melegakan dan menjelaskan bahwa “was-saqfi al-marfu’i” di sini mungkin di maksudkan suatu atap tertentu bukan langit. Dari segi bahasa bahwa setiap sesuatu berada di atas sesuatu di katakan sebagai tutup atau atapnya. Allah tidak mengatakan Kami jadikan langit sebagai atap yang di tinggikan, dan kalimat “was-saqfi al-marfu’i” tidak berulang di dalam Al Qur’an kecuali hanya sekali saja, yaitu pada tema yang kita kaji ini. Artinya yang di maksudkan adalah satu penutup tertentu, yaitu «kerak bumi» - sebagaimana di tafsirkan di atas - berada di bawa dasar laut Atlantik sekitar bukit Thur, yang membendung isi bumi berupa gas metana dan jenis-jenis gas berbahaya lainnya yang menumpuk layaknya "tambang metana".

Karena dahsyatnya guncangan Bukit Thur, pada awal kenabian Musa as, akibat hantaman kuat dari atas, maka isi perut bumi berhamburan keluar tiada sesuatu kekuatan apapun yang dapat membendungnya. Akibatnya «kerak bumi», yang istilah Al Qur’an-nya “was saqfi al marfu’i” yang sangat kokoh itupun retak atau di angkat, seakan-akan Allah ingin menyelamatkan kawasan bukit Thur dan memindahkan bahayanya ke bagian bumi yang lain di perairan Atlantik “Segitiga Bermuda?”. Dengan demikian gas metana dapat lolos mengalir tidak kepalang tanggung, dengan kekuatan yang luar biasa tumpukan gas itu menyembur ke permukaan sambil merebus air, membentuk senyawaan metanahidrat.
PASAL 3, SEGITIGA BERMUDA
Al Qur’an bersumpah pada ayat ke-6 surah Ath-Thur “Laut yang di bawah tanahnya mengandung api”, yang dimaksud – Wallahua’lam – adalah wilayah lautan di Samudera Atlantik kawasan Bermuda, atau sering disebut (Segitiga Bermuda). Seperti apakah Segitiga Bermuda tersebut?

Hakikat Segitiga Bermuda:
Pada masa pelayaran Christopher Colombus, ketika melintasi area segitiga Bermuda, salah satu awak kapalnya mengatakan melihat “cahaya aneh berkemilau di cakrawala”. Beberapa orang mengatakan telah mengamati sesuatu seperti meteor. Dalam catatannya ia menulis bahwa peralatan navigasi tidak berfungsi dengan baik selama berada di area.

Konon, dulu ketika samudera masih diarungi para pelaut pemberani dengan kapal kayu, sudah ada yang menuturkan tentang suatu wilayah di Samudera Atlantik yang tidak beres. Yaitu Laut Sargaso yang kadang-kadang tidak ada angin yang bertiup sedikit pun sampai lama sekali, sehingga kapal layar zaman itu tidak bisa jalan. Padahal laut penuh dengan ganggang raksasa yang daunnya mengapung seperti tangan-tangan ribuan ular naga. Tamatlah riwayat kapal yang terlalu lama tertahan, karena dindingnya dirambati tumbuhan raksasa berdaun seperti tangan-tangan ular naga. Akhirnya awak kapal kayu tersebut kelaparan dan mati pelan-pelan.

Ada juga kapal hantu yang tetap mengapung di laut tetapi tidak ada seorang awak pun yang mengendalikannya. Kapal itu mungkin sudah ditinggalkan oleh awaknya yang mencoba berenang mencapai pantai, tapi tidak berhasil. Sebab, tidak ditemukan sisanya secuil pun.

Kisah semacam itu tidak diragukan lagi hanya didengarkan (atau dibaca) sebagai legenda, tapi tidak dipercaya. Namun, anehnya sampai sekarang pun masih saja ada yang beredar, dan dibaca atau diperbincangkan dalam pertemuan-pertemuan ilmiah. Kadang tentang kapal yang terbalik karena salah menempatkan muatan dalam palka kapal. Atau tentang kapal yang tiba-tiba kehilangan arah dalam cuaca yang tiba-tiba saja menjadi buruk, lalu tak dapat mengatasi musibah karena kondisi kapal memang buruk, kurang perawatan.

Tetapi yang lebih aneh ialah, ada beberapa kapal modern yang sebenarnya sangat layak laut, namun begitu toh ditinggalkan juga oleh awak kapalnya. Tak seorang pun yang dapat ditemukan kembali.

Pada bulan April 1925 misalnya, kapal pengangkut barang Raifuku Maru dari Jepang, yang boleh dikatakan sudah sangat modern dilengkapi pemancar radio, dan sangat layak laut, cepat sekali tenggelam setelah mengirim berita, "Seperti pisau raksasa! Cepat tolong! Kami tak mungkin lolos!" Kapal itu ditelan ombak bersama seluruh awaknya. Tak ada yang tersisa.

Bulan Oktober 1951, kapal tanker Southern Isles mengalami nasib serupa. Ketika berlayar dalam konvoi, tiba-tiba ia hilang sampai kapal-kapal yang lain hanya dapat melihat cahaya yang ditinggalkannya sedang tenggelam ke dasar laut.
Kapal tanker kembarannya Southern Districts tenggelam dengan cara yang sama dalam bulan Desember 1954. Ia hilang tanpa meninggalkan SOS ketika berlayar melintasi wilayah yang tidak beres itu ke Utara menuju South Carolina.

Itu beberapa kejadian yang mencolok untuk dicatat. Kejadian lain yang serupa tapi tak sama terlalu banyak untuk disebut satu per satu.
Tetapi yang paling mengerikan ialah hilangnya formasi lengkap 5 buah pesawat pelempar torpedo Grumman TMB-3 Avenger tanggal 5 Desember 1945.

Lima pesawat Grumman Avenger itu berangkat dari pangkalan udara Fort Lauderdale, di utara Miami, pada pukul 14.10 untuk latihan terbang ke arah timur sejauh 150 mil, lalu belok ke Utara sejauh 40 mil, dan akhirnya ke Barat Daya untuk kembali ke pangkalan lagi. Dalam perjalanan ada acara latihan menyerang beberapa bangkai kapal di pantai Kepulauan Great Sale Clay.

Udaranya mula-mula cerah, dan penerbangan berjalan mulus. Tetapi pada pukul 15.45 komandan penerbangan Letnan Udara Charles Taylor, yang sudah mengantungi 2.500 jam terbang, melaporkan ke menara pangkalan, "Ini gawat, Pak! Kami sepertinya kehilangan arah! Tak ada daratan. Ulangi: tidak ada daratan!".

Menara pengawas menanyakan posisi formasi pesawat, tapi Taylor menjawab, "Tak tahu persis di mana kami berada!".

"Terbanglah ke Barat!" perintah menara. Tapi kemudian lama sekali tidak ada kontak. Lalu ada percakapan simpang siur dari beberapa orang penerbang yang lain, "Kami tidak tahu di mana arah barat itu. Ada yang tidak beres ini. Semua terlihat aneh. Bahkan lautnya juga!".

Sesudah sepi sejenak, komandan penerbangan menyerahkan komando kepada penerbang lain tanpa alasan yang jelas. Komandan baru ini melapor dengan suara setengah histeris, "Ya, Tuhan! Di mana kami ini! Mungkin kami sudah melewati Florida dan terbang di atas Teluk Meksiko!".

Pada saat itu komandan baru memutuskan untuk terbang kembali 180 derajat ke arah Florida lagi, tetapi dari kenyataan bahwa sinyal radionya makin lama makin lemah, diduga bahwa ia justru terbang lebih menjauhi pangkalan. Laporan terakhir yang dapat ditangkap ialah, "Nampaknya kami terbang memasuki air putih ...tamatlah kami!"
Seorang penggemar radio SSB yang ikut mendengarkan percakapan itu menjelaskan lewat radionya, bahwa ia masih sempat mendengarkan kata-kata terakhir dari Letnan Taylor kepada para penerbang lain, "Jangan mengikuti saya! Sepertinya mereka datang dari angkasa luar!".

Segera sesudah kontak dengan para penerbang itu putus, sebuah pesawat amfibi PBM-5 Martin Mariner mengangkasa untuk memberi pertolongan. Beberapa menit kemudian, pesawat ini melaporkan posisinya, tapi kemudian pemancarnya diam. Pesawat ini hilang juga bersama 13 awak pesawat. Tak berbekas seperti kelima pesawat Grumman yang hendak ditolong. Menurut saksi mata di atas kapal tanker Gaines Miles yang kebetulan berlayar di daerah itu, pesawat amfibi itu jatuh ke laut.

Kisahnya tidak diolok-olok sebagai legenda lagi, tapi ditangani lebih serius. Jadi di kemudian hari tidak akan ada lagi yang mencoba-coba melewati daerah itu. Sejak itu, orang bicara ngeri tentang segi tiga Bermuda.

Peta Segitiga Bermuda:
Segitiga Bermuda (bahasa Inggrisnya: Bermuda Triangle), terkadang disebut juga Segitiga Setan adalah sebuah wilayah lautan di Samudera Atlantik seluas 1,5 juta mil2 atau 4 juta km2 yang membentuk garis segitiga antara Bermuda, wilayah teritorial Britania Raya sebagai titik di sebelah utara, Puerto Riko, teritorial Amerika Serikat sebagai titik di sebelah selatan dan Miami, negara bagian Florida, Amerika Serikat sebagai titik di sebelah barat.

Istilah Bermuda diambil dari nama bulan ketujuh penanggalan Mesir, yaitu Naisan. Pada legenda orang Mesir, bulan itu petani menanam tebu dan memanen kurma. Istilah itu kemudian dipergunakan untuk menunjuk segitiga imajinatif yang terletak di Samudera Atlantik.

Berbagai peristiwa kehilangan di area tersebut pertama kali didokumentasikan pada tahun 1951 oleh E.V.W. Jones dari majalah Associated Press. Jones menulis artikel mengenai peristiwa kehilangan misterius yang menimpa kapal terbang dan laut di area tersebut dan menyebutnya ‘Segitiga Setan’.

Hal tersebut diekspos kembali pada tahun berikutnya oleh Fate Magazine dengan artikel yang dibuat George X. Tahun 1964, Vincent Geddis menyebut area tersebut sebagai ‘Segitiga Bermuda yang mematikan’ , setelah istilah ‘Segitiga Bermuda’ menjadi istilah yang biasa disebut.

Teori-teori Bermunculan:
Melihat kenyataan-kenyataan yang ada dan bukti yang dapat dipertanggung-jawabkan itu, timbullah berbagai macam bentuk teori yang mungkin berbeda satu sama lain.Teori-teori yang pernah dikemukakan untuk membuka misteri hilangnya kapal itu, antara lain:
  1. Adanya bahaya alam atau gempa yang dapat menarik kapal tersedot.
  2. Adanya bermacam-macam arus yang berkumpul di daerah Segitiga Bermuda itu, sehingga mungkin saja arus bawah tiba-tiba berubah ke permukaan dan menyebabkan pusaran air.
  3. Ditemukan Blue Hole, tapi masih diragukan, karena kapal yang besar seperti tanker atau kapal induk tak mungkin mampu disedot oleh Blue Hole.
  4. Terjadi gempa yang menyebabkan tanah retak besar dan air membentuk pusaran dan menyedot kedalamnya.
  5. Adanya puting beliung atau pusaran angin yang dapat menyebabkan hancurnya sebuah pesawat terbang karena dihempaskan.
Ulasan lain, di daerah Kutub Selatan ada sebuah lubang besar yang menghubungkan dunia luar dengan dunia lain (entah benar atau tidak). Pernah ada orang bernama Admiral Bryd, melihat dari kapal terbang ke Barat di kutub selatan sebelah darat menghijau dengan danau yang tak membeku dan binatang liar mirip bison dan melihat seperti manusia-manusia purba. Sebagai ilmuwan Bryd melaporkan peristiwa itu, tapi tak ada yang mempercayainya.

Pernahkah anda mendengar kisah alien abduction yang dialami oleh Herbert Schirmer yang mempunyai pangkalan di lepas pantai Florida (Segitiga Bermuda) dan salah satu kutub bumi? Mungkin tempat itu merupakan pangkalan UFO yang bertujuan kurang baik? Dan masih banyak cerita-cerita lain tentang peristiawa aneh bin ajaib ini, yang tidak bisa penulis tuangkan semuanya di sini.
Kesimpulan:
(Hubungan peristiwa bukit Thur Sinai dan Segitiga Bermuda)
:

Al Qur’an bersumpah pada ayat ke-6 surah Ath Thur “Demi Laut yang di bawah tanahnya mengandung api”, atau istilah ilmiyahnya “Segitiga Bermuda.

Sebagaimana di jelaskan diatas, Gas metana yang luar biasa banyaknya dalam air yang juga ratusan ribu ton, karena diangkatnya kerak bumi di bawah dasar laut atlantik akibat guncangan dahsyat bukit Thur, membentuk pusaran air raksasa, membuat kawasan ini sangat berbahaya dan mengancam segala sesuatu yang lewat atau mendekat tersedot pusaran air, dan jatuh ke dalam lubang bekas retakan dasar laut, lalu tanah dan air yang semula naik ke atas kemudian mengendap lagi di dasar laut, menimbuni setiap korban yang lewat.

Penulis ulang lagi, kata kunci kajian ini, bahwa Al Qur’an apabila bersumpah terhadap suatu fenomena alam, maka ketahuilah pasti fenomena yang di sumpahkan tersebut merupakan hal yang sangat dahsyat alias perlu perhatian khusus. Dan dampak dari peristiwa guncangan Bukit Thur dan kerak bumi “was saqfi al marfu’i” yang di angkat, sama persis sifatnya dengan peristiwa mesterius, yang di kenal oleh sains modern dengan istilah “Segitiga Bermuda”.

Ayat lain yang mendukung serta memberikan pencerahan kajian ini adanya firman Allah, ayat ke: (33-35) surah Ar-Rahman: “Wahai sekalian Jin dan manusia, jika kalian mampu menembus semua kawasan langit dan bumi, maka jelajahilah sesungguhnya kalian tidak akan berani mengarungi (kawasan tertentu) kecuali dengan super power; Maka ni’mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?; Kalian akan di lempari dengan bola-bola api dan sejenis gas metana dan tidak akan mampu mengitarinya”.

Ayat ini lebih jauh memperingatkan adanya kawasan-kawasan tertentu yang berbahaya di antara bagian-bagian bumi sebagaimana juga terdapat kawasan-kawasan yang sama di langit. Dan kawasan-kawasan ini memungkinkan, atau dapat di pikirkan oleh bangsa jin dan manusia untuk mengarunginya karena masih wilayah bumi di lingkungan Bima Sakti kita, yang masih bisa di jangkau oleh sains dan super power.

Akan tetapi apabila memprogramkan untuk mengarungi atau berusaha mendekatinya saja, niscaya baik jin ataupun manusia tidak akan mampu mendekatinya karena akan di serang dengan lemparan bola-bola api yang ganas dan di sedot pusaran air raksasa yang mendidih oleh gas metana dan gas-gas lain berbahaya. Dengan demikian, manusia dan jin akan binasa sebelum berhasil mendekatinya. Seperti inilah yang terjadi di Segitiga Bermuda sekarang.
(Wallahu A’lam).
Catatan:
  1. Kerak bumi adalah lapisan terluar Bumi yang terbagi menjadi dua kategori, yaitu kerak samudra dan kerak benua. Kerak samudra mempunyai ketebalan sekitar 5-10 km sedangkan kerak benua mempunyai ketebalan sekitar 20-70 km.
    Unsur-unsur kimia utama pembentuk kerak bumi adalah: Oksigen (O) (46,6%), Silikon (Si) (27,7%), Aluminium (Al) (8,1%), Besi (Fe) (5,0%), Kalsium (Ca) (3,6%), Natrium (Na) (2,8%), Kalium (K) (2,6%), Magnesium (Mg) (2,1%). Kerak bumi dan sebagian mantel bumi membentuk lapisan litosfer dengan ketebalan total kurang lebih 80 km.Para ahli dapat merekonstruksi lapisan-lapisan yang ada di bawah permukaan bumi berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap seismogram yang direkam oleh stasiun pencatat gempa yang ada di seluruh dunia. (Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia)
  2. Referensi Utama:
  • Al Qur'an Al Karim dan Hadits
  • Kitab-kitab tafsir populer
  • Catatan pribadi penulis dari (skripsi s1, Tesis s2 dan Disertasi s3) semuanya
    tentang Tafsir dan Ilmu-ilmu Al Qur'an.
  • Wikipedia Indonesia - Kamus bebas berbahasa Indonesia".
  • Dan Berbagai sumber-sumber lain yang terkait.
Comments
0 Comments